Who?

1.1K 66 2
                                    

"permisi tuan izin melapor, nyonya sedang berada di Marquee."

Baru saja Juan ingin melepas jasnya ia sudah mendapat laporan tidak mengenakkan dari Rangga, orang terpercaya yang ia utus untuk mengawasi keluarganya.

"Sejak kapan dia berada di sana?" Juan mengambil beberapa lembar kertas yang Rangga berikan padanya. Juan melihat foto dua orang yang tampak tengah menikmati malam dibawah lampu sorot yang redup "siapa dia?"

"Liam tuan, dari data yang saya baca dia salah satu co dari salah satu perusahaan ternama di Singapore, belum berkeluarga tapi yang saya dengar beliau sering berada di Marquee."

Juan menghela nafas, kebiasaan itu tidak pernah bisa hilang dari wanita yang sudah menemaninya selama ini. Memang Juan tidak mengambil pusing apa yang dilakukan oleh keluarganya selama masih dalam hal positif tapi terkadang Juan juga lelah terus-menerus mendapat laporan yang menyepatkan hati.

"Siapkan mobil. Kamu juga ikut dengan saya, Rangga." Rangga mengangguk dan izin untuk undur diri.

Setelahnya Juan segera menyambar telfon genggamnya dan beranjak menyusul Rangga.

Gemerlap lampu sorot serta suara musik yang begitu memekakkan telinga mengingatkan Juan akan suatu hal di masa lalu yang tak akan pernah bisa ia lupakan begitu saja. Aroma dari alkohol serta orang-orang yang terlihat begitu asik menikmati kehidupan duniawi mereka, tempat ini memang cocok untuk sedikit melupakan keributan yang terjadi pada masing-masing setiap orang.

Juan masuk lebih dalam untuk menemukan seseorang yang memang menjadi alasan dirinya kembali ketempat seperti ini "hey, u're so handsome and .. kinda hot. Lemme give u some of wine" ah belum juga ia melangkah lebih jauh Juan sudah harus disambut dengan hal seperti ini, memuakkan. Juan tidak menggubris wanita itu dan terus melanjutkan langkahnya.

Netra Juan akhirnya menemukan seseorang yang ia cari, sejenak ia melihat wanita itu dari kejauhan berbalut pakaian satin yang cukup elegan serta rambut Curly seperti biasanya.

"Pulang." Juan menarik wanita itu keluar dari kerumunan, ia tidak mendapati pemberontakan sedikit pun.

"Lepas, Juan." Sesampainya di tempat parkir dan dirasa sudah tidak banyak yang melihat akhirnya wanita itu melepaskan cekalan tangan Juan.

"Kenapa?"

Juan mengerenyitkan dahinya mendapat pertanyaan seperti itu "masih bisa bertanya kenapa?"

Wanita itu mengerlingkan matanya dan meninggalkan Juan hendak masuk lagi ke dalam Marquee.

"Indana."

Benar wanita yang berada di Marquee adalah Indana, istri Juan.

"Cukup untuk mengaturku Juan, Jangan terlalu merecoki hidupku."

Juan sekali lagi menarik tangan Indana "pulang, saya nggak suka kamu ada di sini." Pintanya menatap tepat pada mata Indana.

Indana tersenyum miring mendengar perkataan Juan "kenapa? Kenapa kamu nggak mau aku di sini? Takut kejadian kayak dulu terulang? Takut kalo aku-"

"Indana cukup. Pulang sekarang. Besok jadwal pesawat kita ke Indonesia jam 8 pagi" Juan menarik Indana untuk dibawa ke dalam mobil.

"Untuk apa pulang ke Indonesia dan menemui anak tidak berguna." Gumam Indana, suaranya kecil namun Juan masih bisa mendengarnya.

"Apa katamu?"

"Anak tidak berguna."

Plak

Suara tamparan itu menciptakan keheningan sementara, Juan terlalu emosi dengan perkataan Indana yang jelas-jelas adalah seorang ibu namun bagaimana bisa ia mengatakan hal itu kepada anaknya sendiri?.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang