BAB XIII

567 81 2
                                    

Malam semua..

Minta tolong tandai typo ya teman teman.. dan nggak bosen-bosen aku ingatkan untuk vote dan komentarnya yaa.. Terima kasih🫶

Happy Reading!

---o0o---

"Tunggu!"

Langkah Rony terhenti saat seseorang menahan pergelangan tangannya. Dilihatnya gadis yang dulu sempat merajut bahagia bersama, menatapnya dengan tatapan yang sulit dibaca.

Menyadari sesuatu, Salma langsung melepas cekalan tangannya. Gadis yang kini menggunakan hoodie berwarna cream, dipadukan dengan celana jins juga hijab senada menunduk sambil memainkan jarinya bingung.

Selama beberapa saat mereka hanya diam. Rony masih cukup sabar menunggu Salma untuk mengatakan maksud dan tujuannya menahan langkah pria yang baru saja akan keluar dari lobby apartemen. Pasti ada sesuatu yang ingin dibicarakan.

Rony melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah hampir lima menit dan posisi mereka masih sama, membuat Rony akhirnya bertanya, "ada apa?"

Salma tergagap. Selain gugup, ia juga bingung mulai dari mana. Rony yang menyadari lawan bicaranya tidak tenang akhirnya mengajak Salma untuk duduk terlebih dahulu di sofa yang berada di lobby. Ia juga memberikan air mineral kemasan kepada Salma agar gadis itu bisa lebih rileks. Sepertinya ia masih memiliki cukup waktu sebelum pesawatnya lepas landas.

Tadi Rony mendapat telepon dari Nabila bahwa adiknya itu berada di rumah sakit karena orang tua Paul mengalami kecelakaan hingga meninggal dunia. Sebenarnya mama dan papanya sudah pulang, mereka juga berkata bahwa Rony tidak harus pulang malam ini jika pekerjaannya di Surabaya belum rampung. Namun Rony memilih untuk tetap pulang untuk sekadar mengucapkan bela sungkawa secara langsung juga melihat kondisi Paul selepas kehilangan orang tuanya. Bagaimana pun juga Paul sudah membantu Rony untuk menjaga Nabila selama beberapa minggu terakhir. Rony merasa berhutang budi dan perlu untuk pulang secepatnya.

"Jadi?"

"Maaf,"

"Untuk?"

Salma menghela napas, "tanpa gue kasih tau, lo pasti udah tau juga."

"Sok tau lo. Gue bukan dukun yang bisa baca pikiran orang." Rony mengulum senyumnya saat melihat perubahan air muka Salma yang semula tegang berubah menjadi menahan kesal.

Tanpa bisa dicegah, tangan Salma sudah melayang memukul lengan Rony cukup keras. Bukan kesakitan, Rony justru melepaskan tawanya.

Salma berdecak sebal, menatap Rony dengan tatapan permusuhan. Kenapa kadar menyebalkan cowok itu semakin bertambah? "Lo tuh bisa serius gak sih?"

"Jadi dari tadi minta diseriusin?" Rony menaik-turunkan alisnya menggoda. Ternyata menjahili gadis berkacamata ini masih menjadi hal yang menyenangkan untuk Rony. Melihat wajah cantik itu memberengut, tatapan kesal namun menggemaskan, dan jangan lupakan gerakan spontanitas Salma saat kesal adalah memukul orang yang berada di dekatnya.

Mungkin, ia merindukan Salma.

Tidak, Rony hanya merindukan saat-saat ia dapat tersenyum dan tertawa lepas, melupakan semua beban masalahnya.

Sayangnya, orang yang dapat membuatnya tertawa lepas selain keluarganya hanya Salma. Satu-satunya orang asing yang dapat membuat Rony nyaman bercerita tentang segala hal dan meringankan bebannya hanya seorang. Hanya dengan melihat senyum Salma saja semua masalah seakan hilang, tergantikan dengan kebahagiaan yang membuncah.

Saat mereka masih bersama dulu, hampir setiap pulang bekerja Rony datang berkunjung ke kos Salma. Entah selanjutnya akan makan malam bersama di tempat favorit mereka, mencoba tempat makan baru, menemani Salma manggung, atau hanya sekedar menghabiskan waktu bersama mengelilingi kota dengan motor matic milik Salma sedangkan mobil Rony dititipkan di kos.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang