Boby masih saja sibuk dengan catatannya. Rain berkali-kali mencoba untuk mengintip apa yang ditulis oleh Boby, tapi dia tidak bisa melihat jelas apa yang ditulis Boby. Jangan salah paham, tulisan Boby itu bagus, bahkan terlalu bagus untuk bisa dibaca. Masalahnya Boby itu terbiasa menulis tegak bersambung, Naual kesulitan membacanya.
Naual merasa dia tidak bisa fokus dengan tugasnya lagi, dia terlalu penasaran dengan apa yang ditulis Boby.
"Naual, tugasnya gimana? Kamu nggak fokus daritadi."
Naual melirik Boby pelan. Dan segera menundukkan kepalanya, "mhm, nggak bisa fokus Bob."
"Butuh istirahat lagi?"
Naual mengangguk. Boby menutup buku yang ditulisinya, menaruh perhatian penuh pada temannya.
"Ini sudah agak larut sih. Mungkin karena itu Naual nggak bisa fokus ya? Apalagi tadi Naual Latihan sampai sore."
Bukan karena itu sih.
"Kita lanjut besok pagi aja ya. Besok pagi aku jemput ya, Naual?"
Naual mengangguk. Boby selebrasi dalam hati.
Naual sedang sibuk dengan sarapannya Ketika Boby datang untuk menjemputnya. Mamanya segera mengajak Boby masuk. Boby tersenyum melihat Naual yang masih mengunyah sarapannya.
"Pagi banget Bob."
Boby mengusak rambut Naual sebelum duduk disebelah Naual. Naual segera menjauhkan kepalanya dari jangkauan tangan Boby. Dia sudah menghabiskan paginya untuk menata rambutnya. Walaupun nggak ganteng-ganteng banget, setidaknya jangan dirusak.
"Hm, aku punya kejutan buat kamu soalnya. Aku nggak sabar ngasih lihat ke kamu."
"Kejutaan?"
Boby mengangguk. Sebelah tangannya menyangga kepalanya. Pemandangan Naual yang sedang makan di depannya sekarang ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Bagaimana seseorang bisa jadi seimut ini sih?
Naual balas menatap Boby bingung. Rasanya hari ini bukan hari peringatan apapun. Kenapa Boby repot-repot menyiapkan kejutan? Tapi dari tatapan Boby, dia sepertinya tidak akan mau menjelaskan kejutannya ini sebelum Naual melihat kejutannya.
Naual memilih untuk mengabaikan perkara kejutan, dan kembali asik menghabiskan sarapannya sambil menonton video pendek di HP nya. Mama Naual menawarkan teh untuk Boby selama dia menunggu. Kebetulan Boby sudah sarapan di rumahnya.
Naual kaget. Sebuah motor balap yang biasanya dia lihat di acara balap di TV sekarang terparkir bangga di depan rumahnya. Boby dengan santai berjalan di depannya, dan meraih salah satu helm yang tergantung di motornya. Boby tersenyum geli melihat Naual yang tampak kebingungan.
Jadi ini kejutannya? Boby kali ini mau jadi pembalap?
"Kamu kenapa? Ayo, nanti kita telat."
"Itu motor kamu? Sejak kapan?"
"Sejak sebulan lalu mungkin? Kak Guntur membelinya untukku."
Ah, Rain ingat. Kak Guntur, sepupu Boby, adalah pemilik salah satu bengkel terkenal di kotanya. Banyak orang kaya yang mampir ke bengkelnya. Walaupun dia mewarisi bengkel itu dari ayahnya, Kak Guntur yang masih berumur 35, sudah kaya raya. Wajar saja dia bisa membelikan motor untuk Boby. Tapi dalam tema apa? Kenapa motor balap? Boby pernah ikut balap motor?
Begitu banyak pertanyaan di kepala Naual sampai dia bingung mau mulai bertanya darimana dulu.
Boby bosan menunggu Naual untuk mendekatinya, jadi dia memilih untuk berjalan ke Naual. Dia meraih tangannya dan menariknya mendekati motornya. Dia memasangkan helm kecil yang tadi dipegangnya ke kepala Naual.
Hng... Imut banget...
Perut dan dada Boby dipenuhi kupu-kupu melihat Naual yang pasrah dipasangi helm olehnya. Kepalanya mendongak sehingga matanya yang polos itu bisa melihat Boby. Kata imut hampir saja lepas dari bibir Boby.
Cium dikit nggak papa kali ya?
Dia merapikan rambut Naual sedikit supaya tidak mengganggu mata Naual. Setelah dia puas, Boby akhirnya melepas kepala Naual.
Boby naik ke atas motornya dan memakai helmnya sendiri.
"Ayo, naik."
Naual menatap motor di depannya bingung. Naual masih belum pernah naik motor seperti ini. Jujur saja, dia merasa kakinya tidak akan sampai. Kalau dia terjatuh dari motor karena mencoba naik, kan malu.
"Naual jangan takut. Nih, pegang tangan aku. Naual nggak bakal jatuh, aku pegangin ya."
Naual bisa merasa pipinya memanas. Boby ini memang terlalu gentle. Sayang sekali dia sampai sekarang masih single. Dengan malu-malu, Naual meraih uluran tangan Boby. Dan akhirnya dia bisa naik. Naual agak kaget, ternyata naiknya tidak sulit juga.
"Naual pegangan ya. Jangan sampai terbang."
Naual memukul Boby kesal. Naual tahu badannya tidak banyak isinya. Tapi mengatainya terbang hanya karena naik motor, agak berlebihan nggak sih?
Boby terkekeh kecil, "Aku serius. Jangan sampai jatuh ya."
"Mau pegangan Dimana Bob? Nggak ada pegangannya."
"Bisa pegangan sama aku kok kalo kamu mau." Boby mengedip sedikit. Naual kembali memukul bahu Boby.
Setelah berpikir sebentar, Naual memilih untuk berpegangan pada Boby (Baca: memeluk perut Boby). Boby? Tentu saja dia kaget dan panik. Tapi Boby sendiri yang tadi mengatakan untuk berpegangan padanya. Jadi dia setengah mati menahan diri untuk tidak berteriak kesenangan. Jantungnya sudah hampir melompat dari dadanya. Semoga saja Naual tidak bisa merasakannya.
"Berangkat ya?"
"Mhm." Naual mengangguk.
Tolong doakan supaya Boby bisa membawa mereka selamat sampai kampus. Karena Boby rasa jiwanya sudah melayang ke langit ketujuh.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boby dan Naual
FanfictionBoby, seorang mahasiswa tingkat 3, sedang jatuh cinta. Tapi dia jatuh cinta pada Naual, teman sekelasnya yang tidak peka itu. Cerita ini adalah hasil halu. Jangan dibawa ke pikiran, karena kemungkinan kebanyakan alur cerita ini nggak masuk akal.