1. Bunda

312 6 0
                                    

1. Bunda

---
Bukan tidak dianggap hanya saja ada yang lebih penting dibandingkan diriku.

---

Panasnya matahari tidak membuat wanita paruh baya menghindar dari cahaya panas yang membakar kulit. Duduk berdiam diri didepan rumah menjadi kebiasaannya beberapa tahun ini. Teriakan dari salah satu anak remaja membuyarkan lamunan merta. "Bunda!"

Dua anak remaja memasuki pagar rumah yang terbuka setengah. Berlari menghampiri merta. Lantas vina pun langsung memeluk merta. Tangan merta mengusap rambut vina dengan penuh kelembutan. Merta melayanglan tatapan lembut ke salah satu anak remaja tersebut. "kenapa tadi lari-larian hm?"

"vina laper bunda," rengek vina.

Merta menatap gemas pada remaja yang memakai baju putih biru di depannya. Kemudian menganggukkan kepala, dia meraih tangan kedua remaja untuk memasuki rumah.

"bunda hari ini masak apa?" tanya anak remaja yang sedari tadi diam mendongak menatap bundanya yang lebih tinggi.

" bunda hari masak ikan nila sama sayur kangkung," kata merta. Dia mengusap rambut bella anak bungsu nya.

"yey! Makan ikan nila, vina suka ikan nila." Vina berlari masuk ke dalam kamar, dia tergesa-gesa menaiki tangga, melempar asal tas yang dipegang ke atas kasur.

Dengan lembut merta menatap bella. " tidak papa kan hari ini bunda masak ikan nila?" ujarnya.

"Tidak papa bunda, bella masih bisa makan sayur kangkungnya."

Merta menangkup kedua pipi gembil bella. "bunda janji besok akan masakin bella capcay, suapaya anak bunda tetep semangat," ujar merta.

"makasih bunda, kalau begitu bella ganti baju dulu." Bibir bella merekah berharap kali ini sang bunda menepati janjinya karna sudah cukup lama dia tidak memakan makanan favoritnya. Wajah senangnya tidak bisa disembunyikan, dia menaiki tangga dengan senyum yang merekah. Dari atas sana terdapat vina yang menuruni tangga dengan tergesa-gesa. "kakak jangan lari di tangga."

"vina sudah laper bella, vina makan duluan soalnya kamu lama," teriak vina. Dia berlari sampai meja makan, disana sudah disambut merta yang sedang menyiapkan makanan.

Tanpa berkomentar bella melanjutkan langkah kecilnya menuju kamarnya. Dia menaruh tas diatas meja belajar. Bergegas mengganti pakaian dengan celana pendek dan baju pendek. Dengan segera dia turun untuk bergabung dengan vina yang sudah hampir selesai makan.

"bella beneran tidak mau ikan nilanya?" tanya merta. Matanya mengikuti bella yang baru datang dan duduk didepannya.

"tidak bunda bella pakai kangung aja sama tempe," balasnya. Merta hanya mengangguk dan menaruh piring yang dia isi dengan makanan didepan bella kemudian berlalu meninggalkan kedua anak remaja itu.

"kenapa kamu nggak suka ikan nila sih padahal enak?" celetuk vina. Dia menatap bella, lantas kembali sibuk dengan makanan didepannya yang tinggal setengah.

Bella menatap vina sekilas." Aku nggak bisa makannya."

"nggak bisa gimana? Kalo mau tinggak makan aja."

"maksud aku nggak bisa misahin durinya vina."

Sebelum menjawab vina menyuapkan satu sendok terakhir ke mulutnya. "aku setiap makan ikan nila durinya dipisahin sama bunda , kamu minta tolong bunda aja," ujarnya.

Bella hanya tersenyum tipis menanggapi vina. Dia hanya ingin merta berinisiatif seperti memisahkan duri-duri ikan tanpa bertanya kepada vina. Dia hanya ingin hal tersebut merta lakukan kepada nya, tetapi sepertinya sangat mustahil.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang