XVII : Bad Day Ever

648 62 88
                                    

Kalau misalnya ada yang mati di cerita ini gimana menurut kalian ? Terima gak yaa ?

••••••••••••••••••

Liburan telah usai, ketiganya kembali Korea untuk melanjutkan pekerjaan. Krystal Jung harus kembali ke perusahaan untuk membahas kontrak drama, karena dia juga sudah lama vakum dari dunia drama ini. Makanya sekarang Jennie menemani Sohee pulang ke rumah, karena nanti sore mereka akan bertemu dengan teman yang Jennie ceritakan waktu itu.

Adegan ciuman itu pun harus dilupakan karena Jennie gamau semuanya terasa canggung, dia juga heran kenapa Sohee nekat mendorong Krystal dan mencium bibirnya. Bibir Jennie juga terluka karena gigitan Sohee lebih kuat dibandingkan Krystal.

" Nanti sore aku jemput. "

" Iya. " Sohee menjawab dan mengecup pipi Jennie sekilas, lalu dia kabur dari mobil.

Jennie menghela nafas, kenapa semuanya bertambah ribet, pikirnya. Setelah mengantar Sohee, Jennie pergi ke mansion Kim untuk ngasih tiket konser mereka. Mungkin harapannya sangat tipis, tapi setidaknya Jennie sudah berusaha untuk mengajak keluarganya.

Sesampainya di mansion, salah-satu pembantu membuka pintu dan dengan sangat terpaksa melarang Jennie masuk ke rumah, karena itu perintah dari Tuan Besar Kim. Jennie berusaha membujuk pembantu itu untuk membolehkannya masuk karena dia ingin membahas sesuatu yang sangat penting dengan keluarganya.

Setelah banyak pertimbangan, akhirnya Jennie diperbolehkan masuk ke dalam, ternyata sudah ada Ayah - Ibunya di ruang keluarga, begitu pula dengan Tante Ruby - Tante Hana dengan seorang anak kecil ? Jennie baru tahu kalau Tante Hana sudah melahirkan. Bahkan berita bahagia seperti ini tidak sampai padanya. Sebegitu bencikah keluarganya pada Jennie hingga kelahiran bayi Kim tidak diketahuinya ?

" Apa maumu kesini ? " Tuan Kim — Jerricho Kim — membuka suara dengan dingin, tatapannya masih sama, benci dan kecewa.

Jennie menunduk, lalu menoleh ke Tante Hana, " Selamat ya, Tante. " Katanya dengan senyuman tipis.

Hana menatap Jennie kasihan, dia sudah tahu berita perselingkuhan Jennie bahkan dia gak menyangka bahwa keponakannya itu bisa menyakiti tunangannya sendiri.

" Masih berani menunjukkan wajahmu di depan kami ? " Bukannya mendapat jawaban dari Hana, Jerricho kembali bersuara.

Jennie menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, hatinya teramat sakit lihat sikap ayahnya sekarang. Ayahnya membenci Jennie dengan hal yang gak pernah Jennie lakukan. Bagaimana mungkin Jennie bisa menyakiti Rose padahal dia sangat mencintai wanita tersebut ? Bahkan Jennie rela mati demi orang yang dia cintai.

Dengan tangan bergetar, Jennie mengeluarkan beberapa tiket yang sengaja dia siapkan untuk keluarganya, bahkan Jennie menyiapkan tempat VIP, tentu saja Jennie harus membeli dengan harga yang lebih mahal ke perusahaan.

" I-ini tiket konser kami. Kalian semua bisa datang, kan ? "

Jennie gak mendapat jawaban apapun, lalu dia menoleh ke arah ibunya, bahkan dia gak bisa menahan air mata itu lagi, " Mamah pasti datang, kan ? Mamah tahu kan kalau Jennie sayang banget sama Mamah ? Jennie mohon, Mah. " Air mata itu jatuh, membasahi pipi mandunya.

Jerricho berdiri dan mengambil tiket tersebut, dia merobek tiket itu menjadi potongan-potongan kecil, " Kami semua gak akan datang. Termasuk Ellena. Kami masih kecewa denganmu, Jane. " Katanya.

Hati Jennie hancur lihat tiket itu robek, tubuhnya melemah dan berlutut di depan ibunya, " Mamah tahu Jennie, kan ? Mamah tahu kan kalau Jennie sangat mencintai Rose. Lalu bagaimana mungkin Jennie tega menyakitinya ? Jennie gak sejahat itu, Mah. " Dia menghapus air mata, dan berusaha tegar. Dia berdiri dan menghela nafas panjang, mungkin keluarganya sangat membenci dirinya sekarang.

[ I'M ] POSSIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang