𝟑𝐛. 𝐊𝐚𝐦𝐮 𝐏𝐮𝐧𝐲𝐚 𝐏𝐞𝐧𝐠𝐚𝐥𝐚𝐦𝐚𝐧 𝐝𝐢 𝐒𝐚𝐭𝐮 𝐃𝐨𝐣𝐨?

120 12 889
                                    

Dua gadis berada di atas ring latihan. Pelindung lengkap terpasang di badan masing-masing yang sama-sama langsing. Dengan kuda-kuda yang hampir sama, keduanya berhadap-hadapan, siap melanjutkan pertarungan.

"Kamu punya pengalaman di satu dojo?" tanya Yumi, berbasa-basi sebelum melancarkan tendangan.

Naren tidak menjawab dengan kata-kata, tetapi melihat cara gadis berambut pendek itu bereaksi, Yumi tahu bahwa jawaban dari pertanyaan yang diajukannya adalah iya.

Naren menangkap tendangan Yumi dan menariknya sehingga Yumi kehilangan keseimbangan tubuh. Yumi jatuh di atas ring setelah Naren menyapu kaki Yumi. Gadis berambut pendek mengambil jarak setelah berhasil menjatuhkan lawannya.

"Tidak buruk, manis." Yumi bangkit seraya tersenyum. "Di mana kamu tinggal?"

Naren mengabaikan pertanyaan yang diajukan. Kini, gilirannya mengirimkan tendangan samping, masuk ke dada Yumi yang dilapisi pelindung.

Yumi terdorong, tetapi tak sampai di situ saja. Naren melanjutkan agresinya dengan pukulan dan tendangan lain.

Yumi yang tak mau kalah memasang pertahanan. Ditangkisnya dua serangan Naren selanjutnya dengan refleks yang cergas.

Saat Naren mundur untuk beristirahat, dia menyeringai. "Kau pandai menangkis," ia berkomentar.

Mendengar Naren bicara untuk pertama kalinya, Yumi pun tersenyum. Tetap dengan kuda-kuda, ia siaga dengan serangan Naren selanjutnya.

"Dan kamu sepertinya bukan orang Amerika. Aksen aslimu cukup kental."

"Dia blasteran Jerman-Indonesia, Yumi-san," teriak Nia dari luar ring, mewakili Naren menjawab.

"Oh, jadi kamu punya darah Asia, ya? Kudengar Indonesia punya aliran bela diri paling mematikan, bahkan sampai dilarang di kompetisi UFC." Yumi melompat dan menendang saat mengajukan pertanyaan tersebut.

Naren menangkis dengan mudah sebelum terkena tendangan kedua di area pinggang. Ditambah satu pukulan yang gagal ia tangkis, masuk ke area perutnya. Beruntung spons pelindung mencegah pukulan itu mengobrak-abrik organ dalam korban.

Yumi segera menjauhkan diri sebelum mendapat pukulan balasan dari Naren. "Aku jadi penasaran, apakah kamu menerapkan aliran bela diri itu."

"Orang tuaku dulu di Inggris. Tidak ada dojo pencak silat di sana," jawab Naren seraya cergas menangkis tendangan sabit Yumi dengan kaki kanan.

Langsung saja, Naren majukan kaki kanan itu untuk menghantam dada lawan. Tendangan yang cukup keras, Yumi terdorong mundur.

Naren tidak berhenti. Gadis 180 cm itu berusaha melanjutkan serangan dengan tendangan sabit yang keras.

Akan tetapi, lawan tak mau kalah. Dari arah berlawanan, Yumi juga bersiap melancarkan tendangan sabit. Tabrakan serangan bisa saja terjadi.

Yang tidak diduga-duga, Yumi dengan cepat mengubah serangan. Selepas menghindari tendangan sabit Naren, Yumi menyapu satu kaki Naren yang memijak tanah.

Naren jatuh di atas ring, menyebabkan suara jatuh yang cukup keras. Parahnya lagi, gadis itu jatuh pada punggungnya yang tak terlapisi pelindung, membuatnya meringis sedikit.

"Uh, itu pasti sakit," komentar Nia dengan santai.

Pada titik ini, Yumi punya kebebasan untuk memberikan serangan pamungkas kepada Naren. Akan tetapi, sekali lagi, ini hanya latihan. Tidak boleh ada serangan berbahaya. Ditambah, Madame sudah menepuk tangannya, tanda sesi latihan sudah selesai.

"Baik, Yumi, Naren. Cukup untuk kalian berdua," titah Madame seraya berdiri dari tempat duduk. "Cassy, sekarang kau. Ayo pakai rompi pelindungnya!"

Yumi tersenyum kepada Naren seraya mengulurkan tangan. "Perlawanan yang bagus. Hanya kalah gesit."

𝗙𝗶𝗴𝗵𝘁 𝗖𝗹𝘂𝗯: 𝗡𝗼 𝗕𝗼𝘆𝘀 𝗔𝗹𝗹𝗼𝘄𝗲𝗱Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang