Bab.2

238 6 0
                                    


   Surti gemetar ketakutan , bagaimana mungkin Martin meninggalkan dirinya. Rasanya ingin nangis
  " Martin!" panggilnya tapi suaranya seperti tercekat ditenggorakannya " Martin!"
      Jalan Alas roban begitu gelap dan sepi tak ada satupun kendaraan yang melewati jalan itu.
        Surti terus menunggu, tapi yang ditunggu- tunggu tak kunjung datang.
Lima menit berlalu, sepuluh menit ...
  " Apa yang terjadi, kemana lelaki itu.hanya untuk kencing saja kenapa harus jauh-jauh pakai masuk kedalam hutan. Dia kan laki- laki."
     Surti mengumpat pelan mencoba mengusir rasa takut yang menderanya.
   Ia mencoba turun dari motor berjalan mondar- mandir dengan batin berkecamuk tak karuan.
" Ayolah Martin. Jangan gila!"
Surti terus memanggil berharap Martin muncul dari balik semak belukar dikanan jalan.
    Dengan jatung bedebaran Surti menyebrang ke kanan jalan mendekati  tempat dimana tadi ia melihat Martin masuk ke balik pohon besar.  Sekali lagi ia memanggil dengan suara keras dan lantang tapi hasilnya tetap nihil tak ada sautan apapun dari kekasihnya.
      Apa yang harus aku lakukan sekarang, batin Surti dengan kaki gemetaran dipinggir jalan alas roban.
     Ragu- ragu Surti  mencoba menyibak semak didepannya melongok kedalam hutan tapi tentu saja disana kondisinya lebih gelap dan mengerihkan daripada dipinggir jalannya.
     Surti akhirnya menangis  sendiri. Perempuan itu mendongak keatas. Ia melonjak kaget setengah mati ketika melompat dari atas pohon diatas kepalanya, terjun kebawah. Dari mulutnya mencereceh suara pekikan.
      Surti mundur berbalik kembali menyembrang jalan jalan pajang lenggang sunyi dan menyeramkan. Sebetulnya ia sering lmelewati jalan itu disiang hari tidak dimalam hari dan berhenti dipinggir jalannya. Ini gila dan tak masuk akal. Ia naik kembali duduk diatas motor masih diliputi rasa ketakutan yang sangat.
     Apa Martin baik- baik saja, batinnya bertalu- talu gelisah dan kuatir. Ia tahu mengenai jalan alas roban. Bagaimana orang - orang nenganggap jalan ini keramat dan angker. Jalan peniggalan kolonial belanda. Konon dulu banyak korban jatuh ketika pembangunan jalan ini.  Banyak dari penduduk pribumi yang meninggal mayatnya dibuang dibuang ke jurang dikiri jalan alas roban.
     Tiba- tiba saja terdengar sebuah teriakkan dari dalam hutan.
Surti terlojak kaget , ia tahu suara twriakan itu milik Martin. Jatungnya makin  tak terkedali. Ia meloncat dari atas motor kembali memanggil- manggil nama Martin
  "Tuhan, tolong Martin" guman Surti masih gemetaran. Ia menyangka Martin pasti diterkam binatang buas didalam sana.
  Tolong Sur! Kembali terdengar teriakan Martin. Suaranya tendengar jauh didalam sana
  " Martin dimana kau!"
     Surti berjalan mendekati sumber suara tersebut, ia maju mundur takut dan panik dipinggir jalan. Ia memandang berkeliling berharap ada bantuan. Tapi malam itu tak ada satupun kendaraan yang lewat. Alas roban sunyi dan gelap hanya ada cahaya remang- remang dari sinar rembulan  purnama diatas sana.
     Ingin rasanya Surti berlari dari tempat itu. Keluar dari jalan alas roban tapi rasanya akan terasa jauh kalau ia harus berlari keluar mencari pertolongan. Ia berada ditengah- tengah alas roban.
     Surti menghapus air mata yang mengalir deras dari pelupuk matanya dengan punggung tanganya. Ia mencoba kuat dan berani menghadapi rasa takut saat itu.
  "Tolooonggg!!"
Teriakkan Martin kembali membahana memecah kesunyian malam. Tak ingin kehilangan arah sumber suara itu dengan ragu- ragu dan panik bukan main Surti memberanikan untuk menerobos semak belukar sembari teriak memanggil- manggil nama Martin.
" Martin, dimana kau!!"
      Surti perlahan berjalan menyibak semak- semak yang menghalangi jalannya.  Ia mencoba mengfokuskan pandangan matanya.  Tak dihiraukan nya monyet - monyet yang berlarian diatas pohon, melompat dari dahan pohon kedahan pohon lainnya. Suara -.suara dari mulut monyet- monyet itu terdengar begitu menyersmkan ditelinga Surti.
  "Sayang, Martin !"
      Surti  menjerit saat seekor monyet meloncat kearahnya. Ia jatuh tersungkur ketanah. Lutut dan betisnya tergores dan luka oleh duri - duri tajam tanaman senak belukar liar alas roban.  Dengan tubuh gemetaran ia mencoba tegar tatapan matanya  lurus kedepan, semenit kemudian ia terkesima didepan dibawah kakinya ia mendapati jalan setampak. 
" hah, jalan apa ini? Katanya berupa gumaman lirih " aneh"
      Surti kembali berjalan  dengan hati ragu dan bimbang,  ia mencoba menyusuri jalan setapak dibawahnya. Ia menoleh kebelakang merasa bawah ia makin jauh dari letak pinggir jalan raya. Surti makin merangsek masuk kedalam hutan.  Ia bertekad harus menemukan Kekasihnya Martin.
Ia terus berjalan pelan antara rasa takut dan bimbang. Rasa takut yg teramat sangat membuat tubuhnya gemetar tak berdaya.  
      Sekonyong-.koyong Surti melihat sekelebat banyangan hitam melesat tak jauh dari depannya ia melangkah pelan " Apa itu?" tanyanya  berhenti melangkah ragu. Ia berdiri lama menimbang- nimbang  apa akan terus melanjutkan pencariannya atau berbalik lari kabur dari dalam hutan alas roban.
     Belum juga memutuskan  terdengar suara- suara didepan sana. Suara- suara seperti seorang yang sedang mengumpat- umpat narah.
  Siapa itu, setan atau manusia?
Jantung Surti berdegup kecap rasanya seperti mau lepas dari tempatya.
" Martin, kaukah itu?"panggil Surti pelan dan gemetaran.
Lalu suara seorang terbatuk - batuk pelan.
    Surti terdiam mematung mencoba mencerna tidak mungkin kalau hantu bisa batuk. Surti kembali melangkah menghampiri sebuah pohon besar berusia ratusan tahun tak dihiraukan suara-.suara monyet- monyet diatas kepalanya.
   Langkah demi langkah terasa begitu berat bagi kedua Kaki Surti dengan suara lirih dan serak ia terus memanggil Martin berharap Martin muncul dihandapannya dan kengerian yang ia rasakan akan sirna.
Sesampainya dibawah pohon besar.              Surti mencoba menenangkan debaran jatungnya karena rasa takut. Ia menonpang tubuhnya pada batang pohon yang besarnya bukan kepalang karena usia. Ia medesah panjang nmemejamkan matanya berharap semua yang ia alami hanya mimpi belaka.  Ia mencubit tangannya terasa sakit, ini nyata bukan mimpi yang dialami Surti nyata. Air mata menetes kembali dipelupuk mata Surt. Ia mengerang kembali melangkah perlahan . Kemana lagi ia harus mencari keberadaan Martin kekasihnya. Hutan alas roban makin menyeramkan dan gelap gulita.
     Baru lima langkah Surti melewati pohon besar tanpa disadarinya banyangan hitam yang sedari tadi memperhatikan nya berjalan cepat kearahnya bayangan itu mengayunkan tanganya keatas.
Lalu...
Brakkkk!
Suara hantaman keras menhantam tengkorak kepala Surti.
Surti mengerang kesakitan. Kepalanya terasa sakit luar sangat pandangannya mendadak beeubah gelap dan menghitam. Ia tak kuat ambruk ketanah. Tak sadarkan diri

ALAS ROBANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang