Arkan yang sedang melaju dengan kecepatan rata-rata, tiba-tiba telapak tangannya terasa dijatuhi air hujan yang semakin deras. Ia memilih untuk menepi sekitar 400 meter sebelum persimpangan warkop. Arkan menyesali keputusannya tidak membawa jas hujan, pikirnya nanti juga reda. Eh ternyata malah tambah deras.
"Sial amat yak gue hari ini", gumam Arkan sambil melepaskan helmnya. Menatap langit yang bergemuruh keras.
Saat ia melirik arlojinya, terpampang sudah menunjukkan pukul 21.14 Memang jarak rumahnya ke warkop bisa dibilang cukup jauh, apalagi Arkan mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata. Setelah menunggu selama 15 menit, hujan sudah mereda. Digantikan rintik gerimis jarang. Arkan kembali memakai helmnya dan melaju menuju warkop.
Sesampainya di persimpangan, Arkan melihat sosok yang cukup familiar. Tapi, Arkan menggelengkan kepalanya. Bisa saja itu hanya semacam ilusi matanya saja. Baru beberapa meter ia lewati, telinganya mendengar suara perempuan menjerit minta tolong.
"TOLONG! TOLONG!"
Arkan masih berusaha mencari tau asal teriakan tersebut. Sepertinya dari arah persimpangan yang tadi dirinya lewati, daerah situ cukup gelap. Apalagi, jika lurus ke utara ada gang buntu.
"TOLONG! ADA ORANG MESUM!"
Dirinya langsung memutar balik motornya ke arah persimpangan tersebut. Yeah, betul. Disana terdapat 4 laki-laki yang berusaha menyentuh area bahu perempuan yang masih berseragam sekolah.
"Nggak mungkin kan?", gumam Arkan sambil berlari ke arah mereka.
Bugh
Tendangan keras ia layangkan ke arah laki-laki berambut kriwil.
Saat menengok ke belakang, netranya melihat korban yang sudah ia duga dari awal. Sena terduduk ketakutan sambil memeluk tasnya yang sepertinya digunakan sebagai tameng. Sontak dirinya membantu Sena berdiri.
"Lo nggak papa?", tanyanya pelan. Hanya anggukan dan badan gemetar yang menjadi jawabannya.
"Sialan! Beraninya kalian berbuat begitu sama cewek! MAJU LO SINI BANGSAT!", teriak Arkan sebelum membabi buta memukuli keempat preman tadi.
Walaupun slengean begini, Arkan sudah terlatih menguasai berbagai bela diri. Pencak silat, taekwondo, judo. Ketiganya bisa dikuasai dengan mudah olehnya. Target utamanya ada di kriwil, yang sudah berani menyentuh Sena dengan tidak sopan. Pukulan dan tendangan ia arahkan hingga membuat wajah si kriwil babak belur.
Tak lupa, ketiga rekannya Arkan habisi dengan penuh amarah. Se-brengsek apapun Arkan, ia tetap tidak bisa menolerir yang namanya pelecehan. Apalagi, orang yang dilecehkan ini termasuk orang yang dekat dengan dirinya, bagi Arkan.
Setelah mengingat apa yang sudah mereka lakukan, pukulan Arkan semakin menguat dan seolah kerasukan setan, ia tidak kenal lelah, semakin dipukulnya keempat kutu kupret tadi. Padahal, mereka sudah terkapar tak berdaya. Mukanya babak belur, beberapa tulang yang mungkin patah. Bahkan si kriwil sampai batuk berdarah. Arkan dengan beringasnya memukul, menendang dan menghantam mereka semua. Tiada ampun. Teriakan Sena yang berusaha menghentikannya pun tidak ia hiraukan.
Sampai akhirnya, lingkaran tangan mungil di pinggangnya bisa menghentikannya. Sena, nekat memeluk Arkan agar dirinya berhenti memukuli mereka.
"A-arkan ud-ah", cicitnya.
Arkan langsung membalikkan badannya dan membalas pelukan gadis itu. Berusaha memberikan ketenangan. Selesai itu semua, Arkan berniat mengantarkan Sena kerumahnya. Sekarang sudah larut malam, ia harus bertanggung jawab atas Sena.
Sesampainya di depan rumah Sena, Arkan menawarkan diri untuk masuk ke dalam rumah. Dirinya akan menjelaskan kepada orangtua Sena kalau Sena pulang malam karena dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CERITA SENA [END]
Genç KurguSena Putri Renjana, gadis pendiam dari SMA Garuda. Takdir menggariskan ia untuk bertemu dengan laki-laki Badung dan freak bernama Arkan Eliano Hartas, cucu pemilik sekolah mereka. "Lagi ngintip apa lo?", tanya Arkan dari arah belakang. Bagai adega...