LISA POV
Di usir dari rumah, aku hampir setiap hari ingin di usir dari rumah oleh mommy ku. Ku kira itu hanya akal-akalan mommy agar aku tak membandel lagi, tapi ternyata tidak.
Suatu hari mommy benar-benar mengusir ku, ya aku di usir. Aku tidak percaya ini, bagaimana bisa mommy tega banget mengusir ku, hey akulah satu-satunya anaknya, akulah satu-satunya pewaris kekayaan kerajaannya.
Tapi bagaimana bisa mommy mengusir ku hanya karena masalah sepele, padahal kenakalan ku itu masih batas wajar, belum namanya kenakalan hakiki perasaan.
Aku tidak pernah bisa membayangkan aku akan menggelandang di jalanan, tanpa uang dan hanya berbekal kan satu tas ransel pakaikan, hanya itu saja. Mommy bahkan tega tidak memberi ku uang sedikit pun, dan paling parahnya lagi Daddy ku hanya diam, melihat perilaku mommy ku, padahal dia bilang akulah anak kesayangannya.
Mengingat mommy dan Deddy ku yang begitu tega, rasanya kenapa tidak aku korupsi saja semua uang perusahaannya sampai bangkrut aja waktu itu.
Haaaaaa!! Kesal, kesal banget sama kehidupan.
Orang-orang bilang aku orang yang paling beruntung di dunia ini. Pretttt nyatanya apa. Cih! orang beruntung masa gelandangan di jalanan, mana udah macam gembel aja di sini, makan ga teratur, kucel, udah ga ada lagi deh yang namanya perfect Lisa.
Satu bulan kurang satu hari sudah aku gelandangan di jalanan, aku benar-benar ga bisa apa-apa kecuali hanya ngamen di pinggir lampu merah, sebenarnya aku tidak mau mengamen di sana, takut-takut jumpa dengan teman sosialita ku dulu waktu masih kaya.
Apa kata mereka nanti melihat aku yang di idam-idamkan dan dielu-elukan dulu udah jadi gembel aja di lampu merah, tapi apa mau dikata, jika tidak mau mengamen di sana aku tidak akan mendapatkan uang, dan otomatis aku tidak akan bisa makan.
Mommy aku ga mau jadi miskin, jadi miskin sumpah ga enak banget huaaaaaa..
Hari ini seperti biasa, aku akan stay lagi di lampu merah, males banget sebenarnya, aku juga masih mengantuk, karena semalam aku ga bisa tidur lagi.
Biasalah selama menjadi gelandangan aku belum mempunyai rumah ataupun gubuk derita untuk ditinggali, dan itu mengharuskan aku tidur di emperan atau di depan ruko orang, dan disana tidurnya ga enak banget.
Jam lima sore begini, biasanya area lampu merah sangat ramai, dan sekarang aku lagi berdiri di pinggir jalan, menunggu lampu berganti merah dan aku akan turun ke jalan.
Ting!!
Warna lampu udah beralih ke merah, dan kendaraan di sana langsung berhenti di area traffic light, aku langsung turun ke jalan dan tak menyadari dari ujung sana ada satu mobil mevvah yang berlaju cepat.
Brukk!!
Anjir sakit banget aku diserempet sampai berguling, mana lutut ku berdarah lagi, sialan siapa sih sombong banget mentang-mentang naik mobil mevvah, aku dulu juga pernah ya, huh pen makki.
Ada beberapa orang yang lari menghampiri ku, ya mereka adalah teman-teman ngamen ku, dan mobil yang menyerempet ku tadi berhenti di ujung sana, dan tak lama setelah itu.
Keluar lah seorang perempuan, bukan tapi seorang bidadari, astaga aku tidak bisa berhenti berkedip melihatnya, aku menarik kembali umpatan ku tadi padanya.
"Adek tidak apa-apa, saya buru-buru tadi, saya benar-benar tidak sengaja, kakinya berdarah astaga.."ucapnya dengan lembut tapi panik.
Aku bahkan tak menghiraukan lagi luka di kaki ku, bahkan aku tidak merasakan sakit sama sekali, isi otak ku sudah kosong karena bidadari yang ada di hadapan ku ini.
Roséanne, aku kenal dia. CEO dari salah satu agensi terkenal di negara ini, ternyata lebih cantik kalau di lihat secara langsung seperti ini, apalagi sedekat ini, aaaa boleh peluk ga sih.
"Mas-mas bisa bawa adeknya ke mobil saya, saya akan bawa ke rumah sakit."ucap nya, aku sudah pasrah aja kemana mau di bawa bidadari ku ini.
Aku duduk di sampingnya di dalam mobil, dan sampai sekarang aku tidak bisa berhenti menoleh ke arah lain selain ke arahnya, bidadari ku.
Dia sedang menelpon seseorang, raut wajahnya tampak khawatir, tapi ia berusaha setenang mungkin, mungkin karena lagi berkendara.
"Mbak saya gapapa kok mbak, ini cuman luka kecil kok."ucap ku saat dia sudah selesai menelpon.
"Saya benar-benar minta maaf, saya akan tetap bertanggung jawab, walaupun itu luka kecil tapi tetap harus di obati kan."uluh-uluh bidadari memang beda.
Setelah kami berkendara beberapa menit, akhirnya sampai juga di salah satu rumah sakit, dia langsung turun untuk memanggil salah satu staf rumah sakit untuk membantu ku.
Selama proses pemeriksaan, dia selalu ada di samping ku, mendengar kan dengan baik apa yang di jelaskan oleh para dokter, huh aku benar-benar terharu, bahkan mommy ku saja tidak seperti ini dulu saat aku jatuh dari pesawat saat latihan.
Padahal waktu itu nyawaku sudah di ujung tanduk, Daddy dan mommy ku malah mengirim manajer keluarga kami untuk menemani ku, alasannya sibuk.
"Adek rumahnya di mana."tanya nya, saat ini kami sudah ada di jalan, hendak pulang, kata dokter aku tidak perlu nginap karena luka ku masih aman, hanya luka ringan dan sedikit keseleo.
"Saya tidak punya rumah mbak, saya anak jalanan."ucap ku, bidadari ku itu nampak syok.
"Terus selama ini adek tinggal di mana, tidur nya di mana."tanya nya lagi.
Ini kenapa aku di panggil adek sih, aku udah tua loh sebenarnya, umur ku aja sudah dua puluh tujuh tahun, 27 tahun.
"Saya tidur di jalan mbak atau di depan toko-toko orang, eh btw jangan panggil saya adek lah mbak, saya sebenarnya sudah umur 27 tahun loh."ucap ku, dia tampak terkejut lagi.
"Eh sorry saya kirain masih umur belasan tahun, kecil banget soalnya."ucapnya.
Aku menghela nafas. ya selama ngegembel ini aku memang tampak lebih kecil dan kurusan, mungkin itu karena makan ku yang tidak pernah teratur lagi, tidur juga iya, bahkan aku ga pernah lagi merasakan bagaimana rasanya makan enak.
"Emhh btw aku panggil apa ni, kita cuman beda satu tahun loh, tuaan aku satu tahun."ucapnya terkekeh malu-malu.
"Panggil Lisa aja, namaku Lisa."ucap ku, dia mengulurkan tangannya, kebetulan kita memang sedang berhenti karena lampu merah.
"Namaku roséanne, kau bisa memanggilku rosé saja."ucap nya tersenyum cantik, duh bidadari.
"Aku mengenal mu."ucap ku, dia menoleh ke arah ku sekilas.
"Kau mengenalku."ulangnya, aku sedikit gelagapan.
"Dulu aku sering mengumpulkan majalah-majalah yang tidak di pakai lagi, aku sering melihat wajah mu di sana."ucap ku, dia terkekeh duh manisnya.
"Sekarang kau ingin ku antar ke mana."tanya nya, aku menggeleng tidak tau, kemana lagi coba, aku kan gelandangan.
"Apa kau sudah makan."tanya nya lagi, aku lagi-lagi menggeleng.
Duh saat-saat begini rasanya aku tidak percaya diri banget, dulu aja aku selalu di banggakan oleh banyak ciwi-ciwi karena selalu royal pada mereka.
"Bagaimana kalau kita ke rumah ku dulu, aku tadi sudah memasak tapi belum sempat memakan nya, kita bisa makan di sana nanti."ucap rosé, aku mau tidak mau mengangguk.
Jika ku tolak otomatis aku tidak akan makan apa-apa malam ini, namun jika ku terima, aku akan dapat makan, walaupun harga diri ku yang menjadi korban.
Aku nyesel jadi miskin, sumpah jadi miskin ga enak, mommy, Daddy kenapa kalian tega banget.
Huaaaaaa!!!
Hi annyeong!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Officially The Chaelisa Era Is Ended!
Randombaca aja woy anying!! Ga ada deskripsi-deskripsi. kalau mau baca, baca aja. terus jangan lupa ninggalin jejak, biar aku itu tau kalau kamu itu ada. Satu lagi minimal follow dong!! ✧ jangan lupa bintangnya✷