2. Perbedaan

172 4 0
                                    

---
Terkadang kesedihan memerlukan kesendirian, meski sering kali kesendirian mengundang kesedihan tak tertahankan.
~
Tere Liye
---

Kesendirian didalam sepinya hati menjadikan diri semakin terjatuh kedalam kegelapan. Mengurung diri terkadang mengundang panah-panah masalah berdatangan, ketika sendiri hanya akan ada suara tak kasat mata yang menyiram dirinya sampai basah kuyup. Namun, kesadaran diri berusaha tetap bertahan, mengusir jauh dari panah dan suara tak kasat mata.

Fikirin positif berusaha dipertahankan oleh Bella, dia sendirian mengusir perasaan tak benar yang dia pikirkan.

Hanya untuk bertemu Merta membutuhkan nyali yang besar. Duduk terdiam berfikir dimana letak kesalahannya, tak kunjung menemukan Jawaban apa yang menjadi pertanyaan nya akhirnya dia beranjak, berjalan menuju balkon.

Pandangan nya jatuh pada beberapa motor yang memasuki gerbang rumahnya. Matanya terus mengikuti gerak-gerik mereka yang heboh didepan rumahnya. Sepertinya Bella sudah menemukan jawaban siapa mereka.

Matahari terbenam menjadi pandangan yang menyejukkan mata, senja. Bella sangat terkesan dengan senja yang selalu menghiasi langitnya walaupun selalu tergantikan oleh bulan. Dia selalu memancarkan cahaya indahnya walaupun hanya sesaat, tetapi tidak peduli keadaannya senja akan selalu datang lagi Untuk bertemu langit nya. "Senja selalu indah," monolog Bella.

"Kalau dipikir-pikir pengen jadi langit yang menjadi kesayangan semuanya, tidak peduli bagaimana keadaannya semua akan datang menemaninya, seperti senja terkadang juga bulan terkadang bintang mereka bergantian menemui langit nya," monolognya lagi.

Matanya terus menatap langit yang dihiasi oleh senja, mengadu dalam diam kepada senja. Hanya senja yang bisa mendengarkannya.

"Bella," panggil Merta.

Bella menolehkan kepalanya. "Kenapa Bun?"

Merta mendekati Bella yang berada di balkon. "Kenapa nggak turun? Bentar lagi makan malam. Abang juga udah dibawa."

"Maaf, Bella nggak sadar kalau udah waktunya makan malam."

Merta menggelengkan kepala bertanda bahwa Bella tidak bersalah. "Tidak papa."

"Bunda minta maaf udah bentak Bella, bunda terlalu panik jadinya tidak sadar," ujar Merta. Dia tersenyum, mengusap lembut rambut Bella.

"Bella maafin bunda kan?"

Senyum merekah dibibir Bella. Dia menggeleng. "Bunda nggak salah, wajar kalau seorang ibu panik jika anaknya terluka. Jadi bunda tidak perlu merasa bersalah," kata bella.

Merta membalas senyum Bella, senyum kagumnya. "Yaudah ayok kebawah takut udah pada kelaparan," canda Merta.

"Ayok bunda."

Semua berkumpul diruang keluarga menunggu kedatangan Merta dan Bella. Malam ini suasana diruang keluarga sangat ramai, karna kedatangan teman-teman Gavin Abang dari Bella dan Vina.

"Mangkanya lain kali kalo nyolong liat ada penunggunya nggak," ujar Gavin. Dia duduk disebelah Vina, memberikan tutorial mencuri.

"Bang jangan ajarin adek nya begitu," sahut Fery. Menghentikan ocehan Gavin yang tidak penting.

"Aku udah capek memperingati dia, yaudah sekalian aja aku kasih tutorialnya biar nanti pulang-pulang nggak begini lagi." Gavin menatap sengit adiknya tentu saja dibalas tak kalah sengit oleh Vina. Memang Vina tidak ada kapoknya, dia sudah sering kali terluka karna nyolong buah-buahan sudah seperti orang tidak mampu saja dan berakhir Bella yang disalahkan.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang