" Mi ... Laksmi " suara teriakan wanita paruh baya terdengar dari dalam rumah. Sepertinya wanita itu sedang mencari keberadaan anak gadisnya.
" Dalem Buk " sahut seorang gadis berwajah ayu itu dengan lembut. Tampaknya gadis itu baru saja kembali dari kebun belakang melihat tangannya masih terdapat beberapa kotoran tanah yang menempel.
" Dari mana to nduk, Ibuk nyariin kamu dari tadi Ndak ketemu " tanya wanita paruh baya yang bernama Rusmi, Ibu dari Laksmi.
Rusmi dikenal sebagai tukang pijit sekaligus tukang jamu keliling dikampung mereka. Rusmi hanya tinggal berdua dengan anak semata wayangnya, Laksmi. Beliau tidak menikah kembali setelah kematian sang suami sejak belasan tahun yang lalu. Wanita paruh baya yang masih kelihatan segar bugar itu memilih menjanda sembari membesarkan Laksmi dengan menjadi tukang pijit dan penjual jamu keliling.
Laksmi tersenyum lembut " Habis dari kebun belakang Bu, mengambil beberapa kunyit dan jahe untuk bahan jamu kita besok pagi. Kenapa Ibuk nyariin Laksmi ? "
" Sini dulu .. Ibu mau ngomong karo awakmu " Rusmi menepuk sisi kosong balai panjang yang didudukinya .
Meskipun penuh keheranan, Laksmi menuruti permintaan ibunya.
" Mi ... Ibuk barusan dapat telpon dari Pak De di Jogja. Beliau mengundang Ibuk kesana untuk mengurus harta warisan mendiang ayahmu. Sebenarnya Ibu wes nolak, tapi Pak De mu tetap maksa Ibuk. Katanya itu adalah jatah almarhum Bapakmu yang sekarang jadi hak mu.jadi Yo mau Ndak mau Ibuk harus ke Jogja " terang Rusmi.
Laksmi mengangguk mengerti. Pak De nya itu memang keras. Tidak bisa dibantah namun beliau adalah orang yang sangat baik. Selama ini beliau juga sering menanyakan kabar tentang dirinya begitupun dengan anak-anaknya.
Bapak Laksmi itu hanya dua bersaudara. Semenjak Bapaknya meninggal dunia, hanya Pak De nya lah yang berperan sebagai Bapak baginya.
" Kapan Ibuk berencana berangkat ke Jogja ? " Tanya Laksmi
" Rencana Ibuk Minggu depan mau kesana, kamu Ndak apa to Ibuk tinggal beberapa hari ke Jogja ? . Wani to ndek omah dewean ? "
" Yo wani to Buk , Laksmi sudah besar. Berani to kalo cuma tinggal dirumah sendiri " sahut Laksmi sambil tertawa pelan .
" Ibuk percaya sama kamu nduk. Ibuk yakin kamu bisa jaga diri meskipun ibuk tinggal sendiri " Rusmi penepuk pelan bahu sang putri.
Keduanya sama-sama tersenyum.
" Yo wes, kamu lanjut lagi kerjaan mu. Ibuk mau kerumah Yu Parti. Semalam dia nyuruh Ibuk mijiy dia dirumahnya " ucap Rusmi sembari beranjak dari bangku.
" Inggih Bu. Laksmi tak lanjut lagi bersihin jahe sama kunyitnya dibelakang " pamit Laksmi, berlalu dari hadapan sang Ibu.
Rusmi hanya mengangguk kemudian berbalik masuk kedalam bilik kamarnya. Tak lama kemudian kembali lagi dengan membawa wadah berisi minya urut dan peralatan pijit lainnya. Biasanya para pelanggannya selalu minta dikeruk setelah selesai dipijit atau diurut. Rusmi keluar rumah dari pintu depan menuju rumah tetangga nya yang meminta jasa urut darinya.
Selepas kepergian Ibu nya, Laksmi kembali melanjutkan pekerjaannya. Mencuci bersih semua jahe dan kunyit sebelum memarutnya dan memeras.
Jermari lentiknya terlihat sangat terampil dan lihai meracik berbagai jamu untuk dijual sang Ibu setiap paginya. Itu menjadi kegiatannya sehari-hari membantu sang ibu. Laksmi akan menggantikan ibunya berjualan jamu keliling jika ada pelanggan yang memerlukan jasa urutnya dipagi hari.
Menurut sang ibu, tidak baik menolak rejeki. Makanya sang ibu tidak pernah menolak memijit orang kapanpun mereka minta kecuali sudah larut malam.
Laksmi memang melarang sang ibu untuk memijit diatas jam 9 malam. Gadis itu khawatir dengan Rusmi jika harus memijit dikampung orang lain saat malam hari. Laksmi takut dengan keselamatan ibunya, meskipun daerah mereka dikenal sebagai kampung yang aman.
