Chapter 6

0 0 0
                                    

Alasan mengapa Jimmy lebih suka menggunakan motor, selain karena itu akan membuatnya lebih keren dan sangat cocok untuk lelaki sejati sepertinya. Juga karena motor lebih mudah melaju di jalanan padat kota Seoul.

Kejadian terlambat ke sekolah seperti ini tak pernah ia alami selama bersama motornya. Meski memang, Jimmy tak pernah datang tepat waktu. Hari ini, karena motornya belum keluar dari kantor polisi, dengan terpaksa ia menggunakan satu-satunya kendaraan yang ada di rumah. Sebuah White Audi hadiah ulang tahunnya dari sang ayah saat lulus SMP. Kendaraan yang membuatnya sampai ke sekolah pukul sepuluh.

Jimmy baru saja membuat rekor terlambat paling parah sepanjang catatan kriminalnya di sekolah ini.
Sepanjang perjalanan di lorong sepi sekolah ia mengumpat akan menjual mobil itu dan mengantinya dengan motor baru. Umpatan Jimmy terhenti saat matanya menangkap seseorang berjalan berlawanan di ujung lorong.

"Ah! Sial!"

Dari ratusan lorong sekolah yang ada. Kenapa ia harus berpapasan dengan makhluk pucat yang paling tidak ingin ia temui di dunia ini.
Guru Song.

Bisa dipastikan harinya yang tenang akan dikacaukan dengan teriakan parau orang tua ini. Terlebih pagi ini ia sudah membuat tiga kekacauan.
Pertama, tiga hari kemarin Jimmy tak masuk sekolah. Guru galak itu pasti bisa menyadari ketidak hadirannya. Kedua, Jimmy sedang dalam keadaan melanggar semua aturan sekolah untuk urusan berseragam. Jas resmi sekolah ia ganti dengan jaket hitam. Kemejanya yang tak dikancing lengkap dengan aksesoris kalung rantai panjang. Cincin di tiga jarinya dan lima buah earing di telinga. Ketiga. Tentu saja. Baru datang ke sekolah saat para siswa lain bahkan sudah menghabiskan dua jam pelajaran mereka.

Di balik langkah santai dengan kedua tangan bertengger di saku celana. Jimmy mengantisipasi segala amukan yang mungkin terjadi. Memantau pergerakan makhluk pucat itu lewat ujung matanya. Jarak mereka semakin dekat. Dan Jimmy mulai menyadari sebagian wajah sang guru tertutup sweater turtle neck tebal berwarna hitam.
Sang guru terlihat tak sehat.

Semakin sang guru mendekat, Jimmy harus menutup telinga dengan earphone yang menggantung di lehernya. Atau mungkin Jimmy juga harus menyampirkan hoodie jaketnya ke kepala. Menyelamatkan rambutnya yang mungkin akan menjadi sasaran cakaran sang guru.
Hingga jarak yang tersisa hanya beberapa langkah. Jimmy mempercepat kakinya meski tak yakin guru pucat itu melihatnya. Itu tak membuat Jimmy tenang. Orang itu bisa kapanpun mencengkram belakang jaketnya dan menyeretnya seperti tawanan saat mereka berpapasan. Jimmy bertaruh itu akan terjadi dalam hitungan ...

Tiga

Dua

Satu

Waktu seakan berhenti untuk Jimmy saat ia tak merasakan apapun menyentuhnya. Kakinya refleks berhenti dan ia menoleh ke belakang dengan bingung.

Song Kyun Gi.

Guru konseling yang selalu memburunya seperti elang kelaparan kini berlalu begitu saja tanpa sedikitpun melirik padanya. Apa orang itu sudah gila? Atau ia yang tak terlihat. Satu alis Jimmy terangkat menyaksikan sang guru hanya berjalan cepat di lorong seakan tak pernah bertemu apapun.

***

Harusnya puluhan mata di kelas itu fokus ke depan. Memahami rumus-rumus fisika yang tengah ditulis seorang guru bermata sipit lalu menyalinnya ke buku tulis untuk dipelajari.

Kenyataannya bukan itu yang terjadi. semua perhatian para siswa di sana tersedot pada seorang siswa lain yang baru saja datang. Di jam seperti ini, waktu yang sudah sangat terlambat.

"Aku terlambat." Singkatnya lalu berlalu tenang di depan si guru fisika yang keningnya sudah bertaut sengit.

Tak ada yang terkejut dengan etika buruk si siswa yang baru datang. Karena itu sudah menjadi makanan sehari-hari kelas itu. Sudah bisa ditebak apa yang akan terjadi selanjutnya.

Let Me be Your ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang