Raeyadewi Pranatha mengambil obat yang sudah diresepkan oleh dokter di klinik yang sudah didatanginya tadi. Dia membayar dan membawa obat tersebut dengan menguatkan gendongannya.“Terima kasih, Mbak.”
“Sama-sama, Bu. Semoga cepat sembuh.”
Reya mengangguk dan melangkah pergi. Namun, baru beberapa langkah, dia mendapati wajah yang tidak sulit untuk dikenali. Dan kebetulan, mengenali Reya juga.
“Rey?”
“Oh, hai … Zep.”
“Kamu masih ingat aku, kan?” tanya Zephyr.
Reya mengangguk dengan senyuman pelan. “Ya, kamu yang hampir jadian sama Taya. Zephyr Mason Tatum. I remember you.”
Mengingat Taya memang tidaklah menyenangkan. Mereka sama-sama kehilangan sosok Taya. Dimana Reya kehilangan Taya sebagai sahabat, dan Zephyr yang kehilangan sosok Taya sebagai perempuan yang dicintainya.
Zephyr menghela napas lega, tampak begitu senang karena Reya masih mengingat dengan baik sosok Zephyr. Bagaimana pun, mereka pernah akrab karena berada di satu fakultas yang sama saat mengambil S2 di salah satu universitas negeri di Surabaya. Reya yang bingung kenapa anak orang kaya seperti Zephyr bukannya mengambil gelar magister di luar negeri, hanya bisa melongo karena alasan lelaki itu yang tak mau berjauhan dengan Taya yang memang sudah dikenalnya lebih dulu saat bertetangga di Jakarta. Sebegitu besar perjuangan Zephyr untuk Taya, tapi tidak berhasil karena Taya lebih memilih untuk mengakhiri hidupnya karena ditinggal menikah oleh pujaan hati yang sebenarnya, dan itu bukanlah Zephyr.
“Hampir jadian, tapi nggak jadi.”
Reya mengangguk kembali dan menambahkan, “Cinta bertepuk sebelah tangan.”
“Ya, begitulah.”
Reya terdiam karena tidak tahu apa yang ingin disampaikan lagi. Sedangkan Zephyr yang seolah baru menyadari anak kecil dalam gendongan Reya mulai mengeluarkan rasa penasarannya.
“Your baby?” tanya Zephyr.
“Oh, bukan. Keponakan. Kakak aku lagi dinas ke Kalimantan. Anaknya dititip ke aku, tapi lagi demam dan diare. Aku habis dari klinik dan beli obat sesuai resep dokternya.”
Reya mengeratkan gendongannya lagi, dan Zephyr menawarkan bantuan tanpa diduga.
“Biar aku gendong. Kendaraan kamu dimana?”
“Aku naik gocar. Nggak perlu bantuan, itu di depan kok. Kamu selesaikan aja urusan kamu, Zep.”
Zephyr tampak tidak rela untuk begitu saja melepaskan momen basa basi itu.
“Nggak apa-apa, biar aku bantu kamu gendong sampai ke mobilnya.”
“No, nggak perlu. Anaknya juga rewel kalo sama orang baru. Aku mau langsung pulang aja. Kamu bisa lanjutin keperluan kamu ke sini. See you—”
“Boleh minta nomor WhatsApp kamu yang baru? Nomor lama kamu sudah nggak aktif, kan? Aku pernah coba hubungi, tapi udah dipake orang lain. Berarti kamu udah nggak pakai nomor itu.”
Reya menatap sejenak mempertimbangkan permintaan Zephyr itu.
“DM aku via Instagram aja. Akunnya nama lengkapku, masih ingat, kan?”
“Oh. Oke.”
Setelahnya, Reya meninggalkan Zephyr yang terdengar membeli alat pompa ASI yang membuat Reya untuk sejenak terpukul karena rupanya, pertemuan di apotek itu bukan pertanda yang baik. Memang sudah benar dia tidak memberikan nomor ponsel aktifnya. Lebih baik membatasi apa yang sudah Reya tutup. Tidak perlu ada lagi yang dipermasalahkan, karena masalah itu sudah teratasi sejak dua tahun lalu.
Mengeratkan pelukan pada bayi satu tahun di gendongannya, Reya mengusap punggung anak itu sembari berbisik sangat pelan. “You're gonna be okay.”
Ya, segalanya akan baik-baik saja. Begitulah yang dijalani selama dua tahun ini.
[Haloo! Ini adalah series anak-anak keluarga Tatum. Kisah kakaknya adalah yang pertama, yaitu Zeke Mason Tatum. BADAI BERCINTA adalah kisah si adik bungsu, Zephyr Mason Tatum. Yang belum baca kisah kakaknya, boleh mampir ke judul cerita MERAYU HATI YANG SETIA. Untuk baca full kakaknya Zephyr, ke Karyakarsa kataromchick. Untuk baca duluan versi lengkap BADAI BERCINTA juga di Karyakarsa kataromchick. Yang mau baca AU VERSION, bisa baca gratis di Instagram freelancerauthor. Happy reading!]
KAMU SEDANG MEMBACA
BADAI BERCINTA /TAMAT/
General Fiction[BACA SAMPAI FINISH DI KARYAKARSA KATAROMCHICK.] Reya tahu indahnya bercinta. Namun, pria yang bercinta dengannya tampak hanya menilai itu sebagai persetubuhan biasa saja. Sebab pria itu hanya memikirkan satu nama. Nama yang bukan Reayadewi Pranatha...