Blair membuka pintu ruangan yang di tengahnya ada semacam ring tinju. Pertunjukan tarung antara dua gadis akan digelar malam ini, salah satu petarungnya adalah anak buah Blair.
"Halo, para rakyat. Bintang pertunjukan kalian malam ini sudah datang!" seru wanita berambut putih itu menyapa semua orang di klub.
Lunar, Tsuki, Abi, dan seorang anak baru mengikuti langkah Blair yang angkuh. Wanita berambut putih itu sudah akrab dengan orang-orang di sini sehingga ia tidak ragu untuk berjalan sesantai itu.
"Yo, Blair. Kau mau minum dulu?" sapa lelaki berkulit hitam yang berdiri di balik meja bar.
Blair duduk dan meletakkan lengannya di meja. "Apakah si Gila belum datang?" bisiknya kepada lelaki yang berprofesi sebagai bartender itu.
"Belum. Aku tidak melihat dia dan anak-anaknya."
Blair menghela napas. "Sudah kuduga dia akan siput," dengan lirih, ia mencibir. "Berikan aku yang biasa!"
"Baiklah." Si bartender mengalihkan pandangan kepada anak-anak Blair yang ikut duduk. "Bagaimana dengan si duo bulan?" Maksudnya Lunar dan Tsuki.
Lunar menjawab terlebih dahulu, "Aku mau coba yang lain dari biasanya. Aku mau coba Captain Morgan." Gadis yang satu matanya ditutup ini berakting seolah-olah berkedip sebelah sebelum mengeluarkan rokok dan menyalakannya.
"Tuangkan peach treat untukku, sobat!" sambung Abi yang menaruh pantat di tempat duduk samping Lunar. Tentu saja modus untuk mencuri rokok si gadis berambut perak.
"Hmm, tangannya ke mana itu?" sindir Lunar seraya mengamankan rokoknya sebelum Abi berhasil menyahut gulungan-gulungan tembakau tersebut.
"Ke mana? Tidak, kok. Tidak ke mana-mana." Abi menggaruk hidungnya yang tidak gatal. Misi kali ini belum berhasil.
Si bartender geleng-geleng melihat kelakuan dua gadis tomboy ini. Lelaki itu kemudian menoleh kepada si Bulan yang satunya. "Bagaimana dengan Tsuki? Mau coba minum malam ini?"
Gadis langsing itu menggeleng. Dia tidak pernah minum-minum sejak kecil. Walaupun hidup dalam lingkaran perempuan-perempuan nakal, mabuk adalah pantangan yang ia tetapkan untuk dirinya sendiri.
"Kau tidak mau coba walaupun sekali saja?" Lunar menoleh ke arah Tsuki sembari mengisap rokok sebelum menyerbak asap dari mulutnya. "Kau sudah cukup lama bersama kami, tapi tidak pernah mau minum bersama."
Tsuki menghela napas. "Tidak terima kasih. Aku tidak suka minum." Jawaban yang sejatinya sudah diketahui semua orang.
Sang bartender bisa memakluminya. Ia kenal Tsuki memang biasa seperti ini. Kemudian, pandangannya beralih kepada gadis terakhir. Yang satu ini masih asing. Blair belum pernah mengajaknya ke sini.
"Dan kau, siapa namamu?"
"Loja."
Abi menyenggol siku si anak baru. "Ayolah, Tuan Putri. Ini tempat bersenang-senang. Jangan terlalu dingin seperti musim dingin di negaramu begitu." Gadis tinggi itu lalu terkekeh kecil.
Loja menatap Abi datar. Ya, gadis itulah yang telah mengajaknya bergabung dengan kelompok Blair. Entah apa yang membuatnya setuju. Yang jelas, kini ia akan menjalani debutnya di arena bawah tanah ini.
"Jadi Loja, kau mau minum apa?" bartender bertanya sambil menyiapkan minuman untuk yang lain.
"Dia akan bertarung malam ini. Sebaiknya tidak usah minum," Blair menjawab, mewakili si gadis baru.
"Oh, kau langsung menurunkan anak baru untuk bertarung?" Sang bartender menaruh gelas berisi minuman dingin warna merah di hadapan Blair.
Sang wanita mengetuk meja di samping gelas sebelum mengambilnya. "Menurut cerita Abi, dia cukup berpengalaman sebagai petarung. Aku tidak perlu ragu untuk mendebutkannya sekarang."
Bartender menghidangkan minuman untuk Lunar dan Abi yang ribut sendiri. "Yah, selama pertarungannya akan seru, silakan saja," ucapnya kepada Blair. "Petarung baru biasanya kurang dilirik para petaruh."
