5. name's past

859 96 15
                                    

"Ah, begitu kalau begitu terimakasih" ucap sang gadis sambil berjalan pergi dari kerumunan orang tersebut.
_________________________________.  .  .  .

°°Name pov

Kakiku bergetar, rasanya dingin berada di sini. Jika bisa memilih aku lebih baik tidak dilahirkan.

Aku adalah bayangan, dia adalah sinarnya.

Dia adalah kakakku, namanya Park Lia.

Dia adalah gadis yang sangat di sayangi oleh semua orang. Dia bagaikan emas bagi orang tuaku.

Sedangkan aku?

Aku hanya jelaga yang menutupi emas tersebut. Dan itu artinya aku harus disingkirkan.

Kalian pasti tidak ingin piala kalian berdebu kan?

Itu adalah gambaran yang sempurna tentang diriku dan kakakku. Aku debunya, dan dia piala nya.

Dia pintar secara akademis, maupun fisik. Kami melalui latihan yang berat setiap hari karena orang tua kami adalah seorang pesepeda terkenal yang memutuskan untuk menikah.

Tapi, karena itu semua aku terbebani.

Nilaiku di tuntut, dan fisikku juga.

Aku ingin pergi dari neraka seperti ini, hidupku seperti benalu yang menempel pada inang nya.

Aku hanya mereka anggap sebagai parasit yang menganggu dan harus disingkirkan.

Sampai pada suatu hari, aku melawan kepada orang tuaku.

"Aku tidak mau! Kenapa harus aku kenapa tidak kakak saja!" Teriakku pada ayahku.

Plakk

Sebuah tamparan mendarat di pipiku,  rasanya panas, seperti terbakar.

"Jaga ucapanmu (name)! Kakak mu tidak ingin menikahi pria itu, kau adalah harapan terakhir kami" ucap ayah (name).

"Aku tidak ingin menikahinya!!" Teriakku.

Rasanya tenggorokanku sudah berusaha untuk tidak mengeluarkan suara keras yang aku tahan selama ini, mataku panas. Bulir-bulir air mata mulai keluar dari mataku.

"Kenapa kalian selalu memaksaku untuk mengantikan kakak? Kenapa?!" Teriakku.

"(Name)!!" Ucap ayahku.

"Kamu tidak mengerti apa perasaan kakak mu!" Lanjutnya dengan teriakan.

"Kalian juga tidak mengerti perasaanku! Kalian selalu melihat aku sebagai debu yang menutupi piala milik kalian!" Teriak ku.

"Kalian hanya menganggap ku seperti pelarian, saat kakak marah aku dicari, tapi saat tidak dimana kalian?!" Teriakku pada ke-dua orang tuaku.

Kakakku yang sedari tadi diam saja kini ikut campur dalam hal ini.

"Kau saja yang tidak mengerti perasaan ibu dan ayah! Kau hanya anak manja yang selalu ingin di sayang" ucap nya padaku.

"Enteng sekali kau bicara begitu padaku, kau tidak akan mengerti karena kau adalah anak kesayangan. Mereka membuatmu buta dengan kasih sayang yang mereka berikan" Ucapku lalu menampar pipinya.

"(Name)!!" Teriak ibuku lalu menampar pipiku.

Apa kalian pernah berpikir akan ditampar oleh ibu kandung kalian sendiri?

Sakit sekali rasanya, ibu yang selalu kita hormati tapi memperlakukan kita seperti itu.

"Kenapa, ibu...?" Lirihku.

"Pergi kau dari sini, Ibu tidak ingin melihat lagi wajahmu!"

Deg.

Rasanya jantungku berhenti berdenyut saat ucapan itu keluar dari mulut ibuku.

Between you and I (Joker X reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang