Dua hari kemudian setelah kepulangan Gio ke rumah.
Malena terbangun karena mendengar suara Gio yang batuk parah di kamarnya. Saat Malena melihat jam, ternyata masih pukul 3 pagi. Segera Malena pergi ke kamar Gio untuk memeriksa keadaan anak itu, dan betapa terkejutnya Malena saat melihat puteranya kini tengah mengelapi noda darah di atas kasurnya dengan darah menggunakan tisu.
"Gio!"
Sontak Gio menyembunyikan bekas tisu yang ia pakai untuk mengelap darah, dan tersenyum melihat ke arah Malena.
"Mama?"Malena sontak mengecek suhu tubuh Gio yang ternyata dingin. Tanpa tunggu lama, Malena langsung mengambilkan obat dan juga air hangat untuk Gio.
"Minum dulu obatnya sayang." Malena meminumkan 2 obat ke dalam mulut Gio dan setelah itu membawa puteranya ke sofa besar yang ada di dekat tempat tidur.
Namun saat Malena menatap kasur yang sudah lumayan dipenuhi oleh darah, Gio kelihatan agak panik.
"Ma! Gio nggak apa-apa kok, kata om Lucas Gio nggak apa-apa kalo batuk ada darahnya," kata Gio berusaha menenangkan Malena, dan itu malah membuat Malena jadi merasa sangat sakit mendengarnya.Bagaimana mungkin anak sekecil itu bisa mengatakan hal semacam itu di saat tubuhnya memang sakit? Seharusnya anak itu menangis karena pasti dada dan kepalanya terasa sakit, Malena tahu karena di bukan lagi seorang perawat baru.
Namun Malena yang hampir menangis berusaha bersikap sebiasa mungkin di hadapan Gio. Puteranya saja bisa tegar, kenapa dia harus menangis? pikirnya. Namun Malena justru akan membuat puteranya itu agar benar-benar bisa lebih tenang dan menerima keadaannya.
"Iya sayang, mama tau kok. Tapi apa ada yang sakit?" tanya Malena sambil membelai kepala Gio dan sedikit demi sedikit memijat bahu kecil sang putera.
Gio menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Malena lekas memeluk Gio sambil terus memijat bahu hingga punggung Gio.
"Kalo sakit pun nggak apa-apa Gio bilang sama mama, mama janji nggak akan banyak bertanya lagi sama Gio setelah Gio kasih tau mama mana yang sakit, oke?"
Kata Malena sambil melepas pelukannya dan mulai menatap mata anaknya, mencoba menciptakan sebuah kepercayaan lewat tatapan itu sehingga Gio bisa mulai jujur padanya."Tapi mama janji nggak bilang papa?"
Malena mengangguk sambil tersenyum lirih.
"Janji, ini rahasia kita berdua aja, oke?""Kepala Gio dan dada Gio agak sakit ma..." Hanya itu yang Gio katakan sambil tertunduk seakan anak itu merasa menyesal sudah mengatakannya.
Malena sudah menebaknya dan kini dia mulai mengusap dada dan memijat pelan bagian tengkuk leher Gio, karena sebelumnya dia sudah memberikan obat yang benar untuk meredakan nyeri yang Gio rasakan, hanya tinggal tunggu proses obatnya bekerja saja.
"Ma..."
"Hm?"
"Mama kok kebangun? Mama dengar Gio batuk ya?"
"Nggak, mama tadi abis pipis ke toilet, eh mama keinget sama Gio, jadi mama pergi tengok Gio," bohong Malena.
Gio pun sedikit merasa lega mendengar cerita ibunya, setidaknya ia tak membangunkan mamanya karena batuknya yang parah.
"Berarti mama nggak dengar Gio batuk?"
"Hmm... sedikit sih, tapi nggak begitu kedengaran lah, buktinya papa nggak kebangun kan? lagipula kan nggak apa-apa batuk, bukannya itu wajar? Gio kan emang lagi nggak enak badan. Jadi nggak usah terlalu dipikirin ya sayang."
Gio pun tersenyum sambil mengangguk, lalu Malena kembali menempatkan Gio dalam pelukannya.
"Gio..."
"Iya ma?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Simpanan Sepupu Iparku//Nomin GS🔞 END✔
Fanfiction{SELESAI} WARNING! [S1 Bab 26-51 Unpub] [S2 Bab 26-31 Unpub] [PDF Ready] Cerita ini memiliki rate 18+/21+ mungkin, karena terdapat adegan yang tidak pantas dikonsumsi oleh anak-anak di bawah umur. Dan cerita ini memiliki 3 season dalam 1 book. Bab y...