Maklumin ya kalau aku sering update malam menjelang subuh xixixixi😺
****
"Kamu lagi, kamu lagi, Arkanza! Saya muak liat wajah kamu terus!" amuk Pak Ucup selaku Guru Konseling. "Pemarah, tukang berkelahi, sering menindas, sekarang juga kamu ikut tawuran?!"
Harusnya masalah sebesar ini ditangani kepala sekolah, tapi sayangnya kepala sekolah sedang ada urusan. Jadi dia yang menggantikannya.
"Saya nggak pernah nindas, Pak," elak Arka tidak terima.
"Bohong, lalu anak perempuan yang sering kamu buat nangis itu apa? Sudah puluhan kali dia mengadukan kamu ke saya!" balasnya. "Matanya sampai bengkak setiap hari."
"Oh, Gea," pemuda itu berdecak kecil sebelum merubah duduk menyilangkan kaki dengan santai. "Dianya aja yang cengeng. Saya tatap aja nangis."
Pak Ucup menunjuk wajahnya. "Saya juga bisa nangis ditatap dengan wajah kamu itu!"
Arka mengacak rambutnya pelan dengan gerakan yang keren. "Padahal saya luar biasa tampan."
"Tampan tapi seperti preman! Perbaiki dulu wajah kamu itu! Kalau kamu tidak pakai seragam saya bisa percaya-percaya saja jika ada yang bilang kamu buronan!"
Arka mengerutkan keningnya. "Terus saya harus gimana? Bapak marah sama Papa saya aja sana. Dia yang bikin saya."
Tidak lama setelah itu, pintu diketuk pelan disusul masuknya seorang pria dengan tubuh besar tinggi yang dibalut pakaian formal serta jas hitam mahal. Melihat itu, Pak Ucup tersedak. Ruangan ini menjadi sesak. Seketika ia merasa terintimidasi saat iris tajam itu menatapnya. Auranya dingin dan kejam. Persis seperti Arka.
"Papa lama banget! Ke mana dulu? Mampir ke tempat cewek? Aku aduin mama tau rasa," kesal Arka.
Andai papanya datang lebih cepat, ia tidak harus mendengar ceramah Pak Ucup yang sepanjang rel kereta.
Raka melangkah mendekat dan menarik kursi persis di sebelah Arka. Raka sudah tau alasannya dipanggil ke sekolah. "Bapak boleh menghukum anak saya seberat apapun," ucap Raka tanpa basa-basi. "Dia memang pantas dihukum."
Seketika Arka meliriknya sinis. Dasar orang tua durhaka!
Keadaan di luar lumayan ramai, banyak murid-murid penasaran yang berusaha mengintip apa yang terjadi.
"Gila, gila! Ada polisi di luar!"
"Si Arka lagi, ya? Buset, mantap juga itu cowok."
"Mobilnya Arka ditemuin di lokasi tawuran. Emang tawuran sama siapa?"
"Katanya tawuran sama anak-anak bulan."
"Tawuran doang ngapa sampe ada polisi, anjir?"
"Doang muka lo! Si Arka nggak bawa anak sekolah kita buat tawuran. Dia malah bawa anak-anak SMK. Mangkanya jadi gede ini kasus."
Gea ada di antara mereka, gadis itu menguping dengan telinga setajam mungkin. Ia mengangguk-angguk kecil, pantas saja hanya Langit yang bisa Gea kenali di antara pemuda-pemuda seram kemarin. Ternyata memang bukan murid sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lethal Boy Friend
Teen FictionTeman tapi posesif? Arkanza Archeron itu galak, kejam, tidak berprikemanusiaan. Dia sering membunuh orang dengan mulut pedasnya. Begitulah menurut Geandra Liona selaku sahabatnya sejak kecil. Gea yang cengeng, Arka yang emosian. Mereka tidak pernah...