OTCEIE-5.

217 27 3
                                    

LISA POV

Rosé, rosé, rosé. Nama itu yang selalu memenuhi isi kepala ku. Rasanya aku tidak ingin berhenti mengucapkan nama itu selalu, entah guna-guna model apa yang telah ia berikan padaku, sampai aku segila ini huhh.

Dulunya aku tidak percaya, saat orang-orang bilang kalau aku adalah manusia yang paling beruntung.

Ya memang aku tidak pernah kekurangan dari segi uang, ketampanan juga aku memiliki di atas rata-rata.

Tapi tetap saja itu tidak cukup untuk menjadi kan ku makhluk yang paling beruntung. Yang orang-orang tidak tau dari ku sesungguhnya sangat banyak.

Benar memang aku adalah anak tunggal kaya raya, tapi siapa yang tau kalau aku selalu kesepian. Kedua orang tua ku hanya memedulikan pekerjaan, pekerjaan, pekerjaan mereka.

Mengumpulkan sebanyak-banyaknya uang yang entah untuk apa, ku rasa sedikitpun rasanya cukup karena kami hanya bertiga.

Tapi tidak untuk kedua orang tua ku, aku tidak tau apa yang mereka cari, sehingga meninggalkan ku sendiri di istana kami.

Aku besar dan tumbuh tanpa di dampingi sama sekali oleh kedua orang tua ku, aku di besarkan murni oleh kepala pengurus keluarga kami, mereka bagi ku hanya status.

Aku berbuat apapun mereka tidak akan pernah melarang, mereka tidak mau tau bagaimana kenakalan di luar sana.

Yang terpenting mereka tau aku hidup, itu saja. Padahal dulu waktu aku masih baru beranjak dewasa, aku pernah melakukan hal yang seharusnya tidak aku lakukan pada saat usia ku baru saja berganti.

Tapi saat ku katakan pada ibu dan ayah ku, mereka hanya menanggapinya dengan santai, seolah kelakuan ku itu bukanlah berarti apa-apa untuk anak baru beranjak dewasa seperti ku saat itu.

Padahal jika di usut-usut kembali, dari situlah semua kenakalan ku di mulai. Jangan salahkan aku, salahkan mereka kenapa tidak mendidik ku dengan benar.

Padahal hanya aku satu-satunya anak mereka, jika memang mereka tidak ingin mengurus anak, mengurus ku, kenapa juga mereka melahirkan ku, dan membiarkan ku tumbuh tidak jelas seperti ini.

Satu-satunya hal paling ku syukuri dalam hidup ini adalah pertemuan ku dengan rosé. Terkadang aku benar-benar merasa berterimakasih kepada mommy yang telah mengusir ku dari rumah.

Setidaknya karena itu aku bisa bertemu dengan bidadari yang kini menjelma menjadi kekasih ku.

Yang kasih sayang nya pada ku melebihi kasih sayang kedua orang tua ku, aku tidak bermaksud membedakan keduanya.

Tapi itulah yang ku rasakan. Jujur saja aku tidak pernah tau bagaimana rasa kasih sayang kedua orang tua ku pada ku, aku tidak tau. apakah saat mereka memberikan ku banyak uang.

Jika iya, berarti itu tidak sebanding dengan apa yang rosé berikan padaku. Yah seharusnya memang aku tidak boleh membandingkan keduanya, bagaimana pun kedua orang tua ku yang membuat ku ada di dunia ini, sedangkan aku mengenal rosé masih terlalu singkat.

Tetapi cinta yang rosé berikan padaku sekarang, itu belum pernah ku dapatkan dari siapapun. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya.

Dulu aku tidak tau bagaimana rasanya di manja, aku tidak tau bagaimana rasanya di perhatikan secara langsung. Tetapi dengan rosé aku bisa merasakan itu bahkan lebih.

Darinya aku bisa merasakan cinta yang tulus pada ku, cinta yang belum pernah di berikan orang lain termasuk kedua orang tua ku.

Aku tidak membenci orang tua ku, semua orang pasti mempunyai alasan tersendiri. Mereka juga seperti itu pasti karena ingin menjamin kehidupan ku untuk kedepannya agar lebih layak.

Hari ini rosé pergi ke kantor, hanya aku dan beberapa pengurus rumah yang ada di sini. Rasanya ingin sekali aku menyusulnya ke sana tapi tidak ku lakukan.

Karena jika aku kesana nanti yang ada ia tidak jadi kerja, karena lebih memilih memanjakan ku.

Jadilah di sini aku di rumah estetik nya, rencana tadi ingin latihan menembak di halaman belakang, tapi ku urungkan karena aku malas.

Akhirnya di sinilah aku berada, di dapur. Aku ingin membuat sesuatu untuk bidadari ku, saat ia pulang nanti pasti ia akan senang karena aku membuatkan makanan untuk nya.

Walaupun sebenarnya aku tidak bisa memasak, tapi aku sudah melihat tutorial dari YouTube kok, ku rasa ini pasti berhasil sih.

"Tuan sepertinya anda tidak usah repot-repot memasak deh."ucap salah satu maid yang biasanya stay di dapur.

Aku melototi nya dengan tajam, ia menunduk dengan penuh khawatir. Kenapa sih dia, suka-suka aku dong mau memasak.

Aku terus membuat adonan dan membentuknya suka-suka ku, aku ingin membuat kue macaron untuk kekasih ku, aku tidak sabar saat dia datang nanti.

Setelah semua kue selesai, aku menatapnya dengan senyuman kebanggaan ku, akhirnya selesai juga.

Tapi saat aku menoleh ke arah samping, tuan chef kami tersebut menatap kue milik ku seperti mengejek.

"Hey kenapa kau melihat kue ku seperti mengejek hah."ucap ku langsung, dia gelagapan.

"Eh tuan maaf, ini kue apa ya."tanya nya, rasanya ingin ku pites aja kepalanya masak dia tidak tau, dia ini chef apa bukan sih.

"Kau tidak bisa melihat, ini kue macaron astaga."dia terpelongo.

"Macaron, saya baru melihat kue macaron seperti ini bentuknya tuan."ucapnya, aku menghela nafas.

"Ya ini karena aku ga pakai cetakan, makanya begini bentukannya."ucap ku dan langsung membawa hasil kue pergi dari sana.

Aku tidak mau dia mengkritik tampilan kue ku, walaupun terlihat acak-acakan tapi ini menurut ku sudah bagus kok.

Baru saja aku melangkah ke ruang tengah dengan nampan kue yang ada di tangan ku, tiba-tiba dari balik pintu besar di depan sana kekasihku tercinta sudah muncul.

Duhh bidadari ku cantiknya ga pernah berkurang sedikitpun.

Aku langsung meletakkan nampan di atas meja dan berlari menyambutnya, dia juga melebarkan tangannya menghampiri ku.

Duh sayang ku, wangi tubuhnya langsung memenuhi indra penciuman ku. Mungkin aku sendiri yang bauk sekarang karena baru saja habis bergelut di dapur.

"Sayang maaf ya, aku sedikit bauk."ucap ku dia malah terkekeh sambil kecup-kecup bibir ku.

"Iya sedikit bauk asap, memang ngapain sih tadi."ucap nya, aku langsung mengandeng tangannya dan membawanya ke arah sofa.

Di meja sana ada kue macaron ku yang sudah menantinya.

"Sayang aku tadi masak kue untuk mu."tunjuk ku pada macaron yang ada di atas meja.

Bisa ku lihat wajah sumringahnya menatap kue buatan ku.

"Baby ini kue apa, bentukannya lucu banget."ucapnya terkekeh sambil mencicipi kue buatan ku.

"Macaron sayang."ucap ku, ia melebarkan kedua matanya lucu.

"Macaron, okeh aku baru melihat yang seperti ini sepertinya."ucapnya mulai memakan kue buatan ku lagi.

Aku terkekeh kecil, jadi malu.

"Bagaimana rasanya sayang, itu aku yang buat loh."ucap ku girang, wajahnya tidak menampakkan raut apapun.

"Rasanya hemm masih bisa di makan, sedikit ada yang kurang tapi ini sudah lebih baik baby, besok-besok aku akan mengajari mu membuat lebih baik lagi dari ini bagaimana."ucapnya, aku tentu senang mendengarnya.

Rosé benar-benar tidak pernah mengecewakan.

"Oke aku akan belajar pada ahlinya."ucap ku mengecup pipinya.

Makin hari makin cinta deh.







































Hii

Officially The Chaelisa Era Is Ended!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang