Different

1.1K 85 5
                                    

Pagi ini di kediaman Avalon terlihat begitu sibuk dengan para pekerja yang mondar-mandir membawa makanan atau bahkan yang sedang membersihkan beberapa sudut rumah.

Begitu juga dengan para putra Avalon yang ikut sibuk mempersiapkan diri menyambut orang tersayang mereka. Berbeda dengan Rain yang masih terlelap dalam tidurnya seperti tak mau beranjak dari mimpi yang tengah ia lakoni, saudara yang lain bukan tak mau membangunkan Rain agar ikut serta menyambut kedatangan Juan dan juga Indana tetapi mereka ingin Rain beristirahat dengan cukup agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan nantinya.

Samar-samar sinar matahari masuk lewat celah tirai yang menutupi jendela kamar terlihat Rain tetap terlelap tanpa merasa terganggu, deru nafasnya yang tidak teratur walaupun masih menggunakan alat bantu nafas tidak mampu menganggu lelapnya Rain. Dena membuka kamar Rain perlahan dan berjalan kearah ranjang sang empu.

"Nak Rain bangun yuk, sarapan sama yang lainnya mama sama papa sudah datang loh." Ucap Dena dengan mengelus lembut surai Rain yang terasa semakin menipis, ntah rontok atau memang rambut Rain seperti ini?.

Rain membuka matanya perlahan dan melihat sekeliling untuk menyesuaikan cahaya yang masuk mengusik netra terpejamnya. "Bi Dena.."

"Iya Rain ini bibi, bangun yuk terus sarapan sama yang lain."

Dena membantu Rain untuk bangun dari tempat tidurnya, Rain terlihat sangat lelah padahal dirinya baru saja bangun tidur sesaat Dena menunggu Rain mengumpulkan nyawa terdengar pintu kamar kembali terbuka.

Rafael tersenyum melihat Dena yang duduk disebelah Rain, Dena paham langsung bergegas meninggalkan Rain dan Rafael.

"Rain, ada yang nggak nyaman?"

Rain menggeleng, ia hanya merasa tak nyaman dengan nafasnya ya itu sudah menjadi hal biasa bagi Rain apalagi saat bangun tidur seperti ini.

Rafael mengangguk dan memberikan benda berbentuk bulat kepada Rain "om Tian ngasih ini ke kakak. Lepas nasal kanula terus pakai ini ya? Biar nggak kambuh."

Rain yang melihat benda asing di tangan kakaknya mengerenyitkan dahi, apa lagi ini pikirnya tidak cukup kah obat-obatan yang didapatnya sepulang dari rs kemarin. "Apa ini kak?"

"Seretaid inhealer ini bisa membantu agar nafas kamu lebih teratur Rain, dan efeknya juga jangka panjang. Ayo kakak bantu pakai."

Rafael membantu Rain menggunakan obat baru yang ia dapat dari Tian semalam, Rain sedikit kesusahan saat menggunakan karena cara metode yang berbeda dan sedikit membutuhkan tenaga membuat Rafael tak tega melihat Rain kembali merasa sakit.

"Mama sama papa udah pulang kak?"

Rafael yang tengah membereskan tempat tidur Rain mengangguk "iya, tadi pagi buta mereka baru datang."

"Ayo kita turun sarapan bareng-bareng, udah ditunggu sama yang lainnya di bawah."

___

Semuanya sudah berkumpul di meja makan, pagi hari ini terlihat sangat hangat karena semua anggota keluarga berada di rumah dan melakukan kegiatan selayaknya keluarga yang begitu harmonis. Bukan hanya anak-anak Avalon yang menunggu momen ini tapi para pekerja juga begitu menunggu momen di mana keluarga sibuk ini bisa berkumpul seperti sekarang.

"Gimana kabar kalian anak-anak, apa ada kesulitan selama 1 Minggu terakhir?" Juan membuka suara untuk memulai obrolan ringan sambil memakan sarapan mereka.

Haekal mengangkat salah satu tangannya menandakan bahwa ia yang akan berbicara duluan "Ekal ada turnamen basket lusa pa, terus juga mau lengser osis sih. Papa sama mama bisa dateng di turnamen ekal nanti nggak?"

"Iya sayang, mama sama papa dan yang lain nanti datang buat support kamu." Indana yang menjawab pertanyaan Haekal dan Juan hanya mengangguk mengiyakan.

"Iel biasa aja, lagi kosong juga. Papa nanti tolong belikan gitar baru boleh nggak? Di ruang musik gitarnya udah nggak enak, bulan depan Iel harus tampil di sekolah lain soalnya."

Juan mengangguk "iya nanti papa belikan baru, kakak jangan sampe lupa sama akademiknya juga ya."

"Iel jarang belajar pa"

Jaziel melirik pada Haekal yang malah menyahuti perkataan dari Juan "boong dia mah pa, yang jarang belajar justru Haekal fokus basket mulu sampe pulang malem kadang."

Indana yang mendengar perkataan Jaziel menoleh ke arah Haekal "Ekal Mama bilang apa? Ikut ekskul boleh tapi harus tau waktu kapan istirahat, kapan harus belajar"

Haekal hanya meringis mendengarkan ucapan Indana, memang benar yang dikatakan Jaziel bahwa dirinya sering pulang malam akhir-akhir ini.

Sisanya diisi oleh jawaban dari yang tertua dan nomor dua. Keluhan Matteo dengan klien yang banyak mau dan juga Rafael dengan skripsi yang berniat akan segera ia rampungkan. Semuanya telah bercerita tentang kegiatan selama satu minggu, tersisa Rain yang masih asik menyimak cerita dari para saudaranya.

"Dek kamu nggak mau ikut cerita?"

Mendapat pertanyaan dari Haekal membuat semua mata tertuju pada dirinya, Rain mendadak merasa canggung dengan tatapan dari keluarganya.

"Rain nggak ada cerita apa-apa kak, kan Rain di rumah terus. Kegiatannya ya.. biasa saja."

"Belajar kamu gimana Rain, ada kesulitan?"

Rain menggelengkan kepala mendengar pertanyaan dari Juan "pa kalo Rain minta tambahan kegiatan boleh nggak?"

"Kegiatan apa Rain?"

"Rain ingin mendalami dunia seni terutama lukis, boleh Rain meminta untuk menambah guru di bidang itu?"

Indana yang mendengar permintaan Rain langsung menggelengkan kepala "untuk apa Rain? Mama nggak setuju, lagi pula ngapain kamu mau mendalami bidang itu, cari bidang lain yang berguna sedikit jangan cuman mau buang uang."

Semuanya terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Indana barusan, tidak biasanya Indana seperti itu membuat mereka terkejut. Indana tipe orang yang akan selalu mendukung keputusan anak-anaknya tanpa terkecuali namun hari ini ntah kenapa ia berbeda dari biasanya.

"Kamu nggak seharusnya bilang seperti itu. Nanti papa carikan guru terbaik untuk kamu Rain." Juan yang angkat bicara.

Indana menatap Juan dengan malas "harusnya kamu mengajarkan kepada Rain untuk menjadi anak yang berguna."

"Mama ngomong apa sih?" Haekal yang  merasa perkataan mamanya terlalu jauh berniat menegur Indana.

"Mama selesai." Indana beranjak terlebih dahulu dari meja makan dan meninggalkan kelima saudara yang sedang kebingungan atas tindakannya.

"Anak-anak kalian lanjut makan aja ya, papa ada urusan sebentar." Tidak mau membuat suasana semakin keruh Juan memutuskan meninggalkan meja makan dan menyusul Indana dengan perasaan kesal.

Rain melihat kepergian Juan dengan tatapan sendu, perkataan mamanya barusan ada benarnya juga ia harus menjadi anak yang berguna, setidaknya ia harus bisa membanggakan kedua orangtuanya bukan hanya menyusahkan saja.

"Rain nggak usah dipikirin ya, lanjut makan aja." Rafael yang duduk di sebelah Rain mengusap kepalanya.

"Maaf kak, karena Rain sarapannya jadi berantakan."

"Kata siapa berantakan, ini masih rapi gini mejanya. Ayo makan yang banyak Rain terus nonton anime sama kak Ekal."

"Jangan ajak Rain terjerumus sama sekte wibu kal" Jaziel menggeleng tak setuju.

"Anime itu healing asal kamu tau aja ya iel." Haekal tak setuju dengan pendapat Jaziel.

"Alah rambut warna warni kayak ayam anak SD dibilang healing."

Haekal berdiri dari tempat duduknya "wah rasis nih rasis. Kak Teo liat iel rasis."

"Jaziel hanya berpendapat kal."

Haekal yang mendengar Matteo membela Jaziel mencebikkan bibir. Semuanya tertawa melihat tingkah Haekal dan sarapan pagi hari ini ditutup gelak tawa yang tercipta karena Haekal dan rasa bersalah Rain karena telah merusak suasana hangat keluarganya tadi.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang