BAB IX

920 102 10
                                    

Jangan lupa follow, vote, dan komentarnya ya teman-teman..

Happy reading!✨

---o0o---

Paul tersenyum senang setelah sambungan teleponnya terputus, atau lebih tepatnya karena permintaannya pada Damar disambut baik oleh lelaki itu. Beberapa hari lalu Anggis bercerita cukup banyak tentang Nabila, termasuk keinginan gadis itu untuk mulai mandiri. Tentu saja itu membuat Paul semakin dibuat kagum oleh Nabila yang secara sadar dan atas dasar keinginannnya sendiri mau keluar dari cangkang nyamannya.

Bunyi notifikasi pesan masuk membuat Paul kembali meraih ponselnya di atas meja kerja. Tentu saja ia masih berada di kantor karena ini hari kerja dan belum masuk jam makan siang. Sebuah notifikasi dari seseorang yang akhir-akhir ini selalu mengirimkannya pesan menanyakan keadaan Nabila, siapa lagi kalau bukan Rony Adhitama. 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paul tertawa melihat balasan Rony

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Paul tertawa melihat balasan Rony. Terhitung sejak keberangkatan Rony ke Surabaya minggu lalu, Paul menjadi orang kepercayaan Rony untuk memantau dan menjaga Nabila meskipun terkadang dari jauh. Setiap hari pasti Rony menanyakan bagaimana keadaan Nabila pada Paul, Anggis, juga asisten rumah tangga yang diminta menginap untuk menemani Nabila di rumah.

Paul juga sudah tidak canggung lagi dengan Rony bahkan ia sampai berani menamai kontak lelaki itu dengan 'Abang Ipar' dan melabeli Nabila sebagai calon istrinya. Anggap saja ini manifesting Paul kedepannya.

Melihat kembali arloji yang melingkar di tangannya sudah menunjukkan waktu istirahat, Paul bergegas merapikan mejanya lalu keluar dari ruangan kerjanya menuju parkiran mobil. Ia sudah ada janji dengan sang pujaan hati untuk makan siang bersama hari ini.

Jangan sepelekan kegigihan dan keberanian Paul dalam urusan mendekati Nabila, ia selalu punya alasan untuk mengajak gadis itu bertemu dan bertukar cerita atau sekedar saling berbalas chat di WhatsApp. Sebuah kemajuan yang cukup signifikan bukan?

Tadi pagi saja Paul yang mengantar Nabila ke sekolah, dan sekarang ia akan menjemputnya sekaligus makan siang bersama. Paul juga jadi sering menginap di rumah orang tuanya karena satu komplek perumahan dengan kediaman Nabila, alasan yang dapat dimanfaatkan Paul untuk bisa berangkat bersama Nabila walaupun tidak setiap hari.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang