Bab. 11

12 2 2
                                    

Halooo ...
Hujan di hari Minggu bikin malas keluar ya? Ide bagus kalo baca kelanjutan kisah Bina sambil makan mi kuah pake cabe.

 Hujan di hari Minggu bikin malas keluar ya? Ide bagus kalo baca kelanjutan kisah Bina sambil makan mi kuah pake cabe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✧⁠◝⁠(⁠⁰⁠▿⁠⁰⁠)⁠◜⁠✧

Kondisi Bina sudah stabil setelah pemeriksaan tadi siang sehingga ia ialihkan ke ruangan perawatan. Saat ini, jam sudah menunjukkan pukul tiga sore dan Bina masih terlelap dalam tidurnya. Alkan juga terlihat menelungkupkan kepala di tepi ranjang, tidak berpindah barang sedikit pun dengan tangan yang selalu setia menggenggam tangan Bina.

Dalam keheningan yang melingkupi, tiba-tiba Alkan terbangun karena ponselnya bergetar. Dengan mata yang masih terasa berat, ia merogoh saku dan membuka ponsel sembari berjalan ke luar.

"Ari Aa di mana? Ieu si Neng Bina kenapa belum datang wae? Masa dari garut ka Bandung lama pisan. Hariwang budak teh! Dari tadi diteleponan gak aktif-aktif." Mama mengoceh penuh kekhawatiran.

Alkan memejamkan mata sesaat dan memijat keningnya. Mengingat peristiwa yang dialami Bina membuat kepalanya kembali terasa nyeri. "Aa lupa gak ngabarin. Mama kesini aja, Aa di ruangan Anyelir nomor 9."

Mama mengernyitkan dahi, "Aa di rumah sakit? Rumah sakit mana? Siapa yang dirawat?" tanya Mama risau dan Alkan menjelaskan jika ia di rumah sakit yang sama.

Dalam waktu yang singkat, Mama datang sambil berlari kecil dengan raut wajah yang panik, tapi ketika dirinya menemukan Alkan baik-baik saja, raut wajahnya berganti kebingungan. "Aa gak apa-apa, gening. Terus siapa yang sakit?"

"Bina, Ma."

"Hah?" Mama terkejut, kedua matanya terbelalak lebar. "Si Neng emang kenapa? Sakit apa?" Alkan menjawab pertanyaan Mama seperti apa yang dijelaskan oleh polisi.

"Ah bohong! Ulah bercanda atuh Aa, ih. Gak lucu! Durhaka siah ngerjain orang tua." Mama memukul lengan Alkan. Namun Alkan tetap menggeleng yakin. Detik itu wajah Mama berubah pucat pasi karena ia juga tidak menemukan kesan bercanda di wajah Anaknya. Tanpa berpikir panjang ia buru-buru melangkah menghampiri pintu ruangan dan memutar kenop dengan tangan yang gemetar. Namun karena panik, pintu itu justru jadi sulit terbuka.

Setelah dibantu Alkan, Mama bergegas menghampiri Bina, dan begitu melihat gadis itu terbujur di ranjang rumah sakit, tubuhnya gemetar hebat. "Innalillahi ...." Ia mendekati Bina dengan lutut yang lemas. Langkahnya pun terasa melayang tak menapak lantai.

"Ya Allah gusti ... Neng." Mama memperhatikan sekujur tubuh Bina dengan mata yang panas berkaca-kaca. "Siapa yang tega bikin kamu kaya gini, Neng? ... Kamu teh anak baik. Gak pernah sekali juga ngecewain orang," Mama mengelus kepala Bina dengan tangannya yang dingin. Air mata yang semula hanya bertahan di pelupuk, kini mengalir ke pipi. Ia menangis pilu. Belum keadaan Bunda membaik, kini malah Bina yang mendapati peristiwa nahas.

To Bloom Again [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang