Gadis itu menuruni tangga. Tujuannya adalah pintu bawah tanah yang bersembunyi di belakang bar. Lampu bohlam menyinari tulisan "NO BOYS ALLOWED" di pintu besi tersebut.
Di balik pintu, ruangan remang-remang terbangun. Sebuah ring tinju terletak di sisi jauh. Beberapa samsak digantung di palang langit-langit. Satu set angkat beban sederhana juga duduk di pojok yang lain.
Di sana juga ada meja makan kualitas murah yang kursinya berantakan. Semua orang tahu kulkas di sana tak pernah diisi. Kalaupun ada isinya, paling-paling hanya beberapa kaleng minuman kawan begadang.
Seorang wanita yang lebih tua dari si gadis tengah duduk di salah satu kursi. dengan bantuan lampu meja berdaya rendah, ia tampak memindai berkas-berkas formulir para gadis yang berminat menjadi anggota tempat remang-remang ini.
Menyadari ada yang datang, wanita itu melirik, tetapi hanya sekejap. Matanya kembali kepada kertas-kertas di hadapannya. "Tidak biasanya kau datang di tengah pekan seperti ini," ujar si wanita. "Kau membawa teman baru?"
Si gadis meletakkan tasnya dan melakukan pemanasan. "Agak sulit menemukan gadis nakal yang berminat melakukan adu pukul," jawabnya. "Gadis nakal lebih suka mencari uang di klub terlarang."
Si wanita terkekeh. "Bukankah tempat ini juga merupakan klub terlarang?" Ia memutar duduknya menghadap si gadis. "Setidaknya harus 18 tahun bila mau bergabung."
Si gadis bergeming. Selepas melakukan pemanasan, ia langsung mengenakan pelindung tangan dan memukuli samsak.
"Kau tidak tertarik belajar kickboxing?" si wanita bertanya lagi. "Kukira kau akan suka menendangi orang."
Sambil fokus dengan samsaknya, si gadis menjawab datar, "Aku sama sekali tidak tertarik dengan aliran bela diri seperti itu, apa lagi yang akrobatik atau apalah-apalah itu."
Si wanita menyeringai sambil menatap lampu langit-langit yang tak lagi layak disebut terang, "Huh, aku ingat saat masih baru di dunia gulat. Aku pikir tidak ada yang lebih seru daripada banting-membanting."
"Tapi belakangan ini, aku sadar bahwa teknik mengunci juga ada gunanya."
Detik jam yang pelan terdengar menggema sebab keheningan memenuhi ruangan yang hanya diisi oleh dua perempuan yang terpaut umur, yang masing-masing punya urusan sendiri.
"Oh, aku harap formulir yang mereka kumpulkan ini berisi data yang benar. Aku menemukan beberapa gadis yang nakal dan potensial," gumam si wanita.
Si gadis yang telah berpeluh dahinya menyudahi sesi latihan. Ia lalu menghampiri si wanita setelah mengambil botol minum dari tasnya.
"Hmm? Kau ingin menanyakan sesuatu?" sambut si wanita.
Gadis itu duduk di samping si wanita dan meneguk air dalam botolnya. "Sebenarnya, apa tujuanmu mengumpulkan gadis untuk diadu?" si gadis berujar. "Uang bukan alasan utamanya, kan?"
Si wanita menyeringai miring. "Nanti kau akan tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗖𝗹𝘂𝗯: 𝗡𝗼 𝗕𝗼𝘆𝘀 𝗔𝗹𝗹𝗼𝘄𝗲𝗱
ActionWARNING (18+) [Mengandung kekerasan, kata-kata kasar, aurat terbuka, dan konten sensitif] Some fight for money. Some fight for passion. Some fight for life. Some fight because they are just bad.