'Apa yang kalian sembunyikan...?'
Disisi lain, terlihat seorang gadis membuka pintu kamarnya yang bernuansa abu putih. [Name] melihat sekeliling kamarnya. Ada beberapa peredam suara yang tertempel di tempat-tempat tertentu. Ia pun mulai menginjakkan kakinya di lantai marmer yang dingin itu sambil menyeret kopernya masuk ke kamarnya. [Name] berdiri di samping kasur lalu membuka pintu lemari dan mulai menata bajunya disana.
Saat Ia sedang menata baju, pandangannya tidak sengaja jatuh kepada sebuah piano yang berada di ujung kamarnya. Beberapa hari sebelum Ia pindah kesini, Ia meminta sebuah piano kepada Amato. Amato hanya mengiyakannya. [Name] terbengong sebentar sebelum Ia meninggalkan kopernya yang masih berisi beberapa baju terbuka dan berjalan kearah piano tersebut.
Ia duduk di kursi yang tersedia di hadapan piano tersebut dan membuka penutup pianonya. Ia terdiam sebentar sebelum tangannya terulur untuk memainkan piano tersebut. Tangannya terlihat sangat lihai dalam memainkan piano tersebut.
[Name] terus menghasilkan lantunan suara yang indah dari piano tersebut, dan tanpa Ia sadari, ada 3 orang yang mengintip dia bermain piano dari balik pintu kamarnya. Ke-3 orang tersebut tercengang saat melihat begitu pandai nya [Name] bermain piano.
Beberapa saat kemudian, akhirnya [Name] pun sampai di penghujung lagu. Ia menekan not terakhir di piano tersebut sebagai penutup lagu. suasana terasa sunyi sebelum terdengar suara tepuk tangan yang berasal dari 3 orang tersebut. [Name] yang sebelumnya tidak menyadari kehadiran mereka bertiga, berjengit kaget saat mendengar suara tepuk tangan. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat Taufan, Blaze dan Thorn sedang bertepuk tangan sebelum Thorn berlari ke arahnya dengan mata berbinar senang.
"Wahh!! [Name] keren sekali!! Maukah [Name] mengajarkanku??" Ucap Thorn dengan nada bersemangat. Belum sempat [Name] menjawab, disampingnya muncul Blaze yang menatapnya dengan tatapan yang sama. "Aku juga mau diajari oleh [Name]!!" Ucap Blaze. "Akupun Akupun!!" Sahut Taufan yang berdiri di tengah-tengah Blaze dan Thorn.
[Name] menatap mereka dengan tatapan bingung sekaligus sedikit panik karena tidak biasa dengan perlakuan mereka. [Name] menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal sebelum menghela nafas. "Y-Ya, baiklah... akan ku ajarkan jika ada waktu senggang.." Kata [Name] pelan.
Ke-3 Pemuda itu hanya bersorak senang sebelum ketukan di pintu menginterupsi kesenangan mereka.
Mereka berempat menengok ke arah pintu, terlihat seseorang berbaju merah bergradasi hitam tengah menatap mereka dengan tatapan datar.
"... Kusuruh kalian untuk memanggilnya turun, kan? bukan malah bersenang-senang disini." Katanya dingin.
"Ih! Bang Hali tidak asik! Kami ingin bermain dengan [Name] sebentar saja masa tidak boleh sih?!" Kata Taufan kesal.
"Iya Iya! Tidak asik! hmph!" Kata Thorn sambil menggembungkan pipinya lalu membuang muka kesal.
[Name] hanya menatap kedua kakak barunya dengan tatapan datar. 'Aneh.. Tapi lucu juga.' Pikir [Name].
Sementara adik-adiknya protes, Halilintar memijit pelan keningnya sebelum menatap [Name] datar. "[Name], turun. Makan dulu." Kata Halilintar datar.
[Name] mengangguk pelan sebelum ia beranjak dari kursi pianonya dan mengikuti Halilintar dari belakang menuruni tangga dan berjalan menuju meja makan di ikuti oleh Taufan, Blaze dan Thorn dari belakang.
Sesampainya di meja makan, terlihat 3 orang pemuda dan seorang laki-laki yang sedang duduk menunggu mereka berlima. Tanpa basa-basi, [Name] dan ke-4 saudaranya yang baru datang itu langsung duduk di tempatnya masing-masing.
Mereka pun mulai menyendok nasi dan lauk-pauk yang tersedia ke piring mereka. "Dih?! Kok ayam kamu lebih gede sih bang?!" Protes Blaze saat melihat daging ayam yang ada di piring Taufan lebih besar daripada miliknya. "Iyalah! Aku kan lebih tua dari kamu! Jadi porsi makanku lebih besar!" Kata Taufan mengejek.
"Gabisa gabisa! Tukeran sini!!" Kata Blaze sambil mencoba untuk merebut daging ayam milik Taufan. "eitss! tidak boleh!" Kata Taufan sambil menghalangi dan menahan tangan Blaze. Semua orang yang ada disana hanya menggeleng pelan karena sudah terbiasa dengan adegan seperti ini kecuali [Name].
[Name] menatap mereka sebelum menatap daging ayam yang ada di piringnya sebelum kembali menengok kearah mereka atau tepatnya kearah Blaze. "... Bang Blaze mau ayamku?" Tanya [Name] menyodorkan piringnya ke arah Blaze. Mendengar hal tersebut, semua orang langsung menengok ke arah [Name] terutama Blaze.
Blaze menatap [Name] sebelum menatap piring- atau lebih tepatnya daging ayam milik [Name] dengan tatapan berbinar-binar dan tergiur. Namun tatapan tersebut tergantikan dengan tatapan kesal saat Ice mendorong kembali piring [Name] kearah pemiliknya.
"Gak usah, dia udah ada bagiannya. Kamu makan aja, gausah pedulikan dia." Kata Ice datar sebelum menyantap makanannya. Blaze melirik Ice dengan kesal namun Ice hanya fokus dengan makanannya dan [Name] hanya menatap Ice dengan tatapan polos. [Name] menatap kearah Blaze yang masih melirik Ice dengan kesal sebelum dia menunduk untuk menatap piringnya.
Ia termenung sebentar sebelum ia menggunakan sendok miliknya untuk mengambil daging ayam yang ada di piringnya dan memindahkannya ke piring Blaze. "Makan saja. Aku akan makan pakai sayur." Kata [Name] sebelum menyantap makanan yang ada di piringnya.
Semuanya hanya melongo dengan perbuatan [Name], terutama Amato. Selama ia bersama dengan [Name], tidak pernah sekalipun [Name] memberikan makanannya dengan sukarela seperti itu. Dia bahkan pernah mencoba untuk mengambil kulit ayam milik [Name] saat sedang makan malam bersama berdua.
Namun sayangnya, [Name] malah menatapnya tajam dan menyodorkan garpu yang ada ditangannya ke arah muka Amato. 'Waktu itu aku mau ngambil di ancam, kok ini dikasih ya.. SE DAGING-DAGINGNYA LAGI?!' Pikir Amato merasa tidak terima.
Oke, balik ke topik---
[Name] menatap mereka semua yang sedang tercengang -kecuali Blaze yang menatapnya terharu- dengan tatapan datar sekaligus bingung. "... Kenapa?" Tanya [Name]. "Ah- ng-nggak, gak apa-apa." Kata Gempa mewakili mereka semua sebelun mereka lanjut memakan makanan mereka dengan tenang.
To Be Continued
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Haloo!
A/N: Otak mulai buntu:)
{halooo, maaf tadi ada sedikit kesalahan😞}
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Elemental Brothers| Boboiboy Elemental X reader [On Going]
Fantasy[Name] adalah seorang anak yang diadopsi oleh keluarga Amato. [Name] memiliki kepribadian yang agak dingin, dan sedikit cuek dengan sekitarnya. Namun, [Name] menjadi seperti itu bukanlah tanpa alasan. [Name] memliki trauma mendalam yang mengubahnya...