9 - Tanda Kemerahan

49 17 0
                                    

Sebelum baca, jangan lupa tekan bintang vote dan ditunggu komentarnya ya~selamat membaca💛

-✿✿✿-

Bebi terbangun entah jam berapa, suasananya masih gelap. Dan yang pertama kali ia lihat saat membuka mata adalah wajah Pinus yang begitu dekat karena menempel di ceruk lehernya, ngusel di sana sambil memeluk perutnya di balik selimut. Entah kenapa Bebi merasa takut sekarang karena hawanya benar-benar dingin, meski kini ia dipeluk dan berselimut. Apa jangan-jangan ia kena hipotermia, tapi nggak mungkin karena tubuhnya tidak menggigil.

Akhirnya Bebi menepuk-nepuk pipi Pinus. Berniat membangunkan. Soalnya ia mencoba memejamkan mata lagi, tapi malah jadi gelisah.

"Pin, Pinus." Bebi berbisik di telinga Pinus. Pinus hanya bergumam dan semakin mengeratkan pelukannya. 'Ealah ini bocah.'

Bebi lalu memencet hidung mancung Pinus, membuat Pinus mengerutkan kening dalam tidurnya. Matanya perlahan mengerjap, tapi tidak segera menjauh dari aroma citrus yang membuatnya nyaman.

"Pinus, bangun." Bebi beralih mengusap-usap rambut Pinus yang lebih panjang dari biasanya.

"Hm."

"Bangun, ih."

"Hm."

"Laper."

Wajah Pinus perlahan menjauh dari wajah Bebi sambil mengedip-ngedipkan matanya, mencoba mengumpulkan nyawa. Tangan kirinya masih bertengger manis di perut Bebi.

"Laper?" ulang Pinus dengan suara seraknya.

Bebi tersenyum sambil memperhatikan Pinus yang menatapnya tak berkedip. Pinus memang ganteng, banget malah. Perlakuannya juga manis. Tapi Bebi tidak tertarik karena Pinus lebih muda dari dirinya, walaupun cuma beda satu tahun. Alasannya bukan karena usia sih, tapi prinsip Bebi yang dipegang teguh. Dia nggak akan pernah macarin Pinus sampai kapan pun ke depannya.

"Mau makan apa?" tanya Pinus masih dengan suara seraknya.

"Makan angin."

Pinus tersenyum mendengarnya, Bebi terlihat sangat cantik sekarang.

"Nggak laper kok, cuma mau nanya jam."

Tangan Pinus yang melingkari perut Bebi beralih mengambil ponselnya di saku jaket. Dilihatnya jam yang menunjukkan pukul 03:45. Pinus kemudian menunjukkan pada Bebi.

Bebi segera mengambil alih ponsel Pinus dan menyalakan senter. Ia langsung bangun duduk dan menyibak sleeping bag untuk mencari air mineral. Pinus ikut bangun duduk dan melihat Bebi yang sedang minum banyak-banyak.

"Kamu di sini berapa lama, Be?"

Bebi menghentikan minumnya dan mengusap bibirnya dengan punggung tangan. "Besok pulang kan?"

"Maksudku di Pewete?"

"Sekitar enam bulan mungkin."

Pinus mengerjap dan beralih mengambil botol air yang tersisa seperempat dari tangan Bebi kemudian menenggaknya habis. "Libur kuliah selama itu?"

"Aku meliburkan diri. Mau magang."

"Di?"

"Pewete."

"Spesifiknya?" tanya Pinus gemas. Bebi masihlah Bebi yang selalu menjawab pertanyaan seperlunya.

"Di PT NLM Barokah Selalu."

"Pegunungan dong."

"Nggak segunung ini kan?"

Pinus tertawa sambil menyugar rambutnya. "Kalo segunung ini kayaknya kamu nggak akan kuat bertahan enam bulan, Be."

ADIYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang