19 - Tinggal Bareng

31.4K 3.5K 5.9K
                                    

Halooww, absen duluu sygku 💐

Gimana? Seru kan baca hidden part?!!!

****

Gea bingung.

Enam bulan tanpa pertemuan dan kabar. Mereka juga terasa begitu asing.

Tapi saat bertemu ... Arka langsung menciumnya.

Sebenarnya ini apa?

Ini kenapa?

Memangnya mereka boleh seperti ini?

Pikiran-pikiran itu membuat Gea diam sejak tadi.

Pintu terbuka. Arka masuk membuat Gea entah mengapa merasa deg-degan melihat Arka yang melangkah ke arahnya.

"Bokap lo," ucap Arka mengulurkan ponselnya yang terhubung panggilan dengan Maxim. Matanya menyorot Gea tajam. "Mampus, gayanya udah kaya berandalan kabur dari rumah segala. Maki-maki aja, Om. Sikat."

Gea mengambil ponsel itu. Sedikit takut untuk bicara dengan Papanya.

"Speaker," suruh Arka sambil mengambil posisi duduk di ranjang sebelah Gea.

Sebelum Maxim bicara, Gea lebih dulu buka suara dengan gaya bicara semelas mungkin. "Pa, Gea kemarin diseret satpam sampe kakinya sakit karena mau nemuin Arka, huhu sekarang nggak bisa jalan, Pa. Maafin Gea ya udah buat khawatir. Gea dipaksa Arka ke sini, Pa," ujar Gea.

"Jangan bohong. Arka nggak mungkin ke Indonesia kalau dia yang suruh kamu ke sana! Arka itu mustahil bikin kamu dalam bahaya."

Mendengar amarah Maxim. Gea menggigit bibirnya. Dia belum pernah mendengar papanya berucap sedingin itu.

"Papa udah denger penjelasan dari Arka gimana cara kamu nyusul dia ke sana."

Gea melirik Arka yang masih menatapnya. Ia langsung memalingkan wajahnya ketika melihat rahang cowok itu tampak mengetat.

"Jangan ngerepotin Arka di sana. Bukan cuma kamu yang harus diurus. Jangan macem-macem apa lagi sampe buat masalah. Turutin apa omongan Arka. Papa ada penerbangan sebentar lagi, nanti Papa kabarin lagi."

Tut!

"Katanya jatuh, lo dikasarin satpam taunya?" tanya Arka. Suaranya pelan tapi penuh penekanan. "Kenapa bohong?"

Gea kira Arka akan marah karena ia menggunakan namanya tadi, tapi ternyata bukan.

Walaupun begitu, Gea sedang tidak ingin dimarahi. Dia memandang Arka dengan manis lalu melebarkan kedua tangan kecilnya. "Aku pengen keluar kamar. Gendong."

"Jawab gue nanya tadi!"

Gea memejamkan matanya pelan. Terkejut akan suara Arka yang tiba-tiba meninggi.

"Aku udah nekat datengin kamu, itu aja udah salah. Nggak pengen tambah bikin kamu marah kalau bilang sempet bermasalah di depan," cicitnya. "Lagian kamu. Susah dihubungi. Nggak pernah ada kabar. Ilang-ilangan gak jelas."

"Emang lo sepenting itu buat gue kabarin terus?" alis Arka terangkat.

"Kaya lo yang punya banyak kesenangan. Gue juga punya dunia gue sendiri yang lebih penting dari lo."

My Lethal Boy Friend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang