Benny the Bear Loves the Quarterback : Book II | CAMPUS #02

BAB DUA

Empat bulan yang lalu.

Vermont, New Hampshire.

Rex sama sekali tidak mengerti dengan kata-kata wanita itu. Benny ingin keluar dari tim? Bah! Apa yang wanita itu pikirkan? Apa ia mengerti dengan keputusan yang dibuatnya sendiri? Benny telah keluar dari Escara House tanpa alasan dan sekarang memutuskan hal yang sama dengan Crimson High. Benny pasti kehilangan akal sehatnya, Rex berkata mencoba menenangkan dirinya. Tapi semakin ia memikirkan Benny berusaha untuk menjaga jarak sejauh mungkin darinya, Rex semakin marah kepada wanita itu.

Setelah ia melangkah keluar dari dalam tenda kecil itu ia berjalan-jalan di arena tenda. Ia melihat beberapa orang sedang mempersiapkan tenda atau membuat hot cocoa yang tersisa sebelum tidur. Rex memutari api unggun yang sekarang terlihat hitam dan hanya mengeluarkan asap, karena cuaca dingin dan salju yang turun membuat bara api redup dengan cepat.

Kalau Benny ingin keluar dari hidupku, tidak apa-apa. Tapi apa ia perlu keluar dari Escara House dan sekarang tim Crimson High? Wanita itu sangat konyol dan bodoh dengan keputusannya. Rex melempar ranting-ranting kecil ke api unggun yang sudah hampir tidak mengeluarkan bara api. Lama ia memikirkan semua yang telah terjadi dengan dirinya dan Benny.

Kenapa wanita itu harus terus menerus menjauh? Rex tidak mengerti.

Ia menghiraukan canda tawa yang terdengar dari beberapa tenda yang masih menyala. Beberapa orang menyapanya dan Rex mengangguk pelan. Ia mengembuskan napasnya dan melihat uap keluar dari mulutnya. Rex membenci perasaan ini. Kecewa. Perasaan yang tidak ia mengerti. Ia kecewa karena hubungannya dengan Benny menjadi sangat buruk sekarang. Ia kecewa karena dirinya tahu sebagian besar yang terjadi adalah salahnya. Ia yang kali pertama mendorong wanita itu sampai Benny menyerah sendirinya. Aku tidak mau Benny menyerah, hatinya yang egois berkata. Tapi kamu tidak melakukan apapun, tidak sedikitpun untuk membuat Benny tinggal, Rex.

Rex dengan emosinya yang memuncak berdebat dengan dirinya sendiri sampai tubuh fisiknya merasa kedinginan di tengah salju yang turun. Mereka berada di atas hutan dan cuaca menjadi sangat dingin ketika hari semakin malam. Rex mengerutkan dahinya dan melihat tenda-tenda yang dipasang. Ia menyadari kalau tenda dimana Benny sekarang mungkin mati kedinginan terletak paling jauh dari semuanya.

Secara spontan kakinya melangkah kembali ke tenda wanita itu dan sekarang ia mengarahkan kemarahannya kepada Benito Mendez. Pria itu telah membuat Benny tidur di tenda terjauh dari semua orang yang hanya berarti satu hal—tenda itu akan sangat dingin. Benito Mendez adalah pelatih berengsek yang menghukum Benny tanpa alasan. Ia mungkin marah kepada wanita itu, tapi Rex tidak akan membiarkannya mati kedinginan.

Ketika Rex melangkah masuk kembali ke dalam tenda, ia melihat Benny sudah tertidur dengan kedinginan. Tubuh wanita itu bergemetar walaupun ia sekarang tertidur memeluk dirinya sendiri di balik jaket dingin yang tidak cukup tebal itu. Di dalam tenda, suhu udara sama saja dengan udara dingin diluar. Dengan cepat Rex bergerak dan melihat ke dalam kotak-kotak peralatan berkemah Crimson High. Ia menemukan beberapa peralatan dasar seperti selimut ekstra, bantal, sleeping bag yang robek—tapi masih bisa digunakan, dan paling penting, heater elektrik kecil. Ia memindahkan kotak-kotak yang menghalanginya ke luar tenda dan akan menerima kemarahan Benito Mendez besok pagi agar dirinya memiliki cukup ruang untuk meluruskan sleeping bag, bantal, bersama dengan selimut untuk wanita itu. Ia lalu menyalakan heater kecil yang ia temukan dan bersyukur ketika perlahan-lahan seisi tenda mulai terasa hangat.

Rex melihat ke arah wanita itu dan menunduk. "Bean," bisiknya. Ia tidak lagi memanggil wanita itu dengan nama panggilannya, tapi sekarang berbeda. Ketika mereka berdua, Rex tidak kuasa untuk memanggil namanya seperti ia selalu memanggilnya. "Bean," ulangnya tapi Benny sama sekali tidak terbangun.