Blair yang baru menelan satu tegukan minumannya menampilkan senyum. "Aku tidak khawatir. Si Gila itu sepertinya juga akan menurunkan anak barunya malam ini."
"Omong-omong," Blair berkata lagi dengan suara yang lebih pelan, tersamarkan oleh suara musik klub. "Bagaimana dengan barang yang kupesan?"
"Semua sudah beres," tukas bartender. "Kau mau menemui orangnya langsung?"
Blair tersenyum dan menggeleng. "Akan kupercayakan kepadamu. Nanti biayanya akan kutransfer. Aku akan ambil barangnya darimu minggu depan."
Beberapa saat menunggu kedatangan sang lawan, Abi menggoda Lunar seperti biasa. Sesekali gadis badung itu menggoda Loja juga walaupun mendapatkan reaksi dingin. Sementara itu, Tsuki hanya menggulirkan layar ponsel tanpa peduli apa yang dilakukan kawanannya ini.
Pintu dibuka, datanglah kelompok lawan yang mereka tunggu-tunggu. Madame datang bersama Cassy, Naren, Yumi, dan Kiky.
"Kau telat lagi, Madman." Blair tersenyum sekaligus menyambut Madame dengan pedas tanpa basa-basi.
"Inikah caramu menyambutku?" Madame berjalan melalui Blair dan anak-anaknya, mengambil tempat duduk agak jauh. Ia sepertinya sedang malas mengobrol dengan wanita berambut putih itu.
"Woi, tidak sopan mengabaikan orang yang sedang bicara!" seru Blair dengan menaikkan volume suara walaupun lagi-lagi tak digubris oleh Madame. Hanya Kiky yang menoleh sekilas, tetapi lanjut mengikuti induknya.
"Hmph, dasar resek," gumam Blair pada akhirnya.
Blair lalu mengalihkan perhatian kepada anak-anaknya yang sedang bertengkar perkara Abi yang menggelitiki Lunar karena ingin mencuri rokok.
"Anak-anak, bersiap!" titah sang bos. Seketika, keempat anak buahnya ini diam dan memperhatikan.
Dengan wajah serius, Blair menasihati, "Loja, ini pertama kalinya untukmu, kan? Kuingatkan lagi kalau pertarungan di sini tidak ada aturan. Rusak saja lawanmu serusak-rusaknya! Kau tidak perlu takut dia patah tulang atau apa pun. Itu tidak akan jadi tanggung jawabmu.
"Gulat di sini tidak seperti gulat profesional. Tidak ada wasit, tidak ada aturan tali pembatas. Jadi, terus mengunci lawan sampai dia tak mampu melanjutkan dan jangan ragu!"
Blair melirik ke meja Madame sejenak sebelum melanjutkan penjelasannya. "Sepertinya dia akan menurunkan gadis permen kapas itu. Walaupun terlihat mudah, jangan sampai lengah! Kalau perlu, kau yang harus membuat lawanmu lengah."
Loja mengangguk. Sebenarnya dia sudah tahu tentang ini. Pertarungan bawah tanah lebih liar daripada pertandingan bela diri yang disiarkan di televisi, dan dia siap menerima konsekuensinya.
"Kau perlu ganti baju? Atau kau akan memakai baju seperti itu saja?" Blair bertanya. "Kalau kau mau ganti baju, gantilah sekarang sekaligus lakukan pemanasan!"
"Aku akan mengantarmu, Tuan Putri." Abi berdiri selayaknya pangeran dan menawarkan tangannya untuk dijawat Loja.
Loja meliriknya dengan sedikit jijik dan pergi ke ruang ganti sendirian. Kendati ia cukup kenal dengan Abi, bukan berarti dia mau diperlakukan seperti itu oleh gadis badung ini.
Lunar tertawa tanpa ragu saat temannya mendapat penolakan dingin. "Makanya, jangan kebanyakan modus!"
Abi hanya melirik datar dan mencebik pada Lunar yang terbahak-bahak di tempatnya. Sementara itu, Tsuki memutar bola mata sebelum kembali fokus kepada ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗖𝗹𝘂𝗯: 𝗡𝗼 𝗕𝗼𝘆𝘀 𝗔𝗹𝗹𝗼𝘄𝗲𝗱
ActionWARNING (18+) [Mengandung kekerasan, kata-kata kasar, aurat terbuka, dan konten sensitif] Some fight for money. Some fight for passion. Some fight for life. Some fight because they are just bad.