BAB VII

826 102 5
                                    

Mobil Rony berhenti di depan kos Salma. Walaupun hubungan mereka sudah lama usai dan tidak saling berkabar, Rony masih ingat di mana Salma tinggal. Bagaimana tidak ingat, dulu dirinya hampir setiap hari ke tempat ini untuk mengantar atau menjemput Salma.

"Nanti motor lo dianterin sama temen gue, mungkin besok karena mau dicek dulu."

Salma mengangguk sama sekali tidak keberatan, ia justru merasa semakin tidak enak karena sudah merepotkan Rony yang berstatus mantan pacarnya.

"Kak Salma kapan-kapan main lagi dong ke rumah aku," ucap Nabila saat Salma baru saja membuka pintu mobil. "Mama juga pasti seneng banget kalau Kak Salma main ke rumah."

Salma dan Rony beradu pandang sepersekian detik, lalu menatap Nabila dengan pandangan berbeda. Salma dengan senyum canggung, dan Rony dengan tatapan kesal namun pasrah. Rony sulit sekali marah pada Nabila, selalu ada saja tingkah Nabila yang membuat Rony urung marah padanya.

"Nanti kita cari waktunya ya." Akhirnya Salma memilih jalan aman, tidak mungkin ia langsung mengiyakan apalagi menolak.

Senyum cerah Nabila terbit, ia mengacungkan jempolnya. "Aku tunggu loh," ucap Nabila yang dibalas anggukan Salma.

Setelah keluar dan menutup kembali pintu mobil, sekali lagi Salma mengucapkan terima kasih dan maaf kepada Rony dan Nabila sebelum akhirnya mobil itu melaju meninggalkan kos Salma.

---o0o---

Jam menunjukkan pukul sembilan malam saat Rony dan Nabila sampai di rumah, mereka langsung masuk ke dalam kamar masing-masing. Kedua orang tua mereka sedang pergi ke Surabaya karena urusan pekerjaan. 

Setelah membersihkan diri dan mengganti baju, Nabila masuk ke dalam kamar Rony yang kebetulan pintunya terbuka sedikit. Hari ini Nabila merasa senang sekali walaupun ada juga rasa lelah yang dirasa. Selain lega karena tugasnya sudah selesai, ia juga bertemu laki-laki yang berhasil menarik perhatiannya. Ditambah lagi ia bertemu kembali dengan Salma dan berhasil meminta nomor kontaknya yang baru. Tadi Salma sempat bercerita bahwa ponselnya yang dulu hilang diambil pencopet, jadi saat membeli ponsel baru tidak memiliki cadangan kontak termasuk nomor Nabila. Itulah mengapa Salma maupun Nabila tidak lagi saling berkabar.

Nabila langsung menghampiri Rony yang sedang memetik gitar di balkon kamarnya. Dengan santai Nabila duduk di samping Rony yang hanya meliriknya sebentar lalu kembali fokus pada gitar berwarna cokelat miliknya.

"Bang," 

"Hmm.."

Nabila meletakkan telapak tangannya di senar gitar milik Rony, meminta atensi Rony sepenuhnya. "Mau cerita," ucap Nabila yang akhirnya memutuskan untuk bercerita pada abangnya. Ia ingin meminta pendapat Rony tentang apa benar yang sedang ia rasakan sekarang.

Mendengar ucapan Nabila, membuat Rony akhirnya menyudahi permainan gitarnya lalu meletakannya di samping kursi yang ia duduki. Kini fokus Rony sepenuhnya pada Nabila yang terlihat masih ragu untuk bercerita. "Mau cerita apa?"

"Tapi abang jangan bilang siapa-siapa termasuk mama papa," ucap Nabila memperingati. Matanya memicing dengan raut wajah yang dibuat segalak mungkin.

Rony menghela napas, "yang mulutnya suka ember 'kan kamu, dek." Nabila menyengir saja saat menyadari bahwa Rony adalah salah satu orang yang sangat ia percaya karena bisa menjaga rahasia. Untuk beberapa hal seperti membicarakan tentang perasaaan dan percintaan, Nabila lebih mempercayai Rony karena abangnya itu tidak akan berani menggoda atau meledeknya di depan orang lain kecuali Nabila duluan yang memulai.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang