Dini hari, Martin terbangun karena dadanya terasa panas seperti terbakar. Keringat dingin tiba-tiba saja keluar, badannya menginggil. Ia mencoba bangun melirik sekilas ke jam yang tergantung didinding kamar. Jam tiga tepat.
Ia menguap sesaat, rasa panas didada membuatnya terbatuk- batuk. Ia mencoba bangun dan duduk ditepi ranjang mencoba menghembuskan napas untuk menetralisir rasa sakit. Mungkin karena dirinya terlalu banyak merokok . Rasa panas didada makin bertambah, batuknya tidak mau berhenti.
Martin memutuskan untuk pergi kekamar kecil disana batuknya makin parahtak mau berhenti. Ia berdiri bertumpu pada wastafel memandang wajahnya didepan cermin besar yg menempel didinding kamar mandi. Ia membasuh wajah dengan air keran. Menepuk- nepuk dadanya agar sakitnya menreda .
Rasa panas membuatnya melepas baju piama yang ia pakai, ia tak kuat rasa panas itu membakar tubuhnya. Ia menjauh dari wastafel, membuka mulutnya lebar- lebar . Matanya melotot terasa perih, hingga urat- urat merah keluar dari bola matanya.
"Astaga, apa yang terjadi padaku" gumannya bergetar. Ia membungkuk didepan cermun masih dengan mulut terbuka lebar.
Martin terkejut bukan main begitu melihat ada yang bergerak- gerak didalam tenggorokannya. Ia bertumpu pada pinggiran wastafel.
" Oh" pekiknya tercekat, sesuatu hitam menjalar dimulutnya
Martin makin kesetanan rasa sakit yang luar biasa ia rasakan, ia mencoba mendongakkan kepalanya saat itu ia menyadari kalau sesuatu yang hitam merayap keluar dari mulutnya.
Martin mencoba menarik benda hitam kecil panjang dari dalam mulutnya.
" Apa itu?"
Tubuhnya bergetar hebat sangkit hebatnya sampai ia terpental ke lantai kamar mandi. Ia susah payah mencoba bangkit merangkak menuju ke wastafel. Ia ingin tahu benda apa yang keluar dari tenggorokannya. Sekuat tenaga ia berpengang pada pinggiran wastafel mencoba berdiri.
Martin setengah mati untuk tetap berdiri. Tubuhnya terus bergetar hebat. Ia terhuyung- huyung merasakan hawa panas dari dalam tubuhnya. Dilihatnya dari cermin sebuah jari telujuk berkuku panjang keluar pelan - pelan dari mulutnya.
Martin menangis meraung- raung . Ia merasakan jari yang lainnya mencoba keluar merobek mulutnya. Ditekannya lehernya. Dengan sisa tenaga ia menarik jari- jari itu dari mulutnya
" Tidakkkkk!!!"
Sebuah tangan keluar dari dalam tubuhnya. Bergerak-gerak.
Martin limbung tumbuhnya ambruk kelantai kamar mandi. Sesaat kemudian pandanganya menjadi hitam pekat, lelaki itu jatuh tak sadarkan diri alias pinsan.Tahu- tahu begitu sadar ia sudah berada dibangsal sebuah rumah sakit.
Martin mengerang ,rasa sakit yang teramat sangat mendera tubuhnya.
" Dimana Aku?" tanyanya pada Marwah isterinya.
" Kau berada di rumah sakit umum kendal pah" jawab Marwah dengan wajah cemas dan kuatir.
Martin mencoba mengingat- ingat apa yang terjadi pada dirinya.
Bau obat terasa di hidungnya , bau khas rumah sakit . Ia mendesah panjang saat tahu apa yang terjadi pada dirinya.
" Kau tergeletak dilantai kamar mandi"
Martin menggeleng lemah, spontan memengang bibirnya dan mulutnya.
" Apa aku baik- baik saja mah?"
Marwah mengangguk lembut, tak tega melihat kondisi suaminya. " apa yang terjadi padamu , pah?"
" Aku tidak tahu"
Martin menganggap dirinya sudah gila tidak waras. Bagaimana bisa sebuah tangan keluar dari dalam tubuhku. Ia menggeleng- geleng putus asa. Ia bukan sedang mimpi rasanya nyata dimatanya.
Sehari kemudian Martin diperbolehkan pulang karena dia tidak ada sakit apapun. Tubuhnya sehat- sehat saja. Dokter tidak menemukan satu penyakitpun di tubuh Martin.
Dia menghantuiku, batin Martin kalut. Untuk Menutut balas .
Sejak kejadian itu Martin jadi tidak selera makan lagi, dan lebih parahnya setiap malam ia sulit untuk tidur.
Bobot tubuhnya makin hari kian merosot tajam. Dan lingkaran hitam muncul di kedua matanya. Tubuh Martin terlihat kurus . Dan semua itu di perparah dengan dadanya yang terasa berat dan sesak. Ia jadi tidak bisa kemana- mana
Suara- suara diatas masih sering terdengar. Monyet- monyet alas roban akan terus mendatangi rumah Martin tentu saja untuk membalaskan dendam Surti yang sudah ia bunuh.
Merasa ada yang tidak beres pada diri suaminya Marwah harus mengambil tindakan. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk menimpa suaminya. Semua yang menimpa keluarganya terasa aneh dan tak masuk diakal. Tentang kedatangan ribuan monyet-monyet alas roban secara mengejutkan memenuhi genting rumahnya. Ini harus di bereskan.
Marwah menceritakan semua yang terjadi peristiwa-peristiwa ganjil diluar nalar pada kedua orang tuanya. Apalagi melihat kondisi Martin yang terasa Abnormal.
Sebagai orang jawa kedua orang tua Marwah masih percaya dengan hal- hal ghoib dan mistis. Mereka menyaran untuk memanggil orang pintar boleh di bilang dukun. Yang mengerti sial dunia supranatural.
Tak lama datang juga dukun tersebut. Seorang perempuan setengah baya dengan dadanan khas wanita jawa tempo dulu. Baju kebaya , komplit dengan tatanan rambut dikonde. Wanita itu terlihat tidak persis seperti wanita dukun melainkan wanita anggun dan cantik plus unik. Ia datang berserta seorang asistennya seorang pemuda yang tak kalah unik dan nyetrik dari sang dukun sendiri. Pemuda dengan blankon dan baju adat jawa tentu saja.
Marwah mempersilahkan keduanya masuk.
Wanita yang mengaku bernama Jeng Aminah menyuruh Seno asisten untuk lekas mengeluarkan semua peralatan yang diperlukan. Satu koper besar digotong masuk oleh sang penuda berblankon tersebut
Tak perlu berlama- lama, Marwah membawa Ajeng Aminah untuk menemui suaminya di lantai atas.
Menurut papanya Marwah, Ajeng Aminah bukan seorang dukun kaleng- kaleng . Wanita itu dukun tersohor, namanya terkenal dimana- mana.
Begitu melihat kondisi Martin, Ajeng Aminah mengeleng- geleng prihatin. " ckkckkckk"
Suara wanita itu lembut dan lirih mendayu- dayu suaranya sangat enak didengar ditelinga Marwah.
Seno tanpa disuruh segera menggelar semua mahar dan syarat melakukan ritual .
" Sebetulnya apa yang terjadi dengan suamiku Jeng?" tanya Marwah ragu- ragu
Ajeng Aminah mangut- mangut mantap melihat secara seksama kondisi Martin yang tidur terletang diatas ranjang.
" Suamimu aku lihat ada yang mengikuti"
" Mengikuti, maksud Ajeng?"
" ketempelan dek Marwah"
" Aku masih tak mengerti "
" Nanti dirimu akan mengerti"
Marwah diam melihat ketika semua seperti sesaji digelar diatas lantai ada tampah dari bambu berisi bunga tujuh rupa, salah satunya bunga kantil putih dan merah. Ada kendil ada menyan yang baunya nyengat di hidung.
Marwah hanya melihat tatkala ritual mulai dilakukan. Dengam mantra- mantra bahasa jawa Kuno yang Marwah tidak tahu artinya.
Ajeng membawa menyan yang mengeluarkan asap dan bau mengelilingi kamar, dengar mulut komat- kamit ia mendekati tubuh Martin yang terbaring lemah ia menuang air dikendil pada cawan kecil lalu air dalam cawan dipercikkan ke seluruh tubuh Martin.
Tubuh Martin tiba- tiba saja kejang-kejang. Matanya melotot , dan mulutnya terbuka lebar.
Seno melompat memengangi dada Martin erat dan kuat. Lima menit berselang Martin mulai tenang kembali. Pemuda itu melepaskan pengangannya menyingkir duduk bersila kembali.
" Dadaku sakit" kata Martin lirih " rasanya berat sekali "
Ajeng Aminah terus komat - kamit mangut- mangut pelan. Wanita itu mendekati Marwah.
" Aku lihat ada perempuan yang menempel ditubuh suamimu"
" wanita?"
" Ya, dan sosoknya tidak mau lepas dari tubuh suaminya. Memeluk erat tubuh suaminya"
Marwah mendesah sedih mengetahui bahwa ada sang penganggu di tubuh suaminya.
" kenapa dada suami terasa berat dan sakit karena sosok ini terus memeluk suamimu"
" oh, terus bagaimana Jeng, untuk mengusir sosok itu"
" Aku akan mencoba mengusirnya"
Marwah berharap banyak pada Ajeng Aminah untuk kesembuhan Martin.
Mulut sang dukun makin cepat merapal matera- matera ia kembalui memercikkan air tujuh sumur dan tujuh kembang ke tubuh Martin.
Tak lama berselang Martin duduk diatas ranjang udara dingin tiba- tiba saja berhembus di dalam kamar.
Marwah mundur menjauh dari letak ranjang.
" Lepaskan dia !" kata Ajeng keras. " Pergilah !"
Marwah tak bisa melihat apa- apa pada diri suaminya. Bagaimana rupa sosok yang menganggu suaminya itu.
Hampir tiga puluh menit kemudian Ajeng Aminah menghentikan semua aksinya ia membisikan ketelinga Seno dan perlahan keluar dari kamar.
Marwah mengikuti langkah sang dukun.
" Maafkan aku, dek Marwah akubtak samggup mengusir mahluk yang menempel ditubuh suamimu, sosok itu begitu kuat dan sekali lagi aku minta maaf
Wanita jawa itu berjalan menurunin tangga. " aku melihat suamimu telah melakukan dosa besar pada sosok ini."
" Tapi jeng"
" Maaf kan, kami tidak perlu dibayar, karena tugas kami gagal. Akubtak mau ngambil resiko yang bisa membahayakan keselamat kami"
Jantung Marwah seperti mecelos lepas dari tempatnya mendegar penuturan sang dukun.
Apa yang telah di lakukan Martin
Dosa apa yang diperbuat Martin.
Marwah tak bisa berbuat banyak saat melihat Ajeng Aminah dan asistennya pergi meninggalkan rumahnya. Semuanya nihil tak ada hasil.
Dengan hati tersayat rasa sedih, ia melangkah tertatih- tatih menaiki anak tangga satu persatu. Ia melangkah gontai menuju ke kamar menemui suaminya. Marwah tak mengerti dengan kondisi Martin yang terbaring lemah tak bedaya terus merintih kalau dadanya terasa berat seperti ada yang menidih dirinya.
Perlahan ia mendekat duduk di tepi ranjang menatap sendu kearah suaminya. Dibelainya rambut suaminya lembut.
Ia terlonjak kaget begitu sesuatu tertarik dari rambut Martin. Helaian rambut yang panjang. Ia menjauh menyingkir dari jarak ranjang.
" Itu bukan rambut suaminya " pikir Marwah ketakutan melingkupinya.
" Siapa kau !" teriak Marwah berubah kesal. Ia merasa dipermainkan oleh mahluk tak terlihat itu, keberaniannya nuncul. " Tunjukkan wujudmu!"
Marwah makin mundur saat secara tiba- tiba muncul perlahan dari balik tubuh Martin sebuah tangan hitam keluar jantungnya dag dig dug tak karuan. Dari awal tangan kini kepala tanpa daging dengan kedua rongga mata bolong menelusup keluar secara perlahan. Disusul sebuah tubuh yang tercabik- cabik muncul dihadapan Marwah.
Marwah tercekat, sosok itu menidih tubuh Martin dengan posisi wajah berhadapan tepat diwajah Martin, Sosok mengerihkan itu memeluk Martin erat seakan- akan tak ingin dipisahkan.
Martin bergerak - gerak tak terkendali. Salah satu tanganya terulur ke arah Marwah seakan meminta tolong kepadanya.
Marwah terhempas ke pojok dinding kamar mengnggil ketakutan memadang pemandang mengerihkan didepan matanya.
Tahu- tahu sisosok menyeramkan itu meboleh kearah Marwah dengan kedua rongga mata yang bolong.
Marwah menjerit lirih, ia bergegas lari membuka pintu kamar kabur kebawah .
Dilantai bawah tubuhnya tubuh masih gemetaran. Ia tak menyangka melihat mahluk mengerihkan yang menganggu suaminya. Pantas saja dukun itu tak berani mengusirnya pergi. Ia berjalan modar- mandir kebingungan. Kepalanya terasa pusing tujuh keliling memikirkan nasib Martin.
Siapa sebetulnya mahluk itu, apa itu jin qorin. Seribu pertayaan berlompatan di otak Marwah .Marwah duduk diteras rumah tak berani masuk kerumah. Perempuan bertubuh gemuk itu memutuskan utuk menunggu kedua putrinyavpukang dari sekolah. Ia tak perduli, apalagi ketika didengarnya suara teriakkan Martin dari lantai atas yang berteriak- teriak
Lepaskan!
Ampuni aku!
Pergi!
Marwah duduk , ia tahu sosok itu membelenggu Martin tak mau pergi.
Siapakah sosok itu?
" ohhh" Marwah mendesah kecewa menyadari semua membingungkan.Hampir jam dua siang pada akhirnya salah satu putri si Wahwa pulang dari sekolah anak itu menatap ibunya dengan pandangan bingung dan aneh.
" Jangan banyak tanya" kata Marwah menarik tangan putrinya masuk.
Ia berlari masuk kedalam dapur untuk minum dan makan sesuatu dikulkas. Sedari tadi ia belum nakan apapun.
" Kau dengar dari pagi papamu teriak- teriak" ujar Marwah memberitahu dengan mulut penuh makanan.
Wahwa menggeleng bingung .
" kita tunggu kakakmu pulang terlebih dulu, mama akan akan pergi menemui kakekmu minta tolong "
" Tolong apa ma"
" ya, papamu"
Tak berapa kemudian Salwa pulang . Setelah keduanya berganti pakaian dan makan siang.
Marwah menyuruh mereka untuk menemani kekamar Martin.
" Sudah waktunya papa kalian makan, sebaiknya kita bawa papa duduk dilantai bawah, temanin mama"
Ketiganya masuk ke kamar Martin.
" Bau kemenyan " kata Salwa merasa heran kenapa kamar orang tua mereka bau menyan
" udah jangan banyak tanya, lekas bangunkan papa ajak kebawah!"
Salwa dan Wahwa memapah papa kedua keluar kamar.
Marwah mendudukkan Martin disofa depan televisi. Ia memeriksa kepala Martin , rambut dan punggung. Bagaimana bisa mahluk itu menempel ditubuh Martin. Ia menarik - narik rambut Martin lembut
Merasa aneh dengan tingkah " Mama, ada yang aneh dengan papa?"
Marwah mengeleng pelan bersikap wajar.
" Salwa merasa ada yang aneh dengan sikap mana"
Martin duduk dengan wajah tanpa ekspresi. Tatapan kosong.
Lelaki itu diam seribu bahasa. Terkadang mulutnya komat- komat, kadang berbicara sendiri.
Marwah mencoba bersikap tegar dengan perubahan suaminya.
Martin mendadak mengerang , menujuk ke atas anak tangga yang paling atas. Dan lelaki itu mulai.....
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAS ROBAN
HorrorALas roban tahun 1976, dipenuhi oleh kawanan monyet-monyet, tempat bersemayamnya jin.