"[Nam... [Name]!!??" [Name] pun tersadar dari lamunannya.
[Name] menoleh ke arah Blaze dan Halilintar yang menatapnya khawatir. "Kamu gapapa?" Tanya Blaze khawatir. [Name] mengangguk pelan. "Iya, aku gapapa. K-kalian lihat-lihat saja dulu, aku akan ke toilet sebentar." Kata [Name] cepat. Setelah selesai berbicara, ia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari studionya.[Name] berjalan menyusuri lorong sembari menunduk. Ia terus dihantui dengan kata-kata yang ada di kepalanya. Ia mengepalkan tangannya dan sesekali memukul kepalanya. Ia terus berjalan dan sesekali memukul kepalanya sebelum ia akhirnya menabrak seseorang. Ia mendongak dan melihat orang yang ia tabrak sedang menatapnya dengan tatapan bingung sekaligus khawatir.
"Kamu kenapa?" Tanyanya. "... nggak, gapapa. Permisi." Kata [Name] sedikit dingin. Mood nya memburuk karena suara-suara yang ada di kepalanya. Baru saja beberapa langkah melewati pemuda itu, tiba-tiba tangannya di cekal oleh pemuda bermanik zamrud tersebut.
"... Kenapa, kak Thorn..?" Kata [Name] pelan tanpa membalikkan badannya. "Jawab jujur, [Name]." Kata Thorn khawatir. "Aku gak apa-apa, kak." Kata [Name] tegas. Thorn yang menyadari suara [Name] yang sedikit bergetar, langsung menarik [Name] kedalam pelukannya. [Name] yang tidak siap dengan hal itu membelalakkan matanya kaget. "Kak-" Baru saja [Name] ingin protes, [Name] dibuat terdiam oleh belaian yang dihasilkan oleh pemuda zamrud itu.
Thorn bersenandung pelan untuk menenangkan [Name], dan itu berhasil. [Name] menenggelamkan wajahnya di dada Thorn. Suara-suara di kepalanya mulai menghilang. Beberapa saat kemudian, Thorn ingin melepaskan pelukannya tetapi ia membatalkan niatnya saat mendengar dengkuran halus dari sang gadis.
Ia tersenyum kecil dan mengangkat [Name] ala bridal style lalu berbalik badan untuk membawa [Name] ke kamarnya. Baru beberapa langkah, gerakannya terhenti mendengar suara salah satu saudaranya. "Hei! [Name] kenapa?! Kamu mau bawa kemana dia?!" Teriaknya. Wajah Thorn berubah menjadi murung mendengar suara saudara se gengnya itu. Siapa lagi kalau bukan Blaze yang baru keluar dari studio [Name] bersama Halilintar.
Thorn mengembangkan senyum palsunya dan membalikkan setengah tubuhnya. "Mau bawa [Name] ke kamarku~!" Kata Thorn sebelum berjalan cepat membawa [Name] ke kamarnya. "Hey tunggu!! Aku mau ikut!!" Seru Blaze dan mulai mengejar Thorn. Halilintar yang ada di belakang Blaze hanya menggeleng pelan sebelum ia mulai mengikuti mereka dari belakang.
Alam Bawah Sadar [Name]
Di suatu ruangan putih,seorang gadis membuka matanya perlahan dan berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ia melihat sekelilingnya hanya untuk melihat warna putih yang mengelilinginya. [Name] merubah posisinya menjadi duduk dan termenung sebelum sebuah suara menganggu kegiatannya.
"[Name]..." Suara itu memanggilnya. [Name] membelalakkan matanya. [Name] kenal betul dengan pemilik suara tersebut. Suara perempuan yang lembut nan halus itu memenuhi ruangan putih tersebut. [Name] segera berdiri dari duduknya dan mulai berjalan mencari sumber suara tersebut. "I-Ibu..?" Panggil [Name] sambil terus berjalan menyusuri ruangan tersebut. "[Name]..." Suara itu memanggil [Name] dengan suara yang semakin lirih. lirih dan kesakitan.
Mendengar suara 'ibu' nya yang semakin lirih, membuatnya panik. Bayangan masa lalu mulai menghantuinya dengan muncul di kepalanya. [Name] mempercepat langkahnya menyusuri ruangan tersebut. Jantungnya berdegup kencang, matanya mulai mengeluarkan air mata. "[Name]...!" Suara tersebut mulai terdengar lebih jelas yang menandakan bahwa [Name] semakin dekat dengan sumber suara tersebut. Ia berjalan lurus dan berlari kecil untuk menghampiri 'ibu' nya itu.
