03

78 13 0
                                    

Boby sudah merasa lesu. Sudah seminggu dilalui tanpa Naual. Kalau Boby bisa gambarkan, rasanya seperti lapar, tapi hanya punya air putih biasa yang bisa dia konsumsi.

Setelah beberapa lama berdiam di kamarnya, Boby akhirnya memutuskan untuk keluar, mencari udara segar dan menyegarkan kepalanya. Dia mengambil kunci motornya dan pamit pada ibunya.

Beberapa lama dia membawa motornya, kemudian berhenti di taman kelurahan. Tamannya tidak terlalu besar, tapi ada beberapa bangku disana. Dia memarkirkan motornya dan duduk disalah satu bangku. Matanya memandang kosong kearah rumah-rumah warga disekitar.

Dia mengeluarkan botol air dan roti yang sempat dia bawa kabur dari rumah sebelum keluar.

"Boby?"

"Kak Danesh?"

Laki-laki yang disebutkan Namanya tersenyum, dia duduk disebelah Boby. Dia merampas roti yang dipegang Boby seolah itu miliknya.

Danesh, kakak tingkat dan tetangga Boby. Dia adalah laki-laki cantik yang sejak dulu dekat dengan Boby, bisa dikatakan mereka adalah teman sepermainan. Mereka berdua adalah anak tunggal, jadi sejak mereka berteman, mereka selalu menganggap satu sama lain adalah saudara.

"Tumben kamu disini."

"Iya kak, lagi perlu angin segar."

"Oh iya, fakultas kalian lagi proyek acara ya. Pantesan kamu stress."

Boby hanya tersenyum mendengarnya. Dia kemudian mencari topik pembicaraan baru. Sudah lama dia tidak mengobrol langsung dengan Danesh. Danesh tentu saja mengerti, dia membalas setiap pembicaraan yang diangkat Boby dengan senyum cantiknya.

sejak kecil Danesh memang berwajah cantik. Bila mereka berdua bermain bersama, ibu-ibu kelurahan pasti mengatakan kalau mereka adalah pasangan yang imut. Boby ganteng dan Danesh cantik, serasih bukan? Gimana kalau Patra mendengar ini ya?

Oh ya, ngomong-ngomong soal Patra,

"Kakak pacarana sama Patra ya?"

Danesh terbatuk, rotinya hampir saja masuk ke saluran yang salah. Boby yang ikutan panik langsung menyerahkan air minum dan membantu menepuk-nepuk punggung Danesh.

"Kakak nggak papa?" Boby yang pengertian mengelus-elus punggung Danesh.

Danesh malah tidak pengertian. Dia memegang bahu Boby, "Kau tau itu darimana?!"

"Patra sendiri yang bilang." Jawab Boby polos.

Patra mengehembuskan nafas lelah. Dia menutup wajahnya sambil berbisik, "Bob, jangan kasih tau ke mama dan papaku ya. Aku belum siap ditanyai panjang lebar soal Patra."

Danesh yakin orangtuanya akan langsung menerima Patra dengan senang hati. Apalagi menginat anak itu memiliki karakter yang ramah dan bersahabat. Tapi Danesh masih mau menunggu waktu yang tepat untuk memperkenalkan Patra ke orangtuanya. Mungkin kalau mereka sudah melewati masa 1 tahun berpacaran.

Boby menutup mulut. Dia mengerti apa yang dimaksud Danesh.

Sekitar beberapa menit mereka habiskan untuk mengobrol. Asik membahas apapun yang terlewat dari pikiran mereka. Sesekali Danesh mencubit lengan atas Boby karena digoda soal dia yang sudah punya pacar.



Naual melalui seminggu dengan badmood parah. Dia sadar beberapa kali dia bahkan melampiaskan rasa kesalnya saat latihan, membuat konsentrasinya tidak bagus. Ditambah lagi dengan Patra yang selalu mengejeknya.

Dia tahu sumber badmood nya. Ini semua salah Boby!

Karena Boby tiba-tiba marah tidak jelas padanya seminggu lalu. Karena Boby tidak segera meminta maaf padanya setelah Naual turun dari mobilnya. Karena Boby tidak berusaha untuk bertemu atau mengirim pesan chat selama seminggu. Dan paling utama, karena Boby berani-beraninya bermesra-mesraan dengan orang lain saat Naual sedang badmood.

Kalau yang terakhir itu lebih tepatnya imajinasi Naual.

Naual tidak bisa tidur, jadi dia memutuskan untuk lari malam. Tetapi entah kenapa, kakinya membawanya ke daerah perumahan dimana Boby tinggal.

Bisalah sambil numpang lewat, siapa tau ketemu sama Boby.

Jackpot dan Zonk disaat bersamaan. Dia memang melihat Boby, tapi Boby sedang berduaan bercanda gurau dengan orang lain.

Rasanya Naual ingin menghentakkan kaki kuat-kuat dan marah-marah di depan Boby. Tapi kenyataannya dia hanya diam, menatap dua orang yang entah membicarakan apa, dari kejauhan. Setelah menelan kesalnya bulat-bulat, dia memutuskan untuk melanjutkan larinya.

Eh, tapi Naual bukannya memilih jalan memutar atau jalan yang lain. Dia malah memilih jalan didepan Boby dan Danesh. Peduli amat. 

Boby yang melihat Naual sontak berdiri, matanya berbinar. Berbanding terbalik dengan Naual yang malah memalingkan pandangannya.

"Naual."

"Hmp." Naual memalingkan kepalanya. Dia terus berlari mengabaikan Boby yang memanggilnya.

"Sorry kak. Aku pergi duluan. Naual..!!" Boby segera berlari menyusul Naual, meninggalkan Danesh yang menatap mereka kebingungan.

Boby dan NaualTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang