20.

2.6K 205 13
                                    

Gue buat ini sambil nge-play lagu Fall - Justin Bieber :') #teringatmasalalu #gapon #dasarparody #bolangkangenkastin #eaea

----

CAM

"Gue rasa Dee gak mungkin ngelakuin hal itu." Kami menoleh mendengar ucapan Nash. "Kita tau benar, gimana Dee. Dan Chandler gak akan mungkin melepas pengawasannya."

"Lo tau gimana sakitnya dia tadi?" Kini kami menoleh pada Shawn. "Lo liat air mata itu? Ngeliat benda itu ngalir dari mata teduhnya dia, buat gue ikutan ngerasain sakitnya juga."

"Rasanya pengen ngehapus semua kepedihannya. Tapi, apa? Gue cuma bisa diem gak berkutik ngeliat dia yang kalian bentak habis-habisan." Kini Hayes menatap aku, Gilinsky, Taylor, dan Matt sinis.

"Dengan mudahnya kita percaya." Lirih Shawn.

"Terbuat dari apa hatinya sampe dia sempet-sempetnya minta maaf dan bilang makasih sama kita. Yah, meskipun makasihnya dalam versi sarkastis." Ucap Nash.

Hatiku terenyuh. Tidak seharusnya aku langsung percaya pada berita murahan itu. Tidak seharusnya aku membentak perempuan tegar itu.

Sedang apa dia sekarang? Apakah ia menangis?

Bodoh! Tentu saja! Siapa yang tidak sakit hati setelah mengalami hal pahit seperti tadi. Ditambah orang yang sudah dianggapnya saudara telah menghancurkan kepercayaannya begitu saja.

Aku menyesal telah melakukan hal itu padanya.

Satu air mata menetes. Aku menatap saudaraku yang lainnya. Aku kira hanya aku yang menangis. Mereka juga.

"Kita harus minta maaf. Secepatnya." Kami semua mengangguk mendengar ucapan Taylor.

Kami tersentak mendengar suara ponselku yang berdering minta diangkat.

Unknown number's calling...

Aku mengernyit. Siapa yang meneleponku dengan nomor yang tak kuketahui?

"Halo...?"

"..."

"Apa?! Ya. Aku adalah kakaknya. Baiklah. Kami akan kesana sekarang." Aku menutup telepon yang ternyata dari pihak rumah sakit.

"Dee kecelakaan. Kita harus kesana sekarang."

◇◆◇

DEE

Aku meringis ketika sebuah cahaya memaksa memasuki pupil mataku yang belum terbuka dengan sempurna.

Aku menatap sekeliling. Bau obat-obatan menusuk hidungku. Di sebelah kanan ranjangku terdapat tiang dengan infus yang bergelantungan. Tangan kananku dijejali jarum untuk menyambung selang infus. Dihidungku terdapat selang yang sepertinya adalah selang oksigen. Disebelah kiriku terdapat kursi roda yang dibiarkan terbuka.

Sudah pasti aku dirumah sakit.

Seingatku, aku mencoba menolong Brent——

BRENT?!

Mataku membelalak sempurna. Bagaimana keadaan Brent dan Maggie, sekarang? Apakah mereka baik-baik saja?

Aku berharap mereka baik-baik saja. Lindungi mereka, ya Tuhan.

Aku ingin melihat keadaan mereka!

Aku meraih kursi roda yang berada disebelah kiriku lalu mengambil kantong infus. Aku bergerak untuk duduk dikursi roda.

Tunggu. Kenapa aku tidak merasakan apa-apa dibawah sana?

Aku mencoba menggerakkan tubuhku lagi. Tapi, nihil! Aku tak merasakan kakiku sama sekali!

brother ➳ magcon boysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang