---
Salah satu alasan mengapa rumah menjadi tempat tidak nyaman adalah adanya ketidakadilan seperti pilih kasih di dalamnya.
---Hari Minggu hari dimana semua orang beristirahat dari letih nya hari. Hari Minggu waktunya untuk bersenang-senang menghabiskan waktu bersama keluarga.
Tapi bagi Bella hari Minggu akan sama dengan hari-hari yang lain. Hari Minggu akan menjadi hari yang lumayan melelahkan, karna membantu sang bunda bersih-bersih rumah.
Sedari kecil dia sudah diajarkan untuk melakukan pekerjaan rumah, tidak berat hanya menyapu, ngepel, mencuci piring serta terkadang membantu Merta mencuci pakaian.
Di pagi hari yang cerah ini Bella mengepel lantai dengan tenang, sebelum dikacaukan oleh Gavin sang manusia jadi-jadian.
Gavin tanpa menghiraukan adanya Bella yang mengepel lantai, dengan senang gembira dia melewati nya begitu saja.
"Abang aku lagi ngepel loh," kata Bella. Menatap nanar lantai yang tercap telapak kaki Gavin.
"Kenapa? Terserah gue rumah-rumah gue," sentak Gavin. Melanjutkan langkah nya tanpa peduli dengan bella.
Bella menghela nafas panjang. Dia harus mengulang kembali di bagian yang di lewati Gavin. "Gini banget punya Abang manusia vampir," gerutu Bella. Melanjutkan acara mengepelnya.
"Loh, kakak nggak jadi ikut bang Gavin?" Tanya Bella. Dia melihat Vina turun dari tangga menggunakan baju tidurnya.
"Nggak lah kamu aja nggak dibolehin ikut, ngapain aku ikut." Pelan-pelan berjalan. Mencari lantai yang susah mulai mengering. Menuju dapur untuk mencuci piring.
"Kak Vina ikut aja nggak papa, aku mau belajar masak sama bunda hari ini," ujar Bella. Membereskan alat pel nya, dia menyimpan nya di belakang.
"Nggak lah males nggak ada temennya kalau ikut, mending dirumah nonton TV lebih nikmat." Setelah Vina melihat siluet Bella.
"Iya deh terserah kakak aja."
"Loh dapur udah bersih aja, siapa yang bersihin?" Matanya menelisik dapur dengan seksama.
"Tadi pagi udah di beresin bunda."
"Ya sudah kalo gitu, sekarang bunda kemana?"
"Bunda masih jemur baju dibelakang."
Vina menganggukkan kepalanya. Dia memilih menuju ruang tamu untuk menonton TV saja. Apalagi jam-jam segini dua botak kembar masih tayang. Dia tidak peduli apa yang akan di lakukan Bella di dapur. Mungkin saja menyiapkan bahan karna dia ingin belajar masak.
"Katanya mau ikut maen, kenapa belum mandi?" Tanya Gavin. Dia nongol dari pintu depan. "Gue udah nungguin Lo dari tadi Maimunah," cerocos gavin.
"Gak jadi ikut Abang karna Abang nggak ikhlas. Aku males," balas Vina. Dia anteng di ruang tamu. Menonton TV dengan hikmat.
"Hah untung Lo adek gua kalo bukan udah gue sikat pake sikat WC." Dengan geregetan Gavin ingin melempar sepatu yang dia lepas dari kakinya.
"bunda! Ayah!" Teriak Vina.
"Kenapa teriak Vina?" Tanya Fery. Dia keluar dari ruang kerjanya karna teriakan dari Vina.
"Liat yah, Abang mau lempar aku pake sepatu." Vina menunjukkan Gavin.
"Vina bohong yah jangan didengerin, aku mau berangkat sekarang. Mau kerkom." Gavin pamit kepada ayahnya yang duduk disampingnya Vina. Sebelum pergi dia menyempatkan menggigit pipi Vina dengan greget.
"Aduh Abang sakit!"
"Gavin jangan ganggu adek nya, kalau mau berangkat jangan bikin kesel adek nya tinggal berangkat aja repot," ucap Fery. Vina yang merasa dibela tersenyum senang. " punya gigi kok tajem tajem. Sakit ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Luka
Teen FictionHidup memang tidak bisa direncanakan, bagaimanapun rencana yang kita buat kalau itu bukan takdirnya kita bisa apa, Mungkin menyalahkan Tuhan atau berteriak kepada semua orang bahwa ini tidak adil. Mereka kembar namun kehidupan keduanya berbeda. Mer...