Saat gadis itu berhenti, ia membelalakkan matanya melihat pemandangan yang ada di depannya. Kejadian itu, terulang kembali di hadapannya. Kejadian dimana ibunya berpegangan erat dengan ujung tebing. Tubuh [Name] bergetar takut sekaligus panik. Perasaannya campur aduk. "[Name]..! Tolong ibu nak..!" Ucap 'ibu' nya lirih.
Tanpa basa-basi, [Name] maju untuk membantu ibunya. Namun sayangnya, baru beberapa langkah ia maju, tangan 'ibu' nya sudah tidak dapat menahan lebih lama lagi, 'ibu' nya pun terjatuh kedalam jurang yang gelap itu. "Tidak!!" Teriak [Name] histeris. Melihat hal itu [Name] menangis sesenggukan. Air matanya keluar dengan deras, ia berlutut dan memukul tanah tebing tersebut marah, merasa tidak berguna karena ia gagal menyelamatkan 'ibu' nya untuk kedua kalinya.
[Name] terus menangis, tanpa sadar ruangan tersebut mulai berubah menjadi hitam. Ilusi tebing tersebut juga menghilang bersamaaan dengan pudarnya warna putih yang tadinya mendominasi ruangan tersebut.
Ruangan itu berubah menjadi sepenuhnya hitam. [Name] yang menyadari hal tersebut menghapus air matanya dan melihat ke sekelilingnya. Tiba-tiba terdengar suara tertawa seorang perempuan yang menggelegar. Suara tawa tersebut membuat [Name] membeku.
[Name] POV:
Suara tawa itu... Aku mengenalinya.
Dia yang merusak kehidupanku...
Dia yang membunuhnya.. bukan aku...
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
Bukan aku...!
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
Bukan..!!!
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
₱Ɇ₥฿Ʉ₦ɄⱧ
3rd person POV:
Suara-suara tersebut muncul lagi membuat [Name] menjenggut rambutnya sendiri. Beberapa detik setelah itu, suara tawa tersebut terdengar lagi, [Name] semakin kencang menjenggut rambutnya. Suara itu terus berulang-ulang seiring tawa tersebut semakin menggelegar sebelum suasana berubah menjadi sunyi. Suara-suara yang ada di kepalanya dan suara tawa itu hilang seketika seperti dihempaskan begitu saja. [Name] melepaskan rambutnya dan melihat ke sekelilingnya. Sebelum ia mendengar suara seorang perempuan di belakangnya.
[Name] membelalakkan matanya. Sudah lama sekali semenjak pertemuan [Name] dengan "dia". [Name] tidak berbalik badan, tubuhnya membeku, matanya kembali berair. Sementara sosok tersebut menatap punggung [Name] dan tersenyum lebar.
"Halo, [Name] ku~! Sudah lama kita tidak bertemu kan~?" Kata sosok tersebut dengan nada senang. [Name]? gadis itu hanya terdiam dengan tubuh bergetar ketakutan. Ia kira "dia" sudah menghilang sepenuhnya. tetapi dugaannya salah. "Dia" muncul lagi untuk mengganggu kehidupan baru [Name].
[Name] termenung hingga sebuah lengan yang melingkar di pundaknya membuat gadis itu berjengit kaget namun ia tetap terdiam dengan tubuh yang semakin bergetar. Melihat hal itu, senyuman sosok tersebut semakin melebar. Ia mendekatkan mulutnya ke telinga [Name] dan berbisik di telinganya. "[Name]~ Kenapa diam~? Takut~?" Sosok tersebut terkekeh pelan sebelum melanjutkan perkataannya.
"Kemana [Name] yang dulu suka membantahku? Dimana keberanian [Name] ku yang lucu ini hm~?" Bisik sosok tersebut yang membuat bulu kuduk [Name] berdiri. Ia merasa takut sekaligus jijik dengan bisikan 'manis' sosok tersebut. Menyadari kegelian [Name], sosok tersebut terkikik sebelum kembali berbisik di telinga [Name]. "Mau seberapa keras upaya kamu untuk lari dariku, itu semua akan sia-sia sayang~. Karena pada dasarnya, tubuhmu adalah tubuhku, [Name]." Bisik sosok tersebut sambil memainkan rambut [Name] di jarinya.
To Be Continued
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Haloo!
A/N: SUMPAH, ini alurnya nyambung ga si? 😞 BTW, ada yang bisa tebak "dia" itu siapa yaaa??
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Elemental Brothers| Boboiboy Elemental X reader [On Going]
Fantasy[Name] adalah seorang anak yang diadopsi oleh keluarga Amato. [Name] memiliki kepribadian yang agak dingin, dan sedikit cuek dengan sekitarnya. Namun, [Name] menjadi seperti itu bukanlah tanpa alasan. [Name] memliki trauma mendalam yang mengubahnya...