Bab. 12

7 1 1
                                    

Ketemu lagi sama akuuu ...
Cape banget ya abis beberes rumah. Nah ide bagus nih kalo sambil istirahat kita baca kelanjutannya kisah Bina(⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠)

Maaf ya aku telat update bab 12 ini.

Kematian Bunda membawa duka tersendiri untuk keluarga Alkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kematian Bunda membawa duka tersendiri untuk keluarga Alkan. Bagi mereka, Bunda bukan sekadar sahabat, melainkan sudah dianggap sebagai saudara sendiri. Dulu di saat keluarga Alkan sedang mengalami krisis ekonomi, bunda dan mendiang ayah Bina membantu mereka meminjamkan sejumlah uang. Dan masa-masa setelahnya keluarga mereka semakin dekat lagi tatkala Bina dan Alkan tumbuh bersama.

Papa sudah tiba di rumah sakit, ia langsung menelepon salah satu keluarga Ayah Bina yang berada di Yogyakarta untuk memberi kabar sekaligus berdiskusi mengenai pemakaman Bunda. Dan dari hasil diskusi itu mereka setuju jika pemakaman ditunda sampai Bina dan Om Aryo—perwakilan dari keluarga di Yogyakarta—tiba di rumah duka. Malamnya ketika semua urusan sudah selesai, Mama dan Papa pulang dengan menumpang ambulans bersama jenazah Bunda yang siap dimakamkan.

Alkan yang kala itu masih berada di rumah sakit karena Bina belum diizinkan untuk pulang hanya merebahkan diri di sofa pendek yang selalu ia tiduri setiap malam. Ia menatap langit-langit bercat putih itu dengan pandangan yang kosong. Bahkan, cahaya terang dari lampu terlihat gelap gulita dalam pandangannya. Hatinya kelabu membayangkan bagaimana esok Bina akan kembali hancur karena kehilangan orang yang dicintai untuk kedua kalinya. Tidak ada yang terbiasa dengan kabar kematian. Rasanya akan selalu sama. Sama-sama sesak. Sama-sama menyakitkan.

Saat masih menyelam dalam lamunan, tiba-tiba Bina memanggil. Membuatnya kembali pada kenyataan yang ada. "Kenapa, Bin?"

"Tolong ambilin minum, Kan. Aku haus," titah Bina dengan suara yang parau.

Alkan bangkit berjalan menuju dispenser dan memberikan segelas air. Lalu menerimanya kembali setelah gelas itu kosong. "Mau nyemil gak? Masih ada anggur kesukaan kamu loh ini," tawar Alkan ketika ia menyimpan gelas di atas nakas.

Bina menggeleng pelan. Raut wajahnya berubah muram. Ia teringat saat Alkan datang, laki-laki itu memberitahunya jika Bunda sudah dipulangkan. "Bunda di rumah sama siapa ya, Kan? Aku khawatir bunda kenapa-napa kalo sendiri."

Alkan menatap teduh. "Bunda gak sendiri kok. Bunda ditemenin sama Mama." Bina menghela nafas lega. Setidaknya masih ada yang menemani Bunda untuk sementara sebelum dirinya pulang esok hari. "Udah sok tidur lagi. Besok pagi kita harus siap-siap."

Bina mengangguk dan bergumam. "Malem ini kamu tidur di sini, ya. Aku kasihan liat kamu tidur di sofa itu. Kaki kamu pasti pegel kan? sofanya lebih pendek dari badan kamu." Bina terkekeh sembari memberi ruang untuk Alkan tiduri.

Alkan menurut. Karena dirinya memang merasa tubuhnya selalu sakit saat bangun tidur. Ia berpikir tidak ada salahnya jika mereka tidur bersama malam ini. Toh, ini bukan dalam konteks yang buruk juga.

To Bloom Again [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang