21

177 95 25
                                    

Dengan langkah yang tertatih, seorang gadis imut bersama dengan kruknya sedang berusaha menaiki tangga didepannya. Orangtuanya sudah melarangnya untuk tidak bersekolah terlebih dahulu. Namanya juga perempuan, tentu saja keras kepala. Gadis bernama Keisya itu, dengan wajah gusarnya mulai sebal karena kesulitan menaiki tangga.

Tiba-tiba dari arah belakang, muncul sebuah suara yang mengejutkan dirinya.

"Sorry, mau gue bantu nggak?", Sena muncul dengan ransel di punggungnya.

Keisya yang mendengar tawaran dari mulut Sena, sontak saja mengangkat ujung bibirnya pelan. Mengangguk pelan karena ia memang butuh bantuan Sena saat ini.

"Oh boleh kak. Soalnya aku nggak bisa naik sendiri, susah", sahut Keisya tak lupa menebar senyum.

Sena yang memang memiliki niat tulus untuk menolong, dengan segera ia memapah Keisya untuk ke lantai atas. Kruknya ia simpan di tangan sebelah kiri.

"Jadi elo yang kemarin jatuh pas olahraga?", tanya Sena mencoba basa-basi.

"Iya kak, waktu itu aku kurang fokus jadi jatuh deh", jelas Keisya dengan wajah muramnya.

"Lain kali hati-hati ya", pesan Sena.

Jarum jam pagi ini masih menunjukkan pukul 06.20. Pertanda jika masih jarang anak-anak SMA Garuda berangkat sekolah. Angin dingin bertiup di lantai dua tempat mereka berpijak.

"Kelas berapa?", tanya Sena sambil melirik plang bertuliskan kelas X MIPA di sebelah kiri.

"X IPS 1 kak", balas Keisya.

Sena mengantarkan kekayaan sampai di tempat duduknya. Ia juga heran, kenapa gadis ini berangkat sangat pagi? Padahal kan bisa nanti saja nunggu beberapa temannya berangkat dan minta bantuan mereka. Tapi, ya sudahlah. Mungkin memang ini sudah takdirnya untuk membantu Keisya hari ini.

"Makasih ya kak Sena", ucap Keisya sambil melirik badge seragam batik milik Sena.

"Sama-sama. Nama lo siapa?", tanya Sena.

"Nama aku Keisya Anindita Pradipta kak", balas Keisya tersenyum sangat lebar.

Sena yang melihat Keisya mengulurkan tangannya, bergegas dijabatkan tangannya ke uluran tangan itu.

"Sena Putri Renjana", balas Sena mantap.

"Yaudah gue duluan ya, kalau mau turun atau apa nunggu temen lo aja", lanjut Sena seraya bersiap menuju kelasnya.

"Iya kak, makasih ya sekali lagi", sahut Keisya.

Setelah memastikan Sena keluar dan turun dari area koridor, Keisya membanting kruk yang ada di sampingnya. Ia berdiri sendiri dan berjalan kesana kemari tanpa sedikitpun merasa kesakitan.

Ya, gadis itu memalsukan kecelakaannya. Sebenarnya itu hanya keseleo saja, tapi Keisya tetap bersikeras untuk rontgen dan bahkan sampai memalsukan dokumen rontgen-nya sebagai patah tulang kaki kiri.

"Ckck Sena Sena, bisa-bisanya lo gampang dibodohi", decak Keisya sambil tertawa sendiri.

Sena yang sudah turun ke lantai bawah, ia sedang berjalan menuju lantai atas kelas XI MIPA. Belum sempat melangkah, dering ponsel di sakunya menyita perhatiannya.

Arkan is calling...

Nama yang tertera di ponselnya, mampu membuat kedua ujung bibirnya terangkat sedikit. Ini adalah telepon dari laki-lakinya.

"Halo?", sapa Sena setelah sedikit menurunkan antusiasnya.

"Lo dimana? Gue di depan rumah", tanya Arkan dari sebrang.

CERITA SENA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang