"Gue naik taksi aja." Ucap Dee pada Taylor.
"Lo yakin?" Tanya Taylor.
Dee mengangguk.
"Gue tunggu dirumah. Gak pake lama." Dee hanya terkekeh dan mencium pipi kiri kakak sepupunya itu lalu mengucapkan kata sampai jumpa.
Dee melangkah ke halte depan sekolah untuk menghentikan taksi.
Satu taksi lewat didepannya dan dengan sigap ia menghentikannya.
Namun suatu pemandangan mengganjal pandangannya.
Brent yang sibuk mengutak-atik isi kap mobilnya di seberang jalan.
"Brent?" Desisnya.
Dee menyeberang menghampiri Brent dan menghiraukan taksi yang sempat dihentikannya.
"Brent?"
Brent terkejut mendapati Dee berdiri disamping mobilnya. Namun dengan cepat laki-laki itu merubah mimik wajahnya menjadi raut kebencian seperti biasanya.
"Ngapain lo disini? Oh, iya, gue lupa kalo lo itu jalang." Ucap Brent kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti.
Dee mencebik, mencoba menghiraukan ucapan Brent.
"Sebagai permintaan maaf gue, gue bantuin lo ngedorong mobil lo yang mogok ini, ya?" Tanya Dee. Brent menghiraukannya.
"Lo tinggal pegang setir, gue yang dorong dibelakang, okay?" Tanpa basa-basi, Dee berlari kebelakang mobil; mencoba mendorongnya.
"Bitch." Brent menutup kap mobil depannya dan duduk dibangku pengemudi. Ia mencoba menghidupkan mesin mobilnya.
Menghiraukan Dee yang berkeringat karena teriknya matahari dan beratnya beban yang harus ia dorong.
Mobil itu berjalan dengan keadaan mesin yang setengah menyala-setengah mati.
Hingga 10 menit kemudian...
VROOMM
Mobil itu menyala.
Tidak dinyana betapa senangnya Dee mendengar mesin mobil itu menyala.
Dengan posisi tangan masih menempel pada belakang mobil dan berat badan yang ditumpu pada mobil tersebut ia tersenyum bahagia.
Semoga dengan ini Brent mau maafin gue. Batinnya.
Namun bukannya mendengar permohonan maafnya diterima, mobil itu malah melaju dengan kencang dan membuat Dee tersungkur ke depan. Membuat dagunya yang bergesekan dengan tanah mengeluarkan darah.
Dengan susah payah ia berdiri dari aspal yang panas itu lalu mengelap darah yang semakin deras keluar dari dagunya.
"Brent!!" Teriaknya. Namun mobil itu justru semakin menjauh dan hilang ditelan jalanan.
Dee mengusap air mata bodohnya yang keluar tanpa izin.
"Lo Dee, 'kan?"
Dee menoleh lalu memeluk laki-laki itu.
"Ethan!" Pekiknya.
Laki-laki itu melepaskan pelukan mereka.
"Astaga, dagu lo, kenapa?" Tanya laki-laki itu.
"Eh—— enggak... ini gak kenapa-kenapa.." ucap Dee dengan nada yang terbata-bata.
"Lo yakin?" Dee mengangguk.
"By the way, gue bukan Ethan." Dee mengernyit.
Bukan Ethan?
Itu berarti...
"Gue Grayson. Saudara kembar Ethan."
PLAK!
"Lo yang buat kening gue luka!" Pekik Dee. Grayson mengelus pipinya yang perih seusai ditampar gadis cantik dihadapannya ini.
"Maaf. Gue minta maaf" ujarnya sambil memegangi tangan kiri Dee.
"Iya, deh gue maafin. Gue gak mau nambah musuh." Ucap Dee. Grayson menyerahkan sapu tangannya pada Dee.
"Pake ini, biar darah lo gak banyak keluar. Lo pulang sama gue." dan gadis itu hanya bisa pasrah ketika ditarik Grayson ke dalam mobilnya.
◇◆◇
"Siapa yang bikin lo kayak gini?" Taylor mengobati Dee diruang tamu. Anggota Magcon yang lainnya sedang keluar.
"Gak ada. Gue kesandung tadi." Ucap Dee mengalihkan pandangan dari Taylor. Taylor mengernyit.
"Jangan bohong," Taylor berusaha menatap mata Dee tapi Dee terus menghindari tatapannya. Sudah bisa ditebak; Dee berbohong.
"Apa yang lo sembunyiin, sih?" Dee terdiam dari aksi grasak-grusuknya. Taylor menangkup pipinya. "Keep your eyes on me." Ucapnya lagi.
Dee terpaku dalam tatapan teduh Taylor.
"Jujur sama gue, lo suka sama Brent?" Dee terkejut. Kenapa Taylor bertanya seperti itu?
"Huh? Suka sama Brent? Kenapa lo bisa berpikir kesana?" Tanya Dee.
"Kalo lo gak suka, kenapa lo bersikeras minta maaf sama dia? Padahal dia udah nyakitin lo berkali-kali." Ucap Taylor. Matanya menatap mata biru Dee.
Dee melepaskan tangkupan tangan Taylor pada wajahnya.
"Hoamm.. Gue ngantuk berat. Gue mau tidur siang dulu, ya. Nanti kalo yang lainnya dateng, lo tinggal bangunin gue, okay?" Dee berjalan menuju lantai 2.
"Pinter banget ngeles kek bajaj." Celetuk Tay. Lalu ia duduk dan kembali menonton acara televisi.
◇◆◇
DEE
Aku? Menyukai Brent? Apa benar?
Ya. Itu benar.
Apa sangat terlihat?
Sangat.
"Arrggh!" Aku mengusap-usap wajahku kasar.
Bagaimana bisa aku menyukai orang yang sangat membenciku?
Menganggap aku sampah, bahkan tidak peduli dengan adanya diriku. Bagaimana bisa?
Tapi aku benar-benar merasa nyaman disisinya, menatap mata cokelat itu meski kadang dihiasi warna merah karena amarah. Aku tak mengerti.
Dan aku juga tidak mengerti dengan diriku sendiri. Aku membuat tekad untuk bisa merubah sifat Brent. Aku yakin ia bisa berubah. Perlahan tapi pasti.
Ya. Aku yakin aku bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
brother ➳ magcon boys
FanfictionDear, God. Kenapa kau memberikannya padaku, jika pada akhirnya aku harus melepaskannya? Copyright 2015 by Dee ©blackprada