13. Sebuah Petunjuk

111 22 0
                                    

Suguru mengangguk dan membantu Akemi untuk melakukan pemakaman ayah kandungnya

"Maaf aku hanya merepotkan mu Suguru-san" Ucapnya bersandar pada kakak laki-lakinya

"Shh....jangan bicara seolah-olah aku orang asing bagimu Akemi, " Ucap Suguru mengusap bahu mungil adik angkatnya

Meskipun tidak begitu dekat namun Shoko dan yang lainnya datang ke pemakaman ayah kandung Akemi. Meskipun terkesan dingin Akemi tidak menangis sedikit pun di pemakaman ayah kandungnya. Namun dia tetap menunjukan raut wajah keluarga yang sedang berduka.

"Bukankah ini ironis, aku sama sekali tidak menangis saat pemakaman ayah kandung ku sendiri" Ucap Akemi tersenyum getir

"Aku tidak menyalakan sikap mu, lagi pula dia tidak pantas menjadi seorang Ayah" Ucap Satoru

Akemi tertawa pelan dan menoleh pada laki-laki rambut putih berkacamata hitam itu.

"Bahkan di saat seperti ini kau tetap saja menjadi kacamata hitam yang menyebalkan" Seru gadis itu lirih

Orang-orang menggeleng atas sikap Satoru yang tidak pantas karena berbicara buruk tentang orang yang sedang di makamkan.

"Ughh, baiklah aku salah, " Ucapnya jengkel dan memilih untuk diam.

Setelah proses pemakaman selesai Akemi pun di ikuti kakak laki-laki dan Satoru menuju rumah lamanya. Meskipun sudah hampir satu tahun sejak terakhir kali dia memasuki rumah itu. Trauma bertahun-tahun itu tetap saja masih tersisa

"Apa kau baik-baik saja? " Tanya Suguru menggenggam tangan Akemi yang gemetaran

"Maaf.... Aku.. Aku masih-" Ucapnya kesulitan untuk menyampaikan apa yang di rasakan nya

"Jadi apa yang akan kita lakukan di sini? " Seru Satoru yang entah kapan sudah mulai menyentuh barang-barang yang ada di rumah tersebut

Akemi menghela nafas sejenak, dia tersenyum dan kembali menguatkan dirinya sendiri.

"Tentu saja membersihkan rumah ini agar aku bisa menjualnya" Gurau Akemi dengan gestur tangan juga

Satoru tidak bisa menahan tawanya. Dia tidak percaya gadis 13 tahun itu bisa bergurau tentang menjual rumahnya setelah beberapa saat lalu baru memakamkan ayah kandung nya.

"Kau cukup tidak berperasaan juga ya, pendek" Ledek Satoru tersenyum

"Hei aku hanya bergurau okay lagi pula aku ragu ada yang mau membeli rumah ini" Ucapnya

Gadis itu merenggangkan badan sejenak sebelum akhirnya mulai membersihkan rumah lamanya yang berantakan.

Tak lama kemudian Suguru dan Satoru ikut membantu Akemi membersihkan rumahnya.

Setelah beberapa jam membersihkan rumah tersebut mereka terduduk letih di sofa. Rumah yang tadinya mirip kapal pecah telah berubah menjadi rumah layak huni pada umumnya

"A...apa kau tidak akan menyajikan minuman, Akemi? " Ucap Satoru dengan nafas berat karena lelah

"Hei, aku juga sudah lama tidak tinggal di rumah ini oke, lagi pula saat aku melihat kulkas hampir tidak ada apa-apa" Sahut Akemi menyeka keringatnya

Suguru tidak habis pikir bagaimana bisa sahabat dan adiknya masih bisa berdebat setelah lelah membersihkan rumah tersebut. Dia tersebut tipis dan  mengambil inisiatif untuk pergi membeli minuman di mesin penjual minuman otomatis.

"Baiklah kalian ingin minuman apa biar aku yang pergi membelinya"

Keduanya terdiam beberapa saat sebelum akhirnya mengatakan apa yang mereka inginkan.

******

Setelah istirahat sebentar Akemi pun kembali membersihkan kamar orang tuanya. Di saat membersihkan ruangan tersebut tiba-tiba Satoru datang

"Akemi apa ini masih perlu? " Tanya Satoru sambil mengangkat sebuah boneka lusuh

Akemi mengambil boneka itu sambil tersenyum tipis meskipun tidak begitu jelas  dia kembali teringat kenangan lama.

"Heee ternyata aku menemukan sahabat lama mu" Ucap Satoru menggodanya

"Be-berisik" Sahut Akemi malu

Akemi memperhatikan dengan seksama boneka tersebut dan menemukan sebuah disk memori di dalam nya.

"Apa ini? " Ucap Akemi heran

Sedangkan Satoru begitu bersemangat dan penasaran akan isi dari temuan mereka dalam boneka tersebut.

"Cepat masukan dalam PC, Akemi ayo cepat " Desak Satoru

"Aku sedang melakukan oke" Sahut Akemi jengkel.

Their Precious GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang