"..., 750, 800." Blair menyerahkan 16 lembar uang pecahan 50 dolar kepada Tsuki. Senyuman lebar terkembang di wajahnya. "Kerja bagus, Tsuki. Aku tidak berharap kurang dari itu."
Sementara yang diberi hanya mengangguk tanpa merekahkan senyum. "Terima kasih, Miss."
"Setidaknya, tersenyumlah sedikit saat menerima uang dari Miss." Lunar yang duduk santai di sofa menggoda Tsuki walaupun sudah kenal kepribadian gadis berambut merah tua itu. "Kau pasti terlihat cantik kalau kau tersenyum."
Lunar menyesap rokoknya saat dilirik oleh Tsuki. Ia tersenyum sambil mengangkat kedua alis. "Kenapa melihatku begitu? Aku benar, kan? Lihat saja Tsumi. Kita semua terperanjat saat dia senyum kemarin. Aku yakin kau juga sama. Bila kau senyum, pasti membuat yang lain terperanjat."
Tsumi yang dimaksud sedang duduk bersandar di sofa lain, menghadap layar televisi dengan controller PS di tangannya. Ekspresinya datar, tidak jauh berbeda dari Tsuki.
"Kau ini suka sekali menggoda temanmu," ujar Blair mengomentari Lunar.
Gadis yang juga berambut putih itu menjawab, "Miss dulu juga suka menggoda saat masih muda, bahkan sampai sekarang."
"Ah, berarti kau mau mewarisi sifatku, ya, Lunar?"
Lunar mengetukkan ujung rokoknya di pinggiran asbak. "Tentu saja. Miss kan mentor kami. Sudah seharusnya kami meneladani Miss."
"Halo dan selamat pagi." Seorang gadis berpostur tinggi muncul dari balik pintu. Bukan karena ia tidak tahu bahwa ini hampir pukul delapan malam, tetapi memang seperti itulah ia biasa menyapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗙𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗖𝗹𝘂𝗯: 𝗡𝗼 𝗕𝗼𝘆𝘀 𝗔𝗹𝗹𝗼𝘄𝗲𝗱
AçãoWARNING (18+) [Mengandung kekerasan, kata-kata kasar, aurat terbuka, dan konten sensitif] Some fight for money. Some fight for passion. Some fight for life. Some fight because they are just bad.