it's been a long time

236 36 4
                                    

Selamat malam Mahesa.
Saya Sagita, ibu Gistara. Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu, kira-kira kapan kamu ada waktu kosong?

Siang tante. Kebetulan jadwal saya nanti malam kosong.

Baik, kalau begitu nanti saya akan kirim alamat titik temunya. Terima kasih.

Pesan singkat pada kemarin malam, membawanya ke sebuah tempat restoran bintang lima yang sedang ia jejaki saat ini. Seorang resepsionis mendatanginya, kemudian menuntun laki-laki itu kedalam ruangan private yang sudah direservasi oleh pemesannya.

Seorang wanita cantik sudah menunggunya di ruangan tersebut. Dia berdiri, menyapanya, lalu menyalami laki-laki itu dengan senyum manis yang terukir pada bibirnya. Senyuman itu mengingatkannya pada perempuan yang sampai detik ini tidak pernah luput dalam ingatannya.

Keheningan dalam ruangan ini membuat suara degup jantungnya terdengar jelas pada indera pendengarannya. Pikirannya melayang jauh, kedalam sosok wanita yang sekarang berada di hadapannya. Apa yang akan diucapkannya, apa yang akan wanita ini lakukan lagi setelah itu?

Di atas meja sudah tersedia berbagai menu masakan Jepang yang tersusun rapi. Setelah semua makanan selesai disajikan, pelayan mulai meninggalkan mereka berdua di ruangan tersebut.

"Bagaimana kabar kamu Mahesa?" Tanya Sagita berbasa-basi.

"Baik Tante," jawab Mahesa singkat, sebab terlalu takut berbicara dengan wanita itu.

"Hmm saya sudah dengar lagu-lagu kamu, bagus, keren."

Mendengar pujian dari Sagita, Mahesa pun ikut tersenyum. "Terima kasih Tante." Dia masih menjawab seperlunya.

"It's been a long Mahesa, 2 tahun. Dan sekarang saya menghubungi kamu lagi, kamu pasti sangat bingung sekarang. Sebelumnya saya minta maaf, saya minta maaf atas semua ucapan saya yang menyakiti kamu di masa lalu."

Dada laki-laki itu sesak. Memori ingatannya pada 2 tahun silam kembali terputar di kepalanya. Rasa sakitnya masih terasa menyiksa, dan ia pun masih berusaha memaafkan orang di depannya saat ini.

Mahesa tetap diam, mendengar setiap kata yang keluar dari mulutnya. Suaranya mulai bergetar saat merapalkan permintaan maaf kepadanya.

"Saya tau kamu masih membenci saya, saya sadar dan sudah seharusnya saya diperlakukan seperti itu. Saya menyesal, dan sangat merasa bersalah sudah memperlakukan kamu dengan buruk di masa lalu."

Sagita menjeda ucapannya, matanya mulai berkaca-kaca, menahan luapan air yang sekali kedipan jatuh ke pipi tirusnya.

Setelah menarik nafas panjang, wanita itu kemudian tersenyum menatap laki-laki di hadapannya. "Kamu mau dengar cerita dari saya?"

"Gistara kecil adalah anak yang ceria, dia dulunya sangat cerewet, saya sampai tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang berasal dari kepala kecilnya. Dia nggak pernah terlihat sedih, Gistara benar-benar tumbuh menjadi anak seusianya yang suka bermain."

"Dulu saya orang yang nggak punya Mahesa. Jadi saya harus bekerja untuk menghidupi diri dan Gistara. Gistara kecil selalu mengikuti saya kemanapun, dia nggak pernah ngeluh, dan pandai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya."

"Tetapi semakin beranjak dewasa, dia mulai mengerti, mempertanyakan keberadaan ayahnya. Perasaannya mulai terbuka, sensitif setiap kali temannya melontarkan kata tanya kepadanya."

"Gistara aku kok nggak pernah liat ayah kamu??"

"Gistara kamu nggak punya ayah ya?"

"Besok ayah ngajak aku pergi ke pantai sama bunda."

How Do I Live Without You? (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang