Monday morning

5 0 0
                                    

"Kamu kalau sudah pulang telfon bunda ya sayang, takut bunda lagi sibuk."

Aku mengangguk menanggapi "iya bun."

"Matt kamu pulang sama kakak mu atau pesan ojek online nanti?"

"Sama temen sih bun."

"Jangan narkoba."

"Ya tuhan bunda, kaga bun tenang aja."

"Oke Kids, semangat sekolah nya ya bunda tinggal."

Aku dan mattheo tersenyum dengan melambaikan tangan ke mobil bunda yang semakin jauh.

Sekolah amat ramai pagi ini, beberapa kutu buku masih di depan loker nya, para pick up lines mulai mencari mangsa anak baru, para gadis didepan kaca mereka membenarkan alis

Upacara senin pagi telah selesai sekitar lima belas menit yang lalu, kelas sepi saat guru mulai berdatangan.

Aku satu bangku dengan Lili, sedangkan disa satu bangku dengan anak laki laki dingin si juna, ketua kelas.

Ekonomi sangat menguras tenaga, baru satu jam berlalu perutku sudah bunyi ingin makan sesuatu.

"Laper gak li?"

Lili mengangguk "banget el, soto enak kali ya."

Aku mengangguk "tambah es jeruk."

"Diem." Ucap lili.

Aku dan Lili berhasil survive dari ekonomi dan sejarah itu sebelum kita duduk di sini, di kantin yang tidak bisa disebut kantin.

Lili memesan makanan, aku duduk di kursi yang kosong. Menempatkan diri sebelum direbut murid lain.

Aku tidak satu kelas dengan Amy, kelas dia di sebrang kelas ku. Dia juga sering pergi ke kantin bersama ku. Dia juga punya teman, tapi tidak terlalu dekat. Entahlah.

Lili datang membawa nampan berisi makanan yang kita pesan tadi dengan senyuman licik.

"musim panas tahun ini, lo mau bawa raph gak?" Tanya Lili.

Aku menggeleng "kita udah selesai."

"Tapi lo masih pacaran sama dia?"

Aku menyeringai "pacaran apa nya sih li? Kita temenan."

"Ga ada temenan kaya gitu el, semua orang berasumsi kalo lo sama Raph tuh pacaran."

Aku bergeming, Lili ada benarnya. Aku juga tau semua orang berasumsi kalau Raphael adalah pacarku tapi pada nyatanya dia bukan. Kita hanya sekedar teman tidak lebih.

"Tapi nyatanya kita ga pacaran Li."

"Raph emang bego ga jadiin lo pacar, tapi lebih bego lagi lo masih nerima dia buat ada di sekitar lo."

"Lo kenapa sih Li? Selalu sensitif masalah gue sama dia."

Lili menghembuskan nafas kasar "ya gimana ga sensi el? Lo berdua seakan pacaran tapi nyatanya engga, lo deket sama siapa aja juga ga boleh sama dia. Egois kan? Gue cuma mau lo menikmati rasa sendiri atau masa masa jatuh cinta lo."

Aku terkekeh mendengar penjelasan Lili, dia memang pengertian. "Gue tau lo cuma khawatir sama gue, tapi gue bisa atur batas gue kok."

"Tapi serius lo sama Raph udah selesai?"

"Udah dari lama juga kok."

"Terus sekarang lo lagi deket sama seseorang?"

Aku menggeleng dengan cepat "ga ada satu pun."

"Mau rekomendasi?"

Aku menghela nafas, jangan lagi.

"Nggak."

better than yesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang