breaking

1 0 0
                                    

Amy datang ke rumah ku pagi-pagi saat aku sedang sarapan seperti biasanya, kami berangkat sekolah bareng setelah aku menceritakan tentang Jace kepada nya.

Kami berjalan di koridor sekolah dengan melempar candaan sebelum aku melihat Damian dan seorang wanita berciuman di depan loker Damian.

Rasa sakit menjalar di hati ku, panas dan penasaran.

Damian melihatku dan Amy berjalan di lorong sekolah. Dia cepat-cepat menjauh dari gadis itu, ekspresinya berubah dari terkejut menjadi kesal. "Ngapain lo berenti?" dia bertanya dengan cemberut yang ditujukan pada Amy.

Amy berdecak dan melihat gadis itu Amy memandang Damian dengan jijik "Ini jam tujuh pagi Damian dan lo udah cari mangsa?"

Amelia memutar matanya, dan aku diam-diam melihat sekeliling agar tidak melihat kedekatan mereka.

Wajah Damian mengeras sambil menatap tajam ke arah Amy. "ga usah ikut campur Am, ini bukan urusan lo." Dia mengalihkan perhatiannya kembali padaku, "Ngapain lo berangkat sama dia?"

Amy menatap ku "ga boleh berangkat sama temen gue sendiri?"

"Terus Ngapain lo berenti?" Damian menatap ku tajam.

Aku mengambil tangan Amy dan berjalan membiarkan Damian bersama gadis itu dengan perasaan campur aduk.

"Itu bella.. mantan pacar Dam."

Aku diam mengetahui itu mantan pacar Damian.

Aku dan Amy berpisah untuk ke kelas masing-masing tapi aku berbalik, tidak menuju kelas.

Aku di rooftop, duduk di pembatas gedung, menatap kebawah, menikmati semilir angin menerpa wajah ku sampai seseorang datang.

"Lo ngapain duduk disana? Bahaya!!"

Aku menoleh mendengar suara yang familiar dan mendapati jace dengan wajah khawatirnya menatapku, aku bertanya tanya. "Ngapain lo disini? Ngerokok?"

Jace mengangkat alis nya "lo fikir gue perokok?" Dia terkekeh "Gue kesini ngehindari chaos nya kelas... hei mundur dikitan el itu bahaya lo terlalu jauh."

Aku diam tak merespon ucapan Jace sebelum dia memeluk perutku dan kami jatuh bersama, aku dengan cepat berdiri menatap jace dengan kesal.

"Lo kenapa sih tiba tiba jadi dingin gini?"

"Gue gak dingin."

Jace menatap ku dengan tatapan serius "Terus kenapa lo disini sendirian? Keliatan lagi ada yang ganggu fikiran lo."

"Ngapain lo kepo?"

Jace menghela nafas dan duduk di sofa rooftop "Gue cuma mau tau aja el kalo lo butuh pendengar.. gue siap dengerin apapun."

"Kok lo peduli?"

Jace mengangkat bahu nya "gak tau sih, mungkin karena gue benci liat orang menderita." Dia memalingkan wajah nya sebelum menambahkan "keinget gue pas masih smp."

Aku mengangkat alis ku "gitu?"

Jace mengangguk "gue disini kalo lo pengen cerita."

Aku menghela nafas dan memilih untuk menatap sekitar, menatap bangunan bangunan tinggi.

"Gue disini kalo lo pengen cerita." Jace berbicara lagi.

"Gue diselingkuhi."

Jace menatap ku lekat, ada kekecewaan di mata nya "lo.. punya cowo?"

"Bukan pacar gue sih... hts."

Jace menatap mataku lembut "Maaf karena lo harus ngerasain itu, dan mungkin bakal susah buat percaya sama orang lagi." Dia berdiam sebelum melanjutkan "Tapi ga semua orang jahat kaya gitu, masih banyak orang baik di dunia ini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

better than yesterdayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang