BAB XI

1.1K 98 25
                                    

Jangan lupa vote dan ramaikan komentarnya yaa.. biar aku semangat up setiap hari, hehe..

Happy reading!✨

---o0o---

Salma mencangkolkan ransel hitam ke pundaknya, surat pengajuan cuti sudah ia ajukan kemarin dan untungnya langsung mendapat persetujuan dari atasannya. Ia jadi tidak perlu berlama-lama untuk bisa pulang ke Surabaya menemui kedua orang tuanya, tentu saja agar bisa membicarakan perihal ucapan mamanya beberapa waktu lalu.

Ponselnya berdering, nama kontak Novia muncul di layar. Salma menggeser ikon berwarna hijau lalu mengapit ponselnya di antara telinga dan bahu. Kini satu tangannya menenteng dua buah paper bag, dan tangan kanannya sibuk mengunci pintu kamar kos. 

"Lama banget sih, buruan!"

"Iya, iya, sabar. Kunci pintu dulu," ucap Salma sembari mengantongi kunci kamarnya. "Otw," Salma memutuskan sambungan teleponnya sepihak, berjalan ke depan untuk bisa lebih cepat bertemu Novia yang akan mengantarkannya ke bandara.

Mobil merah itu menjadi tujuan Salma. Baru saja ia duduk di samping kemudi, sudah disuguhi oleh omelan Novia dengan logat medan khas miliknya. "Kebiasaan! Kau yang minta jemput, kau juga yang telat!" Novia menjalankan mobilnya membelah jalanan siang ini yang cukup lancar walau ramai.

"Ya maap, Nop. Lagian juga masih dua jam lagi itu pesawat berangkatnya." Salma meletakkan ransel beserta paper bag yang dibawanya di kursi penumpang belakang.

Novia melirik Salma tak santai, "ya terus, kenapa kau minta jemput sekarang, Salma...?" Emosi Novia berhasil terpancing, sedangkan Salma hanya nyengir tak berdosa.

"Biar lu nggak gabut,"

"Kau kira aku tak punya pekerjaan, hah?" Salma tertawa terbahak-bahak, perutnya sampai sakit karena berhasil memancing kekesalan Novia. "Besok-besok tak mau aku antarkan kau lagi,"

"Jangan gitu dong.. nanti kita mampir dulu aja makan siang, gue yang traktir."

"Nyogok lu?"

"Iya lah," jawab Salma santai. Keduanya tertawa. Novia paham kalau Salma hanya bercanda dan begitupun sebaliknya, Salma tau kalau Novia tidak benar-benar serius saat marah tadi.

---o0o---

Nabila memperhatikan saja saat Paul mengeluarkan dua buah kursi lipat dari bagasi mobilnya. Setelah Nabila memaksa Paul untuk mengantarnya pulang terlebih dahulu dengan alasan ingin mengganti baju sebelum pergi ke suatu tempat yang dirahasiakan oleh lelaki itu, kini mereka sudah sampai di sebuah danau yang cukup luas. Nabila tidak tahu di mana tepatnya, tapi yang pasti Nabila menyukai suasana tenang ini.

Paul menata kursi lipat itu di tepi danau, mempersilakan Nabila untuk duduk terlebih dahulu sedangkan dia sendiri kembali ke mobil untuk mengambil sebuah meja lipat beserta keranjang piknik berisi makanan. Tidak ketinggalan dua alat pancing dan plastik hitam yang Nabila tidak tahu isinya.

Beberapa macam makanan dan minuman sudah Paul tata sedemikian rupa di atas meja lipat dibantu Nabila. Ada sekotak pizza, snack kentang, air mineral, dan juga dua kaleng kopi kemasan.

"Kak Paul mau mancing?" tanya Nabila setelah menyadari Paul membawa dua buah alat pancing. Paul membuka kantung plastik hitam, mengeluarkan sebuah stoples yang membuat Nabila mengernyit geli saat melihat isinya.

Paul menyerahkan satu alat pancingan kepada Nabila yang langsung diterima oleh gadis berjilbab hitam itu. "Pegang dulu, saya pasang umpan dulu di kailnya," ucap Paul sembari mengambil seekor cacing tanah dari dalam stoples yang ia bawa.

SEMESTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang