passion

5 0 0
                                    

Sinar matahari masuk ke dalam kamarku, aku mengerjap membuka mata ku perlahan. menguap, menggaruk rambut ku.

Jam menunjukan pukul sembilan pagi dan kepalaku pusing, tidak ingat apapun semalam. Yang ku ingat hanya pergi ke jullie's party.

Suara pintu terbuka, aku menoleh. Itu mattheo dengan wajah kusam nya. "Sarapan lo ntar mati."

Aku menggeleng "ga ah."

"Buruan apa kak disuruh bunda."

Aku mendesah pelan "iya iya tar lima menit lagi."

"Oh iya gue semalem pulang jam berapa?" Tanya ku.

"Jam dua pagi, sama bang dam. Gila lo ya pulang pulang mabuk berat."

Oh damian.

Aku mengusir Mattheo dari kamar ku, walaupun dia cerewet dan suka usia dia masih menyayangi ku.

Aku menguap dan menuruni tangga satu persatu, mata ku memicing ke arah ruang tengah. Ada papa disana.

Hari minggu.

"Eh anak bunda udah bangun, sarapan dulu kak."

Aku mengangguk mengambil roti dan selai kacang kesukaan ku. Papa datang menatap ku lamat.

"Mabuk berat kamu semalem?"

"Ngga juga."

"Damian bilang sama papa kalau kamu mabuk berat, papa kan sudah bilang kalau party itu minum secukupnya, ariela."

Aku mengangguk malas "iya pa semalem emang kelepasan aja."

"Kelepasan apa kebiasaan?" Tanya mattheo usia di bangku sebrang.

Aku melotot ke arah mattheo, dia hanya terkekeh.

"Kamu juga mattheo! Jangan pergi ke party sebelum legal! Papa ga mau dapet panggilan kamu berbuat salah!"

Mattheo menunduk, aku menyeringai.

Bunda datang dengan mangkuk yang berisi sup pengar untuk ku "di makan."

Aku tersenyum "hari ini bunda ga nge date sama papa?"

"Sorean aja, lagian papa kamu nanti jam 10 ada meeting online."

"Oh."

Aku menghabiskan waktu sarapan bersama dengan bunda papa dan mattheo, seperti pagi pagi biasa nya.

Bercerita tentang bagaimana minggu kami di sekolah, sebenarnya agenda bercerita seperti ini hampir setiap hari, spesiali makan malam. Papa akan memancing kami untuk bercerita keseharian aku dan mattheo di sekolah. Dan juga papa menjadwalkan sebulan dua kali pertemuan dengan wali kelas kami untuk mengetahui perkembangan kami di sekolah.

Aku ikut klub panahan, dan itu ku mulai dari kelas tujuh sekolah menengah. Papa melihat passion ku dalam panahan saat kita liburan musim panas di paris, saat itu kami melakukan permainan kasti. Dan aku selalu menangkap dan melempar dengan matang dan keras. Lantas dia mengajak ku untuk mencoba panahan. Dan dia menemukan passion ku disana.

Papa dari kecil sudah di didik untuk sempurna, dia bisa melakukan apa saja, olahraga apa saja tapi tidak ada yang di tekuni, dia melakukan semua itu hanya dasar hobi.

Sedangkan bunda sangat menyukai desain dress, aestethic, authentic, dan glamour. Dia desainer.

Aku menjadi atlet panah karena bunda, bunda sejak remaja ingin menjadi seorang atlet panah tapi ibu nya melarang dia karena terlihat seperti laki laki. Tapi aku suka panahan bukan karena paksaan, ini murni dari ku. Panahan seperti seseorang yang memang ditakdirkan harus fokus akan sebuah masalah, tidak tergesa gesa dalam memilih pilihan.

better than yesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang