LUDIS 12.

194 28 0
                                    

12.

***

Diulas untuk terakhir kalinya ... Bunga ungu berkelopak tiga adalah bunga ajaib yang tumbuh akibat jatuhnya sebuah bom sihir pada zaman perang antar ras. Gunung Amu hanya korban. Kawanan serigala arang sudah menjaga wilayah gunung Amu secara turun temurun, secara tidak langsung juga bunga ungu berkelopak tiga adalah harta berharga milik serigala arang.

Berbagai era sudah berlalu. Salah satu prosedur sebelum melakukan pengobatan menggunakan bunga ini adalah dengan cara tidak menggunakan anggota tubuh yang bersangkutan untuk melakukan aktivitas berlebih.

Jika tangan patah, maka tangan itu dilarang bergerak. Jika bisu, orang itu dilarang menggerakan bibir apalagi sampai mengeluarkan suara.

Begitupun Ludis. Karena penglihatannya yang diharapkan bisa sembuh, maka dokter Hermut menutup mata Ludis menggunakan potongan kain. Gunanya agar penglihatan Ludis tidak terkena sinar matahari dan agar Ludis lebih nyaman menutup matanya.

"Bagaimana perasaan anda?" Ludis mengangguk.

"Aku baik-baik saja."

"Bagus. Saya akan kembali tiga hari lagi. Saya harap nona bisa istirahat dengan baik. Tolong jangan ada yang menganggu nona. Malam ini," kata Hermut pada betry dan kesatria penjaga.

Kemudian Hermut pamit untuk pulang. Tanpa melakukan apapun, Ludis langsung berbaring untuk tidur. Awalnya memang terasa tidak nyaman tapi ia mulai terlelap juga.

Keesokan paginya, Ludis hampir histeris karena penglihatannya gelap total. Tapi ia segera menguasai diri begitu ingat jika matanya sedang di jaga.

"Lady, saatnya sarapan. Izinkan saya membantu anda."

Betry menyuapi Ludis dengan perlahan. Tidak menumpahkan noda, amat sangat rapih. Betry mungkin akan jadi seorang kepala pelayan jika memang ia memiliki koneksi yang kuat.

Ludis menggenggam tangan Betry dan tersenyum tulus. Walau matanya tertutup, Betry bisa merasakan jika Ludis menatapnya dengan sorot yang lembut.

"Tolong rawat aku selama periode ini, Betry."

Apa ini? Seorang putri memohon padanya? Betry merasakan terharu.

***

Di ruangan yang temaram, Roat duduk setengah mengantuk di meja kerjanya menunggu Fules menyelesaikan pekerjaan yang tiada habisnya. Sebenarnya Roat tidak harus menunggu seperti ini. Tapi karena dokumen yang sedang dikerjakan Fules adalah hal penting yang harus dikirim besok dan mendadak, Roat harus segera menyimpannya sendiri agar tidak merecoki pekerjaan tuannya besok.

Roat adalah manusia terorganisir dalam kehidupannya. Walau terlihat  pendiam begini, dia sudah menyusun pekerjaan untuk besok beserta jamnya di dalam kepala.

"Ini sudah hampir satu bulan ..." Roat mengangkat wajahnya. " ... Atau sudah satu bulan? Aku tidak mengingatnya."

Roat mendekat saat mendengar guman raja ini.

"Apa anda membutuhkan sesuatu, Baginda?"

"Aku hanya berpikir, sudah satu bulan putri Ludgadis hidup tanpa penglihatan yang jelas. Apa dia baik-baik saja?"

Roat menerima berkas penting untuk besok sambil memiringkan kepalanya. Bukankah belakangan ini nama putri Ludgadis sering terlontar dari mulut Baginda?

Ia rasa anggota kerajaan tak begitu menaruh perhatian satu sama lain. Kecuali pada calon penerus. Itupun sebenarnya tidak juga karena saingan pangeran Carlos hanya si bungsu yang umurnya masih kecil.

LUDISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang