Rumah mewah berada di tengah kota Jakarta ini sangat menarik dengan lampu hias, musik menyala keras, botol minuman keras yang terpajang apik disusun bertingkat.
Ku lihat Amy dan enzo sedang menari sembari minum koktail di tangan mereka, kami berada di sini hampir dua jam. Dan aku lelah menari. Mereka nampak cocok. Amy yang cantik dengan dress yang memang sangat pendek di tubuhnya dan enzo dengan balutan blacksuit yang pas.
Kepalaku sedikit pusing dan musik terdengar aneh, aku sedikit mabuk. Ku putuskan untuk memasuki ruangan yang entah dimana dan buat apa. Ada sofa dan televisi, serta gambar lukisan disini.
Menutup mata dan mencoba tenang, sedikit menjauh dari ramai nya pesta malam ini, walaupun aku tau aku harus menjaga Amy agar tidak terlewat batas tapi jika sudah begini aku harus menyerah.
"Someone's tipsy."
Suara familiar, tak lain dan tak bukan Raphael lux dalton. Atlet anggar sekolah paling hot kita.
Aku membuka mata, Raphael duduk di samping ku "tipsy or drunk?"
Aku berdecak, hanya ingin ketenangan jiwa dan raga "ga ada urusan sama lo mau gue tipsy atau drunk, ok?"
"Calm down gue cuma make sure,"
"Ngapain lo disini?"
"Emang ini ruangan punya lo? Gue juga bisa masuk sini el,"
"Gue sampe disini duluan, jadi ini ruangan gue."
"Find some peace, gabut diluar."
Aku bergeming menutup mata ku lagi, berusaha tenang dan damai. Raphael bukan ancaman. Kita pernah bersama juga.
Bukan menjalin hubungan tapi, 'friends with benefit' aku yang mulai dan mengakhiri itu.
Raphael tampan tanpa celah, dia manis. sempurna untuk menjadi aktor tapi dia lebih menyukai anggar, menjadi atlet anggar sekolah saat kelas sembilan dan sekarang dia menjadi atlet anggar di sekolah kami.
Aku dengar dia mengakhiri hubungan dengan mantan nya sekitar tiga bulan yang lalu, banyak rumor beredar dan aku hanya mendengarkan.
"Gabut?"
"Gak."
"Mau main game?"
Aku membuka mata perlahan, aku suka games.
"Game apa?"
"Truth or dare."
"Oke."
"Langsung aja, truth or dare Ariela esmee rune?"
"Dare."
Raphael menyeringai "gue tau lo bakal pilih dare, oke gue kasih lo tantangan... dance lap."
Aku terkekeh "easy."
Aku berdiri dan duduk di pangkuan Raphael, membuatnya menyeringai "ready?"
Menari secara lihai seperti penari handal untuk memenuhi tantangan Raphael di pangkuan nya. Aku bisa melihat dia menyeringai dan menutup mata.
"gimana?"
Dia mendesah pelan dan menaruh kedua tangan nya di punggung ku, menyeringai "ngga buruk kok." Raphael mendekat, mencium leherku pelan "terus lakuin, gue pengen lebih."
Aku mengerjap merasakan sentuhan bibir Raphael yang ada di leherku, aku tidak bohong aku juga ingin lebih.
"ga pernah ngerasa cukup kan?"
Aku melanjutkan menari nari di pangkuan Raphael lux dengan melihat wajah tampan nya yang merasakan hal seru membuatku menyeringai.
"Cukup?"
KAMU SEDANG MEMBACA
better than yesterday
Teen Fictionterkadang kita tidak perlu menunggu seseorang untuk membalas cinta kita, hanya katakan bahwa kita mencintai nya dan sudah biarlah berlalu. Biarkan dia menjawab atau tidak.