Bab 04

755 62 3
                                    

Suara Adzan subuh sayup-sayup terdengar dari surau yang tak jauh dari rumah Laksmi. Gadis itu  mengeliat badan sebentar dan mengusap matanya yang masih setengah terbuka , tampak sedikit lesu sembari terduduk dikasurnya.

Sudah terbiasa Laksmi bangun saat Adzan subuh. Berbeda dengan ibunya yang sudah bangun sejak jam 4 atau bahkan jam 3 subuh, sembari menyiapkan bahan untuk jualan jamunya dipagi hari.

Laksmi menyikap selimutnya kemudian melipatnya rapi. Merapikan kasurnya kemudian bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu.

Selepas menunaikan kewajiban nya, Laksmi membuka wadah beras dan mengambilnya satu sekop dan menanaknya. Meskipun tinggal dikampung, namun isi perabotan rumahnya memang sudah modern. Ada alat penanak nasi dan kulkas tentu saja. Meskipun dirinya belum punya mesin cuci. Namun karena Laksmi lebih suka mencuci dengan tangan, hal itu tak jadi soal. Selain menghemat listrik, gadis itu juga beranggapan mencuci dengan tangan lebih bersih daripada menggunakan mesin cuci.

Sembari menunggu nasi nya Tanak, gadis itu bergegas mengambil sapu dan mulai berbenah rumah. Laksmi memang terkenal dengan anak yang rapi dan rajin. Terlihat dari halaman rumahnya yang tidak akan tampak satupun daun kering yang jatuh berserakan ataupun rumput liar yang tumbuh disana. Bagi Laksmi kegiatan rutinnya itu sama saja dengan olahraga. Menyehatkan badannya dan membuatnya tetap bugar.

Di iringi dengan gumaman merdu nyanyian yang keluar dari bibirnya, tanpa terasa gadis itu sudah menyelesaikan pekerjaannya. Selama ibunya pergi, Laksmi mengantikan sang ibuk untuk berjualan. Namun biasanya dia berjualan hanya disore hari.

Pagi hari kegiatan rutinnya adalah mengantar pesanan jualan onlinenya. Awalnya Laksmi tidak mengerti tentang jualan yang dilakukan melalui aplikasi market online dengan logo keranjang orange itu.

Namun salah satu sahabatnya, Ratna memberitahunya tentang penjualan dagangannya memalui media online. Laksmi tidak malu bertanya saat dirinya tidak mengerti atau bingung. Dan hanya dalam beberapa hari saja gadis itu sudah mengerti tata cara berjualan online. Selain melalui aplikasi orange , Laksmi juga menjual secara offline. Semua itu berkat beberapa pelanggannya, kemudian menyebar melalui mulut kemulut.

Selesai mengantarkan paket-paketnya Laksmi tidak langsung pulang kerumahnya. Gadis itu berbelok menuju pasar untuk membeli bahan makanan yang sudah mulai menipis.

***

" Sip... Neng, jangan lupa dikunci motornya " ujar seorang tukang parkir dipasar.

" Siap mang. Titip si kitti ya mang " ujar Laksmi sambil tersenyum.

Tukang parkir hanya tersenyum sembari mengacung jari jempolnya. Sudah hafal dengan Laksmi yang menamai motor matic bututnya dengan nama kitti.

Setelah memastikan motornya sudah terkunci aman, gadis itu berjalan menuju deretan lapak sayur mayur tak jauh dari tempat parkir.

" Bu ... Pinten sekilo ne ? "  Tanya Laksmi menunjuk kearah cabai merah.

" Kaleh doso Gangsar nduksahut ibu penjual.

Laksmi merain pastikan dan mulai memilih cabai yang masih terlihat segar dan bagus. '' sekilo Bu " .

Penjual itu mengangguk dan mulai menimbang cabai milik Laksmi .

Selesai membayar gadis itu pindah ke lapak lain yang menjual barang-barang yang dia butuhkan.

Tidak sampai satu jam Laksmi sudah selesai dengan belanjaannya . Gadis itu menaruh semua belanjaannya di gantungan motor.

Laksmi berniat kembali kedalam pasar, namun bertanya justru terpaku kepada sosok pria tampan yang berdiri tak jauh dari mobil pickup nya.

Tampak langit sedang menulis sesuatu di atas buku yang dibawanya. Sembari sesekali berbicara kepada pegawainya. Sepertinya dia sedang memasok beberapa hasil kebun dipasar ini, mengantikan juragan Bustomi yang sedang pergi ke Jogja.

***

Entah mungkin karena merasa diperhatikan pria yang sedang dipandangi oleh Laksmi tiba-tiba menoleh kearahnya

Bersitatap dengan Langit secara mendadak, tampaknya membuat Laksmi kaget dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Laksmi bergegas kabur dan memilih melipir kesalah satu kedai penjual bubur ayam langganannya.

Dengan nafas terengah Laksmi berdiri di sisi gerobak dan memesan satu mangkok bubur ayam.

" Mang, bubur ayam nya satu ya, seperti biasanya " pesan Laksmi.

" Eh Mbak Laksmi, seperti biasa kan, tanpa kacang kedelai " ujar Rosyid, penjuala bubur ayam yang memang sudah hafal dengan kesukaann gadis itu.

Laksmi mengacungkan jempolnya sembari tersenyum, melirik salah satu bangku kosong agak disudut lapak.

Sembari menunggu, Laksmi meraih potongan kardus bekas untuk kipas. Panas dan pengap nya udara pasar membuatnya tampak berkeringat.

" Bangku nya kosongkan " sebuah suara yang sangat Laksmi kenal membuat gadis itu sedikit terkesiap .

Tampak Langit duduk disalah satu bangku didepan Laksmi tanpa menunggu jawaban gadis itu. Yah, karena siapapun bebas duduk di bangku manapun dia suka.


Dengan senyum yang ketara sekali cangguk, Laksmi hanya sedikit menganggukkan kepalanya.

" Silahkan Mas, bangku nya kosong " sahut Laksmi kikuk.

'' Sudah pesan ? " Tanya Langit lagi.

" Sudah Mas "

Langit hanya menganggukkan kepalanya. Pria itu mengedarkan pandangan melihat beberapa kegiatan dipasar itu.

Kedua lantas sama-sama terdiam tanpa ada salah satu dari mereka yang membuka percakapan. Membuat Laksmi diliputi perasaan tak nyaman.

" Silahkan Mbak Laksmi dan Mas Langit pesanan buburnya " ucap Rosyid sembari meletakkan dua mangkuk bubur dan sepiring penuh sate usus dan jeroan.

" Makasih Mang " ucap keduanya serempak.

" Tumben Mas Langit bisa barengan sama Mbak Laksmi " tanya Rosyid kepo. Karena pria itu belum pernah melihat baik Langit maupun Laksmi bersama.

" Kebetulan saja bertemu disini " sahut Langit .

" Oalah, begitu. Biasanya jam segini Mas Langit Sudah pindah ke pasar gede " sahut Rosyid manggut-manggut.

" Hari ini pasar ini yang terakhir dikirim barangnya Mang ' sahut Langit ramah.

Sedangkan Laksmi hanya menyimak saja percakapan antara Langit dan Rosyid. Baru kali ini melihat seorang Langit tampak ramah dan tersenyum kepada orang lain.

" Oh .. bisa senyum dan ramah juga toh " gumam Laksmi tanpa sadar.

Membuat langit menoleh kearah Laksmi dengan lirikan tajam tanpa disadari gadis itu. Karena Laksmi tampak asyik dengan mangkuk buburnya sembari menundukkan kepala.

Rosyid hanya tersenyum kecil melihat Langit melirik Laksmi dengan tatapan tajamnya.

" Ya sudah kalau begitu silahkan dinikmati buburnya Mas ... Mbak " ucap Rosyid kemudian berlalu dari meja mereka.

Kini hanya keheningan diantara keduanya. Laksmi memilih menundukkan kepalanya dalam-dalam tanpa niat untuk menghiraukan sosok tampan didepannya yang terus saja mencuri pandang kearahnya .

Sedangkan langit tanpa diketau Laksmi tersenyum geli melihat tingkah laku gadis manis didepannya itu.

Keduanya menikmati bubur ayam mereka dengan saling berdiam diri.

Tanpa mengetahui kalau setelah ini mereka akan saling terlibat dalam kehidupan keduanya. Setelah ini mereka seolah ditakdirkan untuk saling berhubungan lewat pertemuan - pertemuan tanpa sengaja yang akan sering terjadi diantara mereka.

***

Metro, 08/07/2024

kecantol Mas JuraganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang