" Jujur padaku Martin, kau apakah Surti!!" teriak Marwah dengan emosi tinggi. " Jangan bohong"
Martin diam seribu bahasa. Bibirnya terkatup rapat. Tubuhnya bergetar halus. Ia menggeleng pelan.
Marwah mengucang bahu suaminya kesal. " Kau tahu, tadi siang aku berusaha menemui Surti, dia hilang tak tahu rimbanya "
Martin mendadak menangis sesegukkan. Wajahnya mengurat kesedihan.
" Katakan padaku !"
Martin tak berani berkata kalau ia sudah menghilangkan nyawa Surti.
Marwah duduk disamping suaminya yang terus saja memantung.
Suara-.suara benda berjatuhan diatas genting. Dibarengi dengan suara gaduh dan berisik.
Martin berubah panik , lelaki itu terlihat gelisah dan ketakutan.
" Maafkan aku Surti" kata Martin lirih,ia tahu Surti ada disampingnya memeluknya dengan wajah seramnya.
Marwah hendak pergi namun di cegah oleh Martin .
" Aku sudah tak kuat " ujar Martin lirih hampir tak terdengar ditelinga Marwah. " Melihat wajah Surti setiap saat mataku terbuk. Merasakan tubuh hancur tercabik - cabiknya"
Martin membuka laci meja mengambil sebuah gunting tanjam.
Mengacung gunting ke arah Marwah
" Martin, jangan gila dan nekat" kata Marwah gusar. " mau apa kau dengan gunting itu"
Martin tertawa berputar - putar tiba-tiba la menusukkan unjung gunting yang tanjam ke bola matanya secara bergantian.
Darah segar mucrat dari kedua matanya yang terluka.
Marwah berteriak- teriak histeris melihat suaminya berdarah- darah karena aksi nekatnya.
Martin berlari tak tentu arah karena buta. Ia tak bisa melihat apapun juga. Tapi ia merasa gembira, akhirnya tak perlu melihat lagi rupa menyeramkan wajah Surti dengan rongga mata yang bolong. Hantu itu memeluk erat tepat dihadapan wajahnya.
Lelehan darah menciprat dilantai.
Marwah memapah Martin dibantu kedua putrinya, ketiganya berteriak- teriak histeria melihat kegilaan ayah mereka. Salwa dan wahwa tak kuasa menahan tangis.
Diteras depan Marwah membaring Martin yang belepotan darah di ataslantai.Ia dengan panik dan gemetaran membuka pintu mobil.
Dari arah lantai atas rumah, ia melihat arwah Surti merayapmerangkak dari langit- langit rumah
Marwah menjerit - jerit menujuk kearah kedua keputrinya untuk menjauh dari tubuh bapak mereka.
" Lepaskan!" seru Marwah dengan suara tertahan di tenggorokan
Salwa dan wahwa berlari menjauh menghampiri ibu mereka, membiarkan tubuh Martin tergeletak dilantai teras berlumuran darah.
Arwah Surti turun dari langit- langit merayap didinding dengan rambut menjutai- juta menutupi mukanya. Hantu Surti meloncat turun ke lantai bawah lantas merangkak mendekati tubuh Martin yang terkapar tidak ada daya dan tenaga.
Arwah tersembut , meraung dan mengerang penuh kesedihan. Kedua tangannya memeluk Martin dgn penuh kasih sayang.
" Aku mencintaimu Martin" katanya disela tangisnya " Aku mencintaimu sampai mati"
Hantu Surti membelai wajah Martin. Dengan Rambut menjutai menutupi wajah Martin. Hantu Surti masih menangis menyayat hati.
" Pergilah Surti!" seru Marwah dengan suara gemetaran karena takut " Dia bisa mati, Martin butuh pertolongan "
Hantu menoleh dengan wajah kejam kearah Marwah berserta dua putrinya. " Dia milikku"
" Aku tahu kau begitu mencintai suamiku tapi ijinkan aku untuk membawanya ke rumah sakit" terang Marwah merasa ragu.
" Tidak, dia milik ku!!" lengking Sang hantu memeluk erat Martin
Suasana mendadak lenggang, hantu itu masih meratapi Martin yang tidak bergerak.
Tak lama berselang...
Marwah memekik kaget, dilihat dengan posisi merangkak diatas tubuh Martin yang terkapar tidak bergerak mahluk mengerih itu mulai menelusup dari bagian kepala ia masuk kedalam tubuh Martin perlahan- lahan.lalu disusul anggota tubuh yang lainnya. Tangan, dada, perut dan kedua kaki.
Seperti dalam mimpi, Marwah menlihat semua kejadian diluar nalar.
Mahluk itu masuk seluruh ketubuh Martin.
Marwah diam tak tahu harus berbuat apa, ia mematung disamping mobil sementara kedua putrinya memeluk tubuhnya ketakutan.
Tak mau berlama- lama Marwah bergegas menyuruh kedua putrinya untuk segera menggotong tubuh Martin ke mobil.
Susah payah ketiganya berhasil memasukkan tubuh Martin ke dalam mobil, bergegas mereka membawa Martin ke rumah sakit.
SETAHUN KEMUDIAN...
Diatas kursi roda, seorang lelaki duduk dalam dunianya sendiri. Terkadang ia tersenyum, tertawa bahagia , ada kalanya menangis sedih.
Didunia yang serba gelap gulita dan hitam pekat.TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
ALAS ROBAN
HorrorALas roban tahun 1976, dipenuhi oleh kawanan monyet-monyet, tempat bersemayamnya jin.