LUDIS 4.

272 41 0
                                    

Typo, kabarin ☎️📞

***

04. SI BUTA DAN PENYUSUP

***

Kelalaian adalah kesalahan fatal sekaligus aib besar bagi seorang pelayan. Jika kabar celakanya putri Ludgadis tersebar ke seluruh penjuru istana, mereka akan jadi buah bibir selama hidup mereka. Tapi bukan berarti mereka ingin menutupi kesalahan mereka.

Pagi sekali ketika Ludis bangun, Para pelayan sudah bersujud didepan ranjangnya, meminta pengampunan. Walau sejak awal Ludgadis bukanlah putri yang kejam, namun mereka tetap takut akan kuasa Fules dan putra mahkota, akan memenggal kepala mereka satu persatu.

"Jadi kalian hanya mengatakan pada dokter jika aku tiba-tiba demam?"

"Ampuni kami tuan putri," ujar para pelayan dengan kompak.

Yah ini juga salahnya yang tidak hati-hati sudah tahu dia buta masih saja kelayapan. Ludis jadi merasa bersalah karena sudah banyak tingkah dan merepotkan semua orang.

"Untuk saat ini aku tidak apa-apa. Tapi lain kali, jangan menutupi semua ini. Jika raja tahu dari orang lain mungkin akibatnya akan kalian tuai di akhir," ujar Ludis.

"Sekarang bisa tolong panggilkan dokter Hermut? Penglihatan ku kurang nyaman. Lalu kalian bisa kembali bekerja."

Para pelayan segera membubarkan diri. Karena dokter Hermut adalah dokter keluarga yang mengurus anak-anak raja, tempat tinggalnya juga masih ada di wilayah kekaisaran.  Sebelum matahari naik, dokter Hermut sudah datang.

"Ini sedikit iritasi," kata Dokter setelah memeriksa kondisi mata Ludis.

"Benarkah? Rasanya memang agak perih. Mungkin karena aku tidak sengaja mengusap mataku menggunakan tangan yang masih ada busa sabunya," bohong Ludis. 

"Saya akan memberikan obat tetes mata. Lain kali tolong untuk tidak sembarangan menyentuh mata anda selama penglihatan anda masih kurang baik. Lalu, bagaimana sekarang? Bisa anda lihat berapa jari yang saya tunjukan?"

Mata Ludis memicing sampai menyipit. Lalu ia mengaduh dan menggosok matanya lagi. Dokter otomatis menahan tangan Ludis.

"Berkedip dan terpejamlah beberapa kali sampai mata anda terasa lebih baik," perintahnya.

"Nampaknya perjalanan kita masih jauh," sambung dokter sambil membereskan peralatannya.

"Aku khawatir ini tidak akan kembali," lirih Ludis seraya menyentuh kedua matanya.

"Anda jangan khawatir. Selagi kita berusaha."

Dokter Hermut terdengar berbicara dengan kepala pelayan, Betry dan juga kesatria yang selalu menemani Ludis dan Betry. Lalu dokter pergi setelah mengucapkan salam.

"Betry, bisa tolong tutup tirainya. Mataku sedikit sakit," ujar Ludis.

"Apa anda akan tidur siang, putri?"

"Aku hanya ingin berbaring dan memejamkan mata. Mungkin karena air bekas deterjen di kolam itu memasuki mataku. Jadi rasanya perih."

Betry menatap sendu. Ia kembali merasa bersalah karena sudah meninggal Ludis sendirian hari itu.

Kedepannya dia sudah berdedikasi, bahwa pelayan Betry tidak akan meninggalkan tuan putri sendirian.

Betry berjanji.

***

Ludis merangkak bangun dari kasurnya sambil mengucek ujung matanya. Menyingkirkan kotor-kotoran di setiap ujung mata lalu mengejap mengenali situasi.

LUDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang