Go Home

1.1K 77 3
                                    

Rain melihat sekeliling dan hanya mendapati Rafael yang tengah mengupas buah apel di sofa yang berada tak jauh dari tempat pesakitannya. Seingat Rain ia kemarin sempat bangun namun sepersekian detik berikutnya kesadarannya kembali terenggut menyisakan suara panik dari Matteo.

"Kak" panggil Rain lirih namun masih bisa didengar oleh Rafael.

Rafael tersadar akan suara lirih yang menyapa telinganya, segera beranjak dengan senyuman hangat yang terlukis di wajahnya "Rain akhirnya kamu bangun, kamu bikin kakak takut. Ada yang sakit? Atau masih sesak? Butuh apa bilang sama kakak."

Rain menggeleng mendengar pertanyaan bertubi dari Rafael "mama sama papa kapan pulang kak?" Melihat Rain yang hendak mengubah posisi menjadi duduk Rafael segera membantunya.

"Lusa kayaknya mereka udah pulang, kenapa?"

"Nggakpapa. Kakak nggak kuliah?" Tanya Rain yang menyadari bahwa hari ini bukan hari libur dimana seharusnya semua anggota keluarga mempunyai kesibukan masing-masing.

Rafael menggeleng dan menyodorkan buah apel yang telah ia kupas tadi namun ditolak oleh Rain "hari ini kakak libur. Om Tian juga nggak lagi butuh bantuan kakak."

Tian adalah salah satu dokter di rumah sakit yang tengah Rain tempati juga dokter pribadi Rain sejak beberapa tahun lalu. Hubungannya dengan keluarga Avalon sangat baik maka dari itu Tian menawarkan Rafael untuk bekerja sekaligus lebih memahami dunia medis yang akan menjadi kesehariannya kelak. Tidak heran jika diantara mereka Rafael dan Rain yang lebih dekat dengan Tian.

"Besok Rain udah boleh pulang?

Rafael mengerutkan keningnya, aneh saja pertanyaan adeknya ini baru terbangun dari tidur panjang sudah meminta untuk pulang "tunggu kondisi kamu stabil dulu baru boleh pulang. Biasanya juga gitu kan?"

Mendengar perkataan Rafael raut wajah Rain menjadi murung, sebenarnya ia tahu bahwa kondisinya belum cukup baik untuk dipulangkan tapi tetap saja Rain tidak ingin berlama-lama di sini.

"Kenapa? Istirahat kalau masih nggak enak badannya biar cepet sembuh." Rafael mengusap rambut Rain dengan lembut.

"Kata kakak lusa mama sama papa pulang. Rain juga mau pulang."

"Iya nanti kita pulang. Papa sama mama juga pasti kesini kok kalo misal kamu belum boleh pulang."

Rafael terus menemani Rain yang hari ini lebih sensitif dari biasanya, Rafael tidak terlalu mempermasalahkan hal itu ia pikir mungkin Rain sedang merasakan hal yang tidak membuatnya nyaman. Ia juga sudah memberi tahu yang lain bahwa Rain sudah siuman dan akan segera datang juga menemui Rain.

"Loh Rain kenapa kok mukanya ditekuk gitu?." Tian yang baru saja masuk untuk memeriksa keadaan Rain disambut dengan wajah murung dari pasien setianya ini.

"Minta pulang dia om padahal belum stabil, dari tadi Rafa bujukin malah makin cemberut." Rafael menjawil bibir Rain yang terlihat seperti bibir bebek.

Tian yang mendengarnya terkekeh, Rain memang seperti ini kadang sulit kadang juga mudah sesuai suasana hatinya tapi tidak sulit juga untuk membujuknya hal itu bukan masalah besar.

"Rain mau cepat sembuh kan? Nurut dong sama kak Rafael."

"Om belain kakak terus."

Tian mengusap dengan gemas kepala Rain "bukan ngebelain tapi ini adalah perintah dokter kepada pasien, kakak kamu kan nanti jadi dokter juga. Rain apakah ada yang dikeluhkan lagi selain sesak?"

Rain membalas dengan gelengan, ntahlah saat ditanya seperti ini ia tidak tau apa saja yang harus dikeluhkan karena dirinya sedang merasa baik-baik saja dan tidak perlu menambah dan mengurangi keluhannya.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang