Matteo and his struggle

1.1K 105 5
                                    

Beberapa lembar kertas yang belum tersentuh menumpuk di meja kerja milik Matteo, semuanya terlihat begitu berantakan tak beda jauh dengan seseorang yang duduk tak jauh dari sana. Sebenarnya Matteo sudah terbiasa dengan situasi seperti ini karena memang dia sendiri yang memutuskan untuk berkecimpung dalam dunia bisnis seperti Juan sang papa.

Dulu sekali Matteo pernah memiliki impian untuk menjadi seorang ahli di dalam bidang psikologi namun ia memilih mendedikasikan diri untuk menjadi penerus bisnis yang dipegang oleh Juan, Matteo menyadari jika sebagai anak tertua ia harus merendahkan ego agar adek-adeknya tidak menjadi tumbal Juan yang memaksa masuk kedalam ranah bisnis, meskipun ia tau jika Juan tidak sekejam itu namun biarlah Matteo yang mengalah dan merelakan impiannya tersebut.

"Nadin apakah hari ini masih ada jadwal meeting dengan klien?"

Nadin sekretaris pribadi Matteo yang menemani selama ia berada di sini terlihat menelisik buku yang ada ditangannya guna memastikan jadwal "terakhir jam 4 sore nanti pak."

Matteo menghela nafas dan memijat pangkal hidungnya karena merasa pusing yang tak kunjung reda sedari tadi pagi.

"Jika pak Matteo ingin mengundur jadwal meeting bisa saya aturkan." Nadin tak tega melihat Matteo yang kelelahan. Dilihat dari sorot mata pun orang-orang pasti tau jika ia sedang merasa lelah.

"Tidak, jika bisa tolong majukan jam pertemuan saja karena saya harus menjemput Rain di sekolah nanti."

Tidak ada niatan untuk menyentuh lembaran kertas yang tak akan menyelesaikan dirinya sendiri Matteo memilih untuk duduk menghadap ke arah balkon yang menunjukkan hamparan biru langit yang begitu cerah, Nadin sudah pergi sejak obrolan terakhir mereka dan menyisakan Matteo dengan pikiran riuhnya.

Tidak ada yang pernah merasa baik-baik saja sama halnya seperti Matteo seorang anak sulung yang menekankan diri untuk berusaha memahami situasi. Sedari masih kecil dulu ia paham jika ada sesuatu yang terjadi pada keluarganya saat tiba-tiba memiliki anggota baru. Lambat laun Matteo kecil paham apa yang sebenarnya terjadi ia marah, kesal, kecewa tentu saja, tetapi tidak bisa melakukan apapun ingin membenci saudaranya ataupun sang papa namun tidak bisa dan terwujudlah Matteo yang memiliki pendiri keras tidak jauh berbeda dengan Juan yang kaku. Matteo sadar jika sifat dan emosi yang ia miliki begitu buruk tapi ia juga tak bisa menghindar karena hal itu adalah bentuk ekspresi dari emosi Matteo yang dipendam sendiri selama ini.

Situasi juga sempat berubah saat kepergian Rosetta peran terpenting dalam hidup seorang anak remaja yang masih labil dan butuh bimbingan untuk menentukan segala situasi dan perubahan dalam kehidupannya. Sempat juga ia menumbuhkan rasa benci kepada Rain si bungsu karena pikirnya dia lah yang menyebabkan kepergian sosok terkasihnya itu namun saat Matteo meilihat Rafael selaku adeknya memperlakukan Rain dengan sayang Matteo tersadar jika Rain hanyalah anak kecil yang terlahir dengan suci dan tidak mengetahui apapun hal yang sedang terjadi, dan tidak sepantasnya Matteo membenci anak itu. Ia sakit tapi Rain akan lebih sakit saat mengetahui fakta yang sebenarnya terjadi.

Terlalu asik menyelami pikirannya Matteo tidak menyadari bahwa Nadin telah kembali dan memberi tahu bahwa meeting akan dilaksanakan 10 menit lagi, ia segera bersiap dan menyempatkan diri untuk mengirimkan pesan singkat kepada Rain jika kemungkinan ia akan menjemputnya dengan terlambat.

°°°

Menangani beberapa klien yang terkadang memiliki banyak permintaan membuat energi Matteo lebih cepat terkuras, pertemuan baru saja selesai dugaan Matteo benar jika ia akan terlambat menjemput Rain jam sudah menunjukkan pukul 5 sore baik Rain ataupun kembar pasti sudah pulang ke rumah sekarang. Matteo segera bergegas dari kantor setelah membaca pesan jika Rain pulang bersama Jaziel dan Haekal jadi Matteo tidak perlu terburu-buru untuk menjemputnya.

Small Hope : CingulomaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang