Weekend

1.4K 90 2
                                    


Rain terbangun ketika meresa ada cahaya masuk melalui celah tirai yang berada di kamarnya, cukup menganggu tidur nyenyak Rain setelah perihal kambuh kemarin.

Rain melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 7.30, hari ini adalah hari Minggu di mana seharusnya semua orang menikmati hari liburnya. Rain menyadari jika Jaziel sudah tidak ada di sampingnya, ia berpikir mungkin Jaziel sudah bangun terlebih dahulu atau bahkan pindah kamar saat Rain sudah tertidur.

Tok tok tok

"Rain sudah bangun belum? Kakak masuk ya."

Rain yang memang masih malas untuk beranjak dari tempat tidur mempersilahkan orang tersebut masuk "masuk aja."

"Selamat pagi Rain adek kesayangan kakak" sambut Matteo dengan senyuman hangatnya di pagi hari yang cerah "masih ngantuk ya kamu?" Matteo mengusap rambut Rain yang menutupi sebagian dahinya.

Rain yang menyadari Matteo ada di rumah sangat senang, pasalnya Matteo sama seperti kedua orang tua Rain yang jarang pulang. "Kak Teo libur ya? Tumben ada di rumah"

Matteo yang mendengar pertanyaan Rain tersenyum melihat wajah Rain semula tanpa binar menjadi lebih semangat "iya kakak libur nih, masa kerja terus kan capek."

Belum sempat Rain membalas perkataan Matteo ia dikejutkan dengan pelukan Haekal yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar dengan berlari.

"Adeekk kakak Haekal yang ganteng ini kangen banget sama kamu" Haekal hendak mencium pipi Rain namun dengan segera Rain menjauhkan wajahnya membuat ekspresi Haekal sedikit cemberut.

"Kal ck dibilangin jangan ganggu adek dulu" Jaziel menarik Haekal yang tengah memeluk Rain. Ia datang bersamaan dengan Haekal, lebih tepatnya mengejar Haekal.

Haekal tetap pada posisi memeluk Rain meskipun tubuhnya ditarik oleh Jaziel "Apasih orang Rain aja nggak protes aku peluk, kok malah kamu yang sewot."

Matteo menggelengkan kepala melihat kebiasaan kembar yang sering adu mulut akan hal kecil "kalian ini dateng-dateng malah ribut. Haekal lepas dulu pelukannya kasian tuh Rainnya nggak bisa gerak."

Haekal yang mendengarnya tersadar dan melepaskan pelukannya terhadap Rain "hehehe maaf dek"

Rain tersenyum melihat ketiga saudaranya berada di rumah saat weekend, kurang kehadiran Rafael saja "kak Rafael kemana?"

Haekal mendengus mendengar pertanyaan Rain "kamu kenapa sih dek suka banget nyariin kak Rafael yang galak itu."

"Apa tadi. Ulangi perkataan kamu."

Tidak menyadari akan kehadiran dari Rafael Haekal tentu saja mendapat jeweran yang mampu membuat telinganya menjadi merah.

"Nah kan bener dateng-dateng udah marah, cepet tua tau kak nanti marah-marah terus"

Rafael hendak memukul Haekal namun anak itu segera memeluk Rain dan mengadu kepadanya "Rain liat tuh kakak mu mau kdrt sama kak Ekal."

Rain hanya terkekeh mendengar racauan Haekal, sebenarnya yang menjadi kakak itu siapa "kak Rafa udah, nanti bayi besar ini nangis loh."

Haekal yang mendapat sebutan bayi besar itu semakin bersikap manja pada Rain, memeluk dan membenamkan wajahnya di perut Rain.

Rafael tidak mengindahkan perkataan Rain dan menarik Haekal agar dia bisa leluasa untuk memeriksa keadaan Rain yang sempat kambuh kemarin "masih sakit nggak Rain kalo nafas? Nggak usah dilepas deh ya nasal canulanya, nafas kamu belum stabil" Rafael yang hendak melepas Oxygen Concentrator mengurungkan saat melihat angaka di Oximeter belum stabil.

"Lepas aja nggakpapa kak, udah nggak sesak juga kok" Rain berusaha meyakinkan Rafael, meskipun sebenarnya efek sesak dari semalam masih ada tapi ia tak mau membuat yang lain khawatir.